Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Short Video di Medsos Berbahaya atau Merugikan?

8 September 2022   19:41 Diperbarui: 27 Mei 2023   15:41 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Virtual Stacks

"The Social Dilemma" memberi beberapa contoh, misalnya pemilu di Amerika yang diperdebatkan bahwa telah dikutak-katik oleh Kremlin Rusia melalui medsos. Apakah benar begitu? Penjelasannya ternyata lumayan rumit sebagaimana dijelaskan di "The Social Dilemma". Seorang hacker remaja yang iseng sekalipun bisa melakukan sesuatu yang berbahaya bagi pilpres di Amerika, apalagi di Indonesia.

Mengapa kita menyukai short video bahkan bisa mencandunya? Ada 2 faktor utama:

1. Artificial Intelligence (AI)

Sebagaimana yang disampaikan dalam "The Social Dilemma", pengelola medsos memang berusaha agar penggunanya kecanduan. Dijelaskan juga dengan panjang-lebar bagaimana AI diselipkan (dimanafaatkan) pada medsos untuk memastikan pengguna medsos menjadi kecanduan. 

Semakin pengguna medsos kecanduan, maka semakin untung pengelola medsos, karena pendapatan dari iklan meningkat. Itu sebabnya di "The Social Dilemma", pengguna medsos disebut sebagai The Product, bukan pengguna medsos atau user, karena The Product itu yang "dijual" ke pemasang iklan.

2. Mind Wandering

Michael Corballis seorang neuroscientist dari New Zealand dalam bukunya berjudul "The Wandering Mind" menjelaskan mengenai kecenderungan pikiran manusia untuk sering melakukan mind wandering. Hampir separuh dari saat kita terjaga, pikiran kita ternyata melakukan mind wandering. Harvard Study mengenai itu menyebut 47% dari saat kita terjaga (lihat di sini: "Wandering Mind not a Happy Mind").

Mind wandering ini meski memiliki benefit bagi peradaban manusia (lihat di sini: "Mind Wandering di Jaman Digital"), namun sekaligus juga menyumbang stres atau kondisi tidak bahagia (lihat juga di sini: "Let Your Mind Wander"). Sedangkan stres atau kondisi tidak bahagia itu berpengaruh buruk pada produktivitas, kecerdasan, kreativitas, kesehatan tubuh, kesehatan mental, perilaku, dll.

Mind wandering adalah kecenderungan dasar pikiran saat "melayang" memikirkan berbagai hal yang tidak berkaitan dengan apa yang sedang dikerjakan saat ini, misalnya membaca artikel ini, berkendara, menonton film, menulis surat, dll.  Apa yang kita pikirkan (saat "melayang" melakukan mind wandering itu) nyaris tidak bisa kita ingat atau bahkan tidak menyadarinya. Saat kita melakukan mind wandering (padahal sedang membaca artikel ini) kita tidak bisa mengingat keduanya (membaca artikel ini dan mind wanderingnya).

Mind wandering juga disebut dengan sebutan lain, yaitu: default mode network, karena pada saat kita beristirahat atau tidak melakukan apa-apa, maka otomatis pikiran kita melakukan mind wandering. Apa yang kita pikirkan itu nyaris tanpa bisa dikontrol. 

Ada beberapa studi atau riset yang menemukan kaitan antara mind wandering dengan kecanduan pada smartphone, salah satunya adalah lihat (klik) di sini: "Mind-Wandering Mediates the Associations Between Neuroticism and Conscientiousness, and Tendencies Towards Smartphone Use Disorder". Kecanduan pada smartphone ini (smartphone addiction) juga disebut dengan smartphone use disorder (SmUD). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun