Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mind-wandering di Jaman Digital

30 Oktober 2022   15:45 Diperbarui: 30 Oktober 2022   16:01 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Matt Killingsworth

Berada (memikirkan atau membayangkan) apa yang ada atau terjadi di masa lalu yang bagus membuat Anda ingin kembali mengalaminya, meski itu mungkin tidak akan terjadi, karena sudah berlalu. Menghasilkan kondisi kurang bahagia.

"Berada" di masa lalu yang buruk membuat Anda menderita, karena terus mengingatnya dan cemas karena tidak ingin mengalaminya lagi. Menghasilkan kondisi kurang bahagia.

"Berada" di masa depan yang bagus membuat Anda menderita karena sekarang Anda tidak berada di masa depan yang bagus itu. Menghasilkan kondisi kurang bahagia.

"Berada" di masa depan yang buruk membuat Anda membuat Anda cemas masa depan yang seperti itu akan benar-benar terjadi. Menghasilkan kondisi kurang bahagia.

Itulah mindset yang sering diajarkan oleh banyak ahli tentang pikiran, termasuk Siddhartha Gautama, yaitu agar kita terus berusaha "berada" di masa sekarang. Fokus atau menyadari apa yang ada atau terjadi di masa sekarang menghindarkan kita dari "penderitaan" yang disebabkan oleh pikiran tentang masa lalu dan masa depan. 

Penderitaan itu sekarang disebut dengan kata stress. Sebagaimana kita ketahui kajikan tentang stress ada banyak sekali, dan semuanya menunjukkan bahwa sangat perlu bagi kita untuk mampu menurunkan tingkat stress, jika ingin lebih sehat, lebih produktif, lebih kreatif, lebih cenderung pada kebajikan dan lain-lain.

Namun ada sains yang memberikan cara yang berbeda agar kita bisa "berada" di masa sekarang, yaitu dengan meditasi atau melakukan mindfulness practise. Sains seputar mindfulness practice ini atau meditasi ini jelas bukan sesuatu yang baru, karena practice ini sudah diajarkan oleh Siddhartha 2.500 tahun lalu. Itu sebabnya Siddhartha disebut oleh beberapa saintis di jaman sekarang sebagai seorang saintis yang telah mendalami science of mind di masa 2.500 tahun lalu.  

Kita tak perlu berusaha keras merubah mindset, karena otomatis berubah dengan mindfulness practice. Riset sains mengenai ini sudah cukup banyak. Sila membaca puluhan artikel atau video mengenai ini yang telah saya tulis.

Untuk lebih dalam lagi mengenai mind-wandering, Michael Corballis, seorang neuroscientist  dari New Zealand telah menulis buku bagus berjudul "The Wandering Mind". Ceramah ilmiahnya bisa disaksikan di sini: https://youtu.be/I24srQ6XGVE .

Salah satu yang menarik dari buku Michael Corballis in adalah menurut risetnya, tikus juga melakukan mind-wandering untuk mengingat (belajar) dari apa yang sudah dilakukannya sebelumnya. Ini artinya hewan juga melakukan mind-wandering dengan tingkat atau cara yang lebih rendah tingkatannya.

Itu berarti manusia dalam proses evolusinya sudah melakukan mind-wandering selama jutaan tahun lamanya. Itu juga mungkin menjelaskan mengapa manusia sangat hebat dalam menciptakan banyak stories atau fictions, yaitu melalui mind-wandering yang baru saja menjadi wacana yang seru dalam 2 dekade terakhir ini dalam berbagai forum sains. Stories atau fictions ini yang mampu menyatukan manusia di berbagai pelosok Bumi untuk bekerjasama atau membangun peradaban secara menakjubkan.

Mind-wandering tak diragukan lagi telah menghasilkan berbagai pemikiran besar atau temuan besar, apalagi teknologi dan sains yang membuat peradaban manusia berkembang pesat amat tak terduga. 

Namun semua itu ada cost yang harus kita bayar, yaitu berkurangnya kebahagiaan atau stres dalam tingkat yang ringan. Meski ringan, namun jika terjadi cukup sering dan untuk waktu yang lama, maka bisa menjadi ganjalan dalam hidup. Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, Siddhartha telah menemukan solusinya dan kemudian dirumuskan kembali oleh Jon Kabat-Zinn dengan nama baru, yaitu mindfulness practice.

M. Jojo Rahardjo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun