Sains seputar personality disorder bisa digunakan untuk menjelaskan mengapa Sambo menyandang 3 kejanggalan tersebut di atas yang telah melahirkan banyak spekulasi atau karangan liar di berbagai media selama 1 bulan lebih ini.
1. Dikendalikan oleh kecenderungan dasarnya
Seorang dengan ciri Dark Triad Personality (lihat 2 tulisan saya sebelumnya tadi) dikendalikan oleh kecenderungan dasarnya, yaitu kecenderungan untuk melanggar hukum atau norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kasus pembunuhan Brigadir Joshua, pelaku menggunakan kekerasan dan pembunuhan untuk menyelesaikan persoalannya, apapun persoalannya itu.
Tentu ada pertanyaan: Mengapa sebelumnya pelaku tidak terlihat dikendalikan oleh kecenderungan dasarnya itu? Pada kasus-kasus besar yang dilakukan oleh seorang dengan ciri personality disorder, akhirnya terungkap kejahatan-kejahatan lain yang dilakukan sebelumnya setelah pelaku ditangkap.
Kecenderungan dasarnya ini bisa menghentikan fungsi prefrontal cortex (PFC) dari pelaku dalam situasi tertentu. Sebagaimana kita tahu, PFC berfungsi untuk menghasilkan pemikiran rasional, penuh pertimbangan, termasuk pemikiran yang bermoral atau mengatur emosi. Hasil otopsi sementara dari jenazah Brigadir Joshua menunjukkan ia dibunuh dengan sadis. Pembunuhan sadis itu tidak perlu didukung oleh kesaksian dari beberapa orang, cukup hasil otopsi saja. Perilaku sadis itu menunjukkan tidak adanya empathy (kemampuan merasakan apa yang diderita orang lain) dari pelaku pembunuhan. Empathy adalah salah satu yang diproduksi oleh PFC.
Karena PFC-nya berhenti bekerja, maka ia pun tak mampu merencanakan apa yang harus terjadi selanjutnya. Dalam bahasa hukum, pelaku disebut mengalami kegilaan sesaat yaitu saat melakukan kejahatannya itu. Pelaku kemudian disebut membangun skenario yang acak-adul atau janggal, sehingga mudah tercium aroma kejahatannya. Pada kasus Sambo, ia mengarang cerita ada pelecehan seksual di Duren Tiga, namun belakangan "dikoreksi" menjadi di Magelang. Acuk-adul, bukan?
2. Pelaku memiliki moralitas yang berbeda
Orang normal, bahkan dalam keadaan tersudut, misalnya terancam jiwanya sekalipun tidak memilih solusi membunuh orang lain atau melukai orang lain, kecuali profesi tertentu yang dilatih untuk menjadi seperti itu, misalnya pasukan tempur. Pelaku dengan Dark Triad Personality akan memilih sebaliknya, bahkan jika ia tidak dalam kondisi tersudut sekalipun.
Pada kasus Sambo, banyak orang menggelengkan kepala, karena keheranan. Mengapa dibunuh? Mengapa disiksa? Jika Brigadir Joshua bersalah, maka tinggal dijebloskan ke dalam penjara, bukan? Itu sebabnya pelaku mengarang skenario yang buruk sekali soal kesalahan Brigadir Joshua. Menurut pelaku, Brigadir Joshua melakukan kesalahan yang membuatnya pantas dibunuh. Tentu itu mencengangkan nyaris semua orang. Meski Sambo seorang polisi, namun ia bukan hakim atau bahkan eksekutor.
Moralitasnya berbeda dan berbahaya bagi orang sekitarnya. Pelaku seperti memegang prinsip Honor Killing. Kehormatan keluarga harus dijaga dengan cara membunuh siapapun yang menodai kehormatan keluarga. Prinsip Honor Killing ini dianut oleh mereka yang berada di pinggiran peradaban, di wilayah tertentu seperti di Pakistan, Afghanistan, dll.
3. Kemampuan memanipulasi orang lain