Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Churchill, Hitler, Putin

14 Maret 2022   22:38 Diperbarui: 17 Maret 2023   11:26 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: International Churchill Society

Namun warga Eropa lain di luar Jerman tak mungkin tertipu, karena di saat yang sama ia melakukan agresi ke negeri-negeri tetangganya dan membuat perempuan, anak-anak, orangtua, warga tak berdosa menjadi korban keganasannya di wilayah yang diinvasinya.

Setidaknya 50 juta orang tewas menjadi korban dari fantasi Hitler mengenai dunia yang lebih baik di tangannya. Anda tentu boleh saja bermimpi atau berfantasi, namun mimpi atau fantasi tak boleh mengorbankan puluhan juta nyawa tak berdosa, seperti yang dilakukan oleh Hitler.

Hitler adalah seorang dengan ciri-ciri narcissist yang kuat, menurut para ahli personality disorder. Ia bahkan disebut memiliki ciri dark triad personality, yaitu gabungan dari narcissism (entitled self-importance), Machiavellianism (strategic exploitation and deceit) and psychopathy (callousness and cynicism).

Sistem politik dan 'sains tentang personality' pada saat Hitler merangkak naik di Jerman saat itu tentu belum berkembang dengan baik untuk bisa mencegah Hitler. Amerika saja sempat kebobolan, saat Donald Trump menjadi presiden. Meskipun agak terlambat, namun sistem di Amerika berhasil "menjatuhkan" Trump agar tak terus lanjut di periode kedua.

Namun sayang sekali Rusia di masa sekarang ini nampaknya tak memiliki sistem untuk mencegah narcissist menduduki kursi presiden. Putin yang sudah dianalisis oleh banyak ahli memang seorang narcissist, sudah menyiapkan segalanya agar ia tak mudah dijatuhkan sejak pertama kali ia berkuasa di tahun 1999.

Meski kita hidup di era industrial revolution 4.0, di mana hampir semua informasi tersedia, namun tak semua bisa memiliki filter untuk membedakan mana informasi yang relevant dan yang irrelevant. Oleh karena itu tak semua bisa melihat kesamaan Putin dengan Hitler. Padahal Putin secara pelahan terlihat menginvasi negara-negara tetangganya satu demi satu hingga akhirnya menginvasi yang besar, yaitu Ukraina.

Ketidakmampuan masyarakat di Indonesia menyaring mana informasi yang relevant dan irrelevant membuat masyarakat gandrung atau terjebak pada geopolitical science. Akibatnya fokus beralih kepada persoalan arogansi Amerika, NATO atau negeri-negeri Barat. Atau fokus pada persoalan keseimbangan kekuatan dunia. Padahal dalam konteks kemanusiaan, geopolitical things ini hanya membuat perhatian orang teralihkan dari persoalan dunia yang penting.

Apa sih persoalan dunia yang penting itu?

Sejak Perang Dunia Kedua berakhir, anggaran militer rata-rata di dunia adalah 3% saja dari GDP. Mungkin itu adalah salah satu prestasi besar dunia modern, karena sebelum PD2, anggaran militer itu bisa mencapai 40%. Setelah Putin menginvasi Ukraina, anggaran itu naik berkali-kali lipat. Padahal anggaran yang dinaikkan itu diambil dari anggaran lainnya yang juga penting untuk kemanusiaan, seperti pendidikan, kesehatan umum & kesehatan mental, perubahan iklim (pemanasan global), penuntasan persoalan kemiskinan, ancaman artificial intelligence, perang nuklir, dan lain-lain. Semua itu ada dalam daftar global issues yang harus menjadi prioritas semua negeri di atas muka Bumi ini.

Jelas invasi Putin ke Ukraina bakal merubah dunia ke dalam "kegelapan". Di masa PD2 dulu, "hanya" Churchill yang memberi peringatan pada "dunia" melalui pidatonya agar seluruh dunia bangkit melawan Hitler. Kampanye tentang bahaya Putin juga sudah ada sejak Putin pertama kali menginvasi Ukraiana, namun nampaknya kampanye itu tenggelam oleh busa perbincangan tentang persoalan geopolitical mumbo jumbo.

PENUTUP

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun