(Sebuah sudut pandang berbeda dalam melihat berputar-putarnya penuntasan kasus ini)
Dark Triad Personality (DTP) akhir-akhir ini sering disebut para ahli untuk menganalisa seseorang yang sedang mendapat sorotan, misalnya karena tersangkut perkara hukum.
DTP ini adalah gabungan dari beberapa personality disorder, yaitu: machiavellianism (a manipulative attitude), narcissism (excessive self-love), and psychopathy (lack of empathy). Tentu gabungan 3 personality ini membuat orang yang menyandangnya menjadi lebih berbahaya bagi orang di sekitarnya atau masyarakat.
Beberapa tokoh dunia disebut para ahli memiliki ciri DTP ini, yaitu: Donald Trump, Vladimir Putin, dan masih banyak yang lain, misalnya dari kalangan politisi. Gambar di bawah adalah salah satu contoh analisa para ahli pada personality dari Donald Trump (sumber: https://www.researchgate.net/). Mereka tampil flamboyan atau bahkan karismatik, dipenuhi prestasi atau penghargaan, bahkan di antara mereka ada juga yang "berprofesi" menjadi guru spiritual atau religious leader yang dianggap suci tanpa cela.
Artikel lainnya juga bisa untuk meluaskan pandangan tentang politisi atau tokoh masyarakat yang memiliki ciri DTP: https://www.psychologytoday.com/us/blog/out-the-darkness/202203/the-danger-dark-triad-leaders
Kasus ini Terjadi di mana Saja, di Seluruh Dunia
Indonesia baru saja mengalami sebuah peristiwa "besar". Peristiwa ini sangat mempengaruhi citra dan wibawa kepolisian RI di mata masyarakat. Penanganan yang tepat pada kasus itu tentu akan sangat diharapkan oleh masyarakat. Sayang sekali sudah beberapa minggu ini kasus itu masih terasa lambat ditangani oleh kepolisian, seperti terganjal oleh sesuatu yang besar sekali. Analisa dan spekulasi, serta aneka gosip liar sudah berkembang di masyarakat tidak terkendali.Â
Artikel ini mencoba menganalisa peristiwa itu dengan menggunakan sains seputar DTP. Tentu ini satu sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan sudut pandang dalam menganalisa berbagai peristiwa kejahatan pembunuhan semacam ini. Artikel ini juga tidak berusaha menunjukkan siapa pelaku dalam peristiwa itu, karena kepolisian yang seharusnya berwenang dalam hal itu.
==o==
Sebagaimana kita ketahui, sudah beberapa hari terakhir ini kita digemparkan oleh sebuah peritiwa yang menurut kepolisian adalah peristiwa tewasnya seorang polisi karena ditembak oleh seorang polisi lainnya di rumah seorang petinggi polisi. Motifnya menurut polisi adalah pelecehan seksual yang dilakukan oleh korban yang dibunuh itu. Lalu masyarakat disuguhkan oleh berbagai kejanggalan seputar perkara ini. Hingga hari ini masih belum terungkap siapakah yang membunuh dan apa motif sebenarnya hingga artikel ini ditulis (23 Juli 2022).Â
Hampir semua media dipenuhi berbagai spekulasi yang liar, terutama karena muncul klaim dari keluarga korban yang terbunuh, bahwa mereka memiliki berbagai foto & video kondisi jenazah korban yang seperti ada luka-luka yang tidak dijelaskan dengan gamblang oleh kepolisian sebelumnya. Keluarga korban mendesak kepolisian untuk mengungkap sebab terjadinya luka-luka itu.
Media pun kemudian merinci beberapa luka itu dan masyarakatpun berspekulasi, bahwa itu adalah luka-luka penyiksaan. Jika benar kondisi jenazah korban seperti itu, maka mungkin sekali pelakunya atau otak dari pembunuhan ini memiliki ciri personality yang merupakan gabungan 3 personality seperti sudah disebut di atas, yaitu machiavellianism, narcissism, dan psychopathy.
Psychopathy, karena pelakunya bisa bertindak kejam dalam pekerjaannya. Seseorang dengan psychopathy tak memiliki empathy (kemampuan merasakan penderitaan orang lain), sehingga ia bisa melakukan kekejaman penyiksaan atau pembunuhan yang tak terbayangkan oleh orang normal, bahkan ia mampu menikmati apa yang dilakukannya itu.
Machiavellianism, karena terjadi di rumah seorang yang memiliki ranking tinggi di kepolisian yang seharusnya kasus ini menjadi lebih cepat diungkap, bukan malah menghalangi pengungkapannya sebagaimana diberitakan oleh berbagai media. Rangking tinggi yang dimilikinya tentu berarti ia punya segudang prestasi dan kehormatan, atau kemuliaan, namun apa yang disuguhkan ke media malah mengoyak citra itu atau malah mungkin mengungkap adanya karakter manipulatif.
Narcissism, perbuatan kejam (penyiksaan & pembunuhan) menggambarkan pelakunya adalah seorang yang terluka jiwanya. Narcissist adalah orang yang sebenarnya emosinya rapuh, terutama jika kehormatannya dilukai, misalnya ada orang yang menghianatinya atau menghinanya. Dalam kondisi emosi yang berantakan, ia tidak mampu lagi untuk bertindak waras. Narcissist membutuhkan puja-puji dari orang-orang sekelilingnya melebihi takaran normal. Ia merasa yakin sangat hebat, pintar, atau mulia, sehingga ia menjadi rapuh, mudah terluka jika ada orang dekatnya yang meragukan itu semua.
Semoga peristiwa ini segera diungkap oleh yang berwenang agar citra kepolisian tidak tercemar oleh ulah satu atau sekelompok orang.
M. Jojo Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H