Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Busa Ilmu Geopolitik dari Rusia-Ukraina

5 Maret 2022   23:13 Diperbarui: 30 Juni 2022   23:47 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: https://chass.usu.edu/

Tentu akhir-akhir ini kita melalui berbagai media menjadi sering menikmati penjelasan para pakar militer, perang, dan terutama pakar ilmu geopolitik. Banyak yang selama ini tidak kita ketahui, misalnya berapa banyak peluru kendali yang dimiliki Rusia, berapa banyak anggota NATO, di mana pasukan NATO sering berlatih perang, dan lain-lain. 


Berbagai pakar ilmu geopolitik itu membuat saya merenung. Apakah ilmu geopolitik ini punya kontribusi positif pada kemanusiaan? Tentu ada, bukan?

Sayangnya apa yang dibahas oleh berbagai pakar itu menurut saya malah menjauhkan kita dari pendekatan kemanusiaan. Berbusa-busa soal geopolitik ini dibahas dengan sangat canggihnya. Lalu apakah terasa ada solusi yang terselip untuk membuat dunia yang lebih damai, terutama di situasi krisis kemanusiaan sekarang ini?

==o==

Ada banyak sudut pandang untuk melihat Rusia-Ukraina ini, bukan hanya sudut pandang geopolitik semata. Dari kacamata sejarawan seperti Yuval Noah Harari, perang ini dipicu oleh fantasi Putin yang tak terkendali untuk menghidupkan kembali Russian Empire.

Karena hanya fantasi, maka Putin membuat kesalahan dalam melihat Ukraina yang disebutnya antara lain bukan true nation atau not a real country. Padahal Ukraina memiliki sejarah yang amat panjang sebagai sebuah bangsa setidaknya sejak abad 10. Sejarah kuno mencatat wilayah Ukraina lebih dahulu maju saat bagian Eropa lainnya masih melata. Bahkan Moskow masih berupa hutan.

Ukraina bahkan sekarang membuktikan dirinya sebagai the true nation, karena meski Putin memiliki kekuatan tentara dan persenjataan yang besar, namun hingga hari ini Ukraina masih belum jatuh ke tangan Putin. Kebesaran Ukraina terlihat dari datangnya sukarelawan dari berbagai pelosok dunia untuk mempertaruhkan nyawanya bersama warga Ukraina lainnya demi membela Ukraina. Jika akhirnya nanti Ukraina jatuh ke tangan Putin, apakah itu berarti Ukraina bisa menjadi bagian dari fantasi Putin? Dulu, Russian Empire gagal menjadikan Ukraina sebagai bagiannya, apalagi cuma Putin yang sebentar lagi kehabisan uang untuk membiayai fantasinya, kecuali Putin memang ingin membuat rakyat Rusia menjadi lebih miskin lagi.

Sedang dari kacamata neuroscience, Putin adalah narcissist yang menganggap dirinya sangat agung di atas singgasana Kremlin-nya dan merasa sedang diganggu oleh oleh negara-negara besar di dunia, seperti Amerika dan NATO. Putin mengidap delusi, bahwa hanya di tangannya Russian Empire akan tumbuh kembali. Itu memang ciri khas dari narcissist, yaitu memiliki delusi berbahaya bagi orang banyak.

Asal tahu saja, dunia menjadi lebih berdarah oleh narcissism, bukan oleh antisocial personality disorder lainnya. Untuk menyebut contoh yang paling ekstrim adalah Alexander the Great yang memliki wilayah kekuasaan terbesar dalam sejarah manusia. Syahwat Alexander muda tak terbendung untuk terus menginvasi wilayah manapun yang terlihat, termasuk Persian Empire dengan berdarah-darah dan korban ribuan tewas. Invasinya hanya berhenti karena pasukannya menolak untuk terus melakukan invasi ke manapun. Alexander membunuh banyak orang kepercayaannya hanya karena ia mencium aroma penghianatan. Padahal aroma itu hanya karena paranoia saja. Contoh ekstrim lain dari nacisssim adalah Nero yang hidup di masa setelah Alexander the Great.

Dua sudut pandang (sejarah & neuroscience) seperti yang tertulis di atas adalah contoh sudut pandang yang mungkin lebih memberi jalan keluar menuju dunia yang lebih damai dan lebih sejahtera.

DAMPAK BESAR AGRESI PUTIN KE SELURUH DUNIA

Ada banyak pemikir besar di abad 21 ini. Simaklah apa kata mereka mengenai persoalan mendasar manusia? Ada Sam Harris, Peter Singer, Steven Pinker, Richard Dawkins, Yuval Noah Harari, dll. Mereka menyampaikan daftar persoalan mendasar manusia di atas bumi ini yang sering juga disebut global issues. Antara lain: health, nuclear war, global warming/climate change, poverty, mental health, pandemic, artificial intelligence, democracy, etc.

Disebut global issues karena memiliki pengaruh ke setiap orang di bahagian manapun di dunia ini. Bahkan global issues ini berpotensi melenyapkan kehidupan di atas muka Bumi ini.

Menurut mereka, di luar topik itu adalah disinformation, terutama topik politik, termasuk juga atau bahkan terutama topik geopolitik. Topik seperti itu hanya mengalihkan perhatian kita dari persoalan mendasar manusia atau seperti sudah disebut di atas sering disebut global issues.

Perang Dunia Ketiga juga perang nuklir mungkin saja tidak terjadi. Tapi rasanya tidak enak, jika kita mengabaikan luka atau dampak dari agresi Putin di Ukraina itu di seluruh dunia. 

Kita tahu anggaran militer negara-negara di Eropa selama ini sudah turun ke tingkat yang paling rendah sepanjang periode setelah PD2, yaitu rata-rata 3% saja dari GDP. Setelah agresi Putin ke Ukraina, anggaran militer itu telah dinaikkan menjadi 2 kali lebih besar. Bahkan mungkin akan menjadi lebih besar lagi di waktu-waktu mendatang. Seperti reaksi berantai, kenaikan besar anggaran militer itu pun naik juga di berbagai negara di seluruh dunia. Padahal seharusnya anggaran itu dialokasikan untuk pendidikan, untuk kesehatan, untuk mitigasi bencana (alam), untuk menurunkan global warming (climate change), untuk menghindari bahaya dari artificial intelligence, untuk menghapus kemiskinan, dan lain-lain.

Russia-Ukraina bukan soal sepele, bukan?


M. Jojo Rahardjo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun