Masih banyak yang mengira kita dapat menghentikan pikiran, atau mengosongkan pikiran, atau mengistirahatkan pikiran. Sehingga banyak yang mencoba untuk menghentikan pikiran atau mengosongkan pikiran. Riset menunjukkan ternyata pikiran selalu bekerja saat kita mengira tidak memikirkan apapun, atau saat kita mencoba mengosongkan pikiran, atau mencoba mengistirahatkan pikiran. Bahkan menurut hasil scanning pada otak, banyak bagian di otak yang menjadi aktif justru saat kita mengira sedang tidak memikirkan apa pun.
Saat otak dalam kondisi seperti itu disebut juga sedang dalam kondisi Default Mode Network (DMN). Bagian otak yang aktif saat DMN ini sedikit berbeda dengan bagian otak yang aktif saat kita sedang menggunakan pikiran untuk sebuah tujuan yang serius, seperti belajar, membaca, mengerjakan soal matematika, berbicara dengan orang lain, dll. Meski demikian, bagian prefrontal cortex (yang memiliki executive function) juga terlibat saat DMN.
Saat otak dalam kondisi DMN, pikiran pun ternyata berkelana memikirkan berbagai hal atau ke masa lalu dan ke masa depan, namun jarang sekali kita bisa menyadari itu. Pikiran yang berkelana tanpa disadari dan seperti tanpa tujuan ini juga disebut mind-wandering.
Sains Soal Pikiran?
Apa KataBerkaitan dengan pikiran, ini yang ditemukan oleh berbagai riset sains:
1. 80% pikiran kita adalah negatif.
2. Pikiran kita hari ini adalah pengulangan dari pikiran kemarin sebesar 95%.
3. Besok kita akan mengulang lagi pikiran yang sama itu.
4. Hampir separuh dari waktu kita terjaga, pikiran kita sering berada pada kondisi mind-wandering, yaitu sebesar 47%. Padahal kita sedang melakukan satu pekerjaan penting atau tidak melakukan apa-apa (beristirahat).
Mind-wandering adalah topik sains yang baru mulai populer beberapa dekade terakhir. Meski demikian Siddartha Gautama sudah membahasnya 2.500 tahun lalu. Pikiran kita selalu berkelana ke masa lalu dan ke masa depan atau berkelana kemanapun, yang akibatnya menurut Siddartha, kita merasa menderita (dukkha). Kita jarang bisa merasakan berada di masa sekarang dan merasakan apa yang ada di sekeliling kita, karena berada dalam pikiran kita sendiri yang selalu sibuk berkelana.
Pikiran yang sering berkelana ini telah diteliti oleh sains, dan ternyata menyumbang stres atau "menurunkan" kebahagiaan. Jadi, sains menggunakan kata stres untuk menyebut penderitaan (dukkha) yang disebut oleh Siddartha.
Mind-Wandering Memberi Benefit & Sekaligus MenyumbangKita semua tahu stres tidak baik untuk otak dan untuk kesehatan. Komunitas Membangun Positivity telah membahas topik ini cukup sering, agar kita selalu memiliki otak yang berfungsi maksimal.