Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Meditasi + Sains = Produktivitas

31 Mei 2022   14:03 Diperbarui: 8 Oktober 2022   20:58 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Praktik meditasi belum populer di Indonesia?

Meski meditation center atau yoga center di Indonesia sudah cukup banyak, namun itu bukan berarti meditasi sudah cukup populer di Indonesia. Masih banyak pandangan miring tentang meditasi yang muncul karena salah-kaprah. Tidak seperti di berbagai negeri lain, mass meditation tidak marak di taman-taman atau tempat umum lainnya di Indonesia.

Padahal kata lain dari meditasi adalah mindfulness practice yang benefit-nya sudah didukung begitu banyak riset sains sepanjang 3 dekade terakhir. Bahkan berbagai media besar di dunia sudah menulis berbagai laporan utama seputar mindfulness industry yang terus semakin besar. Misalnya lihat gambar di bawah ini.

Gambar: https://fortune.com/
Gambar: https://fortune.com/
Ratusan video, buku, artikel, sudah ditulis di berbagai media. Bahkan puluhan aplikasi di HP sudah dibuat agar masyarakat lebih mudah untuk memperoleh benefit dari meditasi ini. Namun sayangnya aplikasi di HP itu belum tersedia dalam bahasa Indonesia.

Jadi meditasi belum tumbuh sebagai industri di Indonesia. Padahal meditasi sudah menjadi sebuah industri bernilai milyaran dolar di dunia yang akhirnya menjadi sebuah life style baru dalam mendorong produktivitas masyarakat.

promo1-6295ae33ce96e525095e23f2.jpeg
promo1-6295ae33ce96e525095e23f2.jpeg
Ada belasan artikel yang sudah saya tulis berkaitan dengan meditasi atau mindfulness, begitu juga video di beberapa akun medsos saya: Facebook, Youtube, Instagram, dan lain-lain.

Kebanyakan dari artikel & video itu berkaitan dengan riset sains seputar meditasi, misalnya apa yang berubah di otak dan apa benefitnya, termasuk sejarah awal meditasi di masa ribuan tahun lalu. Beberapa artikel dan video itu membahas khusus tentang cara meditasi, terutama sekali cara yang diberikan oleh sains.

Ada banyak artikel & video yang tersedia di berbagai media yang isinya untuk membimbing Anda dalam cara meditasi (menurut sains), sedangkan artikel & video yang telah saya tulis adalah ringkasan dari berbagai artikel & video yang bertebaran di berbagai media itu.

Salah satu poin penting yang disampaikan oleh sains mengenai meditasi adalah: meditasi bukan mengosongkan pikiran, karena itu tidak mungkin. Meditasi menurut sains amat sederhana, namun sangat memberi benefit yang besar jika dilakukan teratur setiap hari.

Being in the Present Moment

Bagi Anda yang sudah mendalami meditasi atau mindfulness practice, mungkin sudah mendengar istilah ini: being in the present moment . Itu kalimat yang cukup populer.

Bahkan ada 1 buku yang amat populer berjudul: The Power of Now yang ditulis oleh Eckhart Tolle, yang sering disebut sebagai spiritual teacher dan sering muncul di Oprah Show. Buku ini laris-manis di dunia, meski kita tidak tahu apakah buku itu memberi pengaruh positif bagi pembacanya atau tidak.

Ada banyak sekali yang mengutip kalimat itu untuk menjelaskan bahwa untuk mendapatkan mindfulness, maka Anda harus mempraktikkan being in the present moment yang ada lanjutan kalimatnya, yaitu being in present moment intentionally and nonjudgementally.

Kalimat itu tentu memerlukan penjelasan lebih lanjut sebagaimana tertulis di berbagai artikel atau buku. Begini ringkasannya:

Salah satu neuroscientist terkenal dari New Zealand, Michael Corballis, dalam bukunya berjudul The Wandering Mind membahas satu kecenderungan dasar pikiran manusia, yaitu mind-wandering.

Meski mind-wandering memiliki benefit, yaitu mengakselerasi peradaban manusia (dengan berbagai pemikiran besar atau temuan besar), namun mind-wandering memiliki efek samping, yaitu stress atau Siddhartha Gautama menyebutnya penderitaan (suffering atau dukkha). Mengenai ini bisa membaca beberapa artikel atau video saya sebelumnya.

Siddhartha di masa 2300 tahun lalu sudah memberikan solusi dari efek samping dari mind-wandering ini, yaitu dengan cara melakukan meditasi. Itu sebabnya beberapa neuroscientists menyebut Siddhartha adalah seorang saintis dari masa 2300 tahun lalu yang telah mendalami science of mind.

Meditasi yang dirancang oleh Siddharta ini diberinama baru oleh Jon Kabat-Zinn dari Massachusetts University di tahun 1979, yaitu mindfulness practice. Jon Kabat-Zinn merancang praktik mindfulness dengan nama MBSR (Mindfulness Based Stress Reduction) untuk "mengobati" beberapa penyakit modern, seperti jantung, diabetes, stroke, kanker, dan lain-lain.

Kata Mindfulness Based (yang digunakan oleh Jon Kabat-Zinn itu) sekarang digunakan oleh banyak orang, seperti Mindfulness Based Business, Mindfulness Based Therapy, Mindfulness Based Living, dll.

Apa yang diajarkan oleh Jon Kabat-Zinn tentang meditasi masih sama seperti yang diajarkan oleh Siddhartha 2300 tahun lalu, yaitu memperhatikan tarikan nafas masuk dan keluar, lalu pada tahap yang lebih lanjut: memperhatikan pikiran, yaitu pikiran yang melintas, yang datang & pergi, yang berulang-ulang, yang negatif, dan yang mengenai apa saja.

Pikiran yang seperti itu disebut oleh Michael Corballis dan beberapa neuroscientists lainnya sebagai kecenderungan dasar pikiran atau mind-wandering atau juga default mode network.

Menurut riset Harvard: separuh waktu kita saat terjaga adalah melakukan mind-wandering, meski kita sedang melakukan pekerjaan serius atau penting. Lagi-lagi lihat tulisan dan video saya sebelumnya mengenai ini.

Gambar: The Wandering Mind by Michael Corballis
Gambar: The Wandering Mind by Michael Corballis
Meditasi menghilangkan efek samping dari mind-wandering ini. Ada banyak riset yang menunjukkan bagaimana meditasi menghilangkan efek samping dari mind-wandering ini.

Gambar di bawah ini menunjukkan otak meditator yang tentu saja berbeda dengan otak mereka yang tidak melakukan meditasi. Ada penebalan di bagian Prefrontal Cortex atau PFC. Sebagaimana kita tahu PFC ini berperan dalam kemampuan kognitif, termasuk juga menentukan kesehatan mental.

Gambar: https://www.zensmarts.com/
Gambar: https://www.zensmarts.com/
Pada mereka yang tidak melakukan meditasi, fungsi otak mereka secara umum menurun, yang salah satu penyebabnya karena efek samping dari mind-wandering. Tentu ada sebab lainnya, namun umumnya karena stress yang terjadi oleh berbagai sebab dalam kehidupan sehari-hari kita.

Pengetahuan tentang stress ini sebenarnya sangat penting, karena mempengaruhi berbagai aspek kehidupan kita sehari-hari. Namun sayangnya kebanyakan orang "menolak mengakui" bahwa dirinya bisa mengalami stress. Karena itu saya sudah menulis beberapa artikel & video untuk membahas stress ini.

Gambar: Komunitas Membangun Positivity
Gambar: Komunitas Membangun Positivity
Sains sudah menemukan bahwa ternyata meditasi mampu menurunkan tingkat stres secara signifikan. Mereka yang memiliki tingkat stres yang tinggi tidak memiliki otak yang seperti di gambar di atas. Meditasi membuat beberapa perubahan positif di otak dan tentu saja itu artinya fungsinya juga menjadi lebih maksimal.

Penutup

Jadi, being in the present moment adalah sebuah praktik atau latihan sesekali tiap hari untuk terus membiasakan diri dalam menyadari, bahwa pikiran Anda bisa melakukan mind-wandering yang menambah tingkat stress. Lagi-lagi saya menganjurkan Anda untuk menyimak beberapa artikel atau video yang sudah saya buat mengenai topik ini.

Semoga artikel ini bisa menjadi pembuka jalan bagi Anda yang ingin mendalami meditasi cara sains.

M. Jojo Rahardjo


Simak juga isi artikel di atas dalam versi videonya di sini (klik di sini)

Juga simak ini: Apa yang berubah pada Anda karena meditasi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun