Sejak industri televisi meredup, masyarakat beralih ke layar elektronik baru, yaitu layar yang selalu dalam genggaman tangan mereka, yaitu layar smartphone. Tiba-tiba bintang-bintang yang sudah populer di layar kaca TV, semakin populer di layar smartphone. Satu video pendek (3-5 menit) tentang selebriti yang tak bisa memasak telor bisa ditonton puluhan juta orang. Tentu saja itu sebuah ladang baru bagi para selebriti.
Mereka ini sering disebut dengan sebutan YouTuber.
Tidak hanya para selebriti yang kecipratan peluang baru seperti itu. Para aktivis di bidang politik pun menggarap media baru ini. Mereka "berhenti" menulis artikel atau buku, sebagai gantinya mereka membuat video sekitar 10 menitan secara teratur.Â
Itu diakui oleh Ade Armando di salah satu video terakhirnya di CokroTV, sebuah channel di YouTube yang naik daun. CokroTV yang menampung banyak aktivis ini sekarang sudah memiliki 1,7 juta subscribers. Ade cukup kaget, karena video yang dibuat beberapa aktivis ternyata diminati juga oleh netizen. Ternyata ada juga peminat video yang serius, tambah Ade.
Tentu perkembangan baik CokroTV itu dan beberapa pembicaranya membuat kita lega, karena berbagai video di Internet, ternyata juga diisi dengan perjuangan para aktivis yang ingin NKRI terus menjadi lebih baik.
==o==
Namun demikian ada yang membuat kita prihatin, karena di antara berbagai video itu ada cukup banyak video jenis lain yang isinya penyesatan masyarakat yang sangat serius. Salah satu jenis video penyesatan itu adalah video yang berisi konten penyebaran ideologi transnasional dari kelompok radikal agama. Selain konten radikal agama, ada juga konten yang akhir-akhir ini disebut sangat merugikan masyarakat.
Sebagaimana kita tahu beberapa tahun belakangan ini media ramai membahas beberapa orang yang menggembar-gemborkan kekayaannya melalui perdagangan online, salah satunya perdagangan crypto currency.Â
Ada sejumlah nama, seperti Indra Kesuma, Doni Muhammad Taufik, Vincent Raditya, Erwin Laisuman, dan Kenneth William dan lain-lain yang sejak beberapa tahun terakhir membanjiri layar smarphone masyarakat dengan video-video mereka yang menggambarkan betapa mudahnya mereka memperoleh uang dan menjadi kaya-raya hanya dari perdagangan online.
Namun kemudian muncul beberapa orang yang mengaku menjadi korban dari orang-orang seperti Indra, Doni, dll itu. Mereka tergiur dengan apa yang disampaikan para anak-anak muda kaya mendadak itu dan kemudian ikut mempertaruhkan uangnya. Namun ternyata uangnya hilang, bahkan ada yang hilang mencapai 500 juta, bahkan lebih. Sementara itu Indra Kesuma, dan lain-lain masih terus menggelar video-videonya yang isinya bagaimana mereka masih terus bertambah kaya.
Sekarang orang-orang seperti Indra, Doni, dll sedang disidik polisi. Beberapa di antaranya sudah berada di luar negeri. Tak jelas, apakah mereka melarikan diri atau tidak.
Mereka memang harus disidik oleh polisi, karena mereka berperan sebagai para influencer atau afiliator yang mempromosikan perdagangan online yang ilegal, artinya perusahaan yang mereka promosikan itu tidak memiliki izin di Indonesia, seperti Binomo, Olymptrade, Quotex dan OctaFX.
Jadi, Indra, Doni, dll., dianggap gencar membuat video di YouTube Channel mereka masing-masing untuk tujuan yang merugikan masyarakat.
Belakangan kasus ini semakin berkembang lagi, karena ada beberapa channel YouTube terkenal yang ikut mempromosikan mereka. Sejumlah channel yang dikelola sejumlah nama seperti Boy William, Deddy Corbuzier, Fiki Naki sampai Picky Picks disebut oleh beberapa media pernah ikut mempromosikan online trading ini dan mereka yang sedang kaya mendadak.
Kita tahu beberapa tahun terakhir ini muncul channel di YouTube yang menyajikan acara talkshow yang kemudian laku ditonton banyak orang. Channel seperti ini seringkali mendapat bayaran dari orang-orang tertentu untuk menghadirkan mereka dalam acara talkshow mereka atau mempromosikan mereka.
Jadi selain Indra & Doni memiliki channel masing-masing, namun mereka juga hadir di channel para pengelola talkshow tersebut di atas. Video "sesat" ini pun kemudian semakin beredar secara massive di dunia maya atau sampai ke jutaan layar smartphone masyarakat. Tentu saja banyak yang tersesatkan.
PENUTUP
Pernah dengar istilah monkey business? Tentu saja arti sebenarnya dari monkey business tidak setepat kisah di bawah ini.
Ini tentang sebuah desa yang tiba-tiba kedatangan orang kaya. Setelah ngobrol dengan orang desa, lalu orang kaya ini menawarkan solusi untuk menghilangkan kera-kera pengganggu pertanian atau perkebunan di desa itu.Â
Orang kaya itu akan membeli dari orang desa berapa pun kera yang tertangkap sebesar 50 ribu Rupiah per ekor. Orang kaya itu beralasan, kera itu bisa dijualnya nanti di kota dengan harga 75 ribu Rupiah.Â
Dalam waktu singkat puluhan ekor kera bisa ditangkap dan diserahkan kepada orang kaya itu. Seminggu kemudian orang kaya itu kembali ke desa dan membayar 75 ribu Rupiah per ekor kera, karena ternyata harga kera naik di kota, kata orang kaya itu. Kembali ia membayar puluhan ekor kera dan dibawa ke kota.Â
Minggu berikut ia kembali lagi membeli puluhan ekor kera dengan harga lebih tinggi, yaitu 100 ribu Rupiah. Lalu minggu berikutnya lagi orang kaya itu kembali ke desa, namun kali ini kera sudah habis di desa itu. Padahal kata orang kaya itu harga kera di kota sudah naik sebesar 500 ribu Rupiah per ekor. Oleh karena itu bersedia membeli seharga 450 ribu Rupiah per ekor.Â
Lalu karena sudah tidak ada kera lagi, maka orang kaya itu pulang ke kota dengan tangan hampa.Â
Namun setelah orang kota itu pergi, datang satu orang yang mengaku dari desa lain dan mengatakan ia memiliki ratusan ekor kera di desanya. Ia akan kirim ke desa ini jika orang desa ini mau membelinya seharga 350 ribu Rupiah per ekor.Â
Tentu saja orang desa itu setuju, karena tergiur dengan keuntungan 100 ribu Rupiah per ekor. Singkat cerita, orang yang menawarkan kera ini ternyata adalah orang suruhan dari orang kaya itu.
Ada ratusan ekor kera yang dibeli orang kaya ini dengan rata-rata 75 ribu Rupiah per ekor yang sudah dibelinya dari orang desa. Lalu kemudian ia menjual seluruh kera itu kembali ke orang desa dengan harga 350 ribu Rupiah per ekor. Setelah orang desa membeli seluruh kera itu, lalu tentu saja orang kaya itu tak pernah datang lagi ke desa itu, menghilang entah kemana.
Di mana kesamaan monkey business dengan kasus online trading di atas? Perusahaan online trading yang ilegal itu adalah orang kaya, dan influencer adalah orang yang berperan menjerumuskan orang-orang desa agar mau bertransaksi kera.
Tentu saya berharap mereka yang telah menjadi orang desa di kasus online trading itu bisa memperoleh keadilan. Dan semoga kasus itu menjadi pelajaran masyarakat agar berhati-hati dengan berbagai video kaya mendadak tanpa kerja keras. Â Jangan pernah lupa, apapun yang kita inginkan harus diperjuangkan dengan kerja keras dan otak yang memadai.
Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) telah memblokir 1.222 situs perdagangan online yang tak berizin di Indonesia. Situs ini sering disebut dengan permainan judi berkedok trading. Binomo, IQ Option, Olymptrade, Quotex, dan lain-lain termasuk yang diblokir.
Tidak hanya itu, Bappebti juga memblokir 336 robot trading seperti Net89/SmartX, Auto Trade Gold, Viral Blast, Raibot Look, DNA Pro, EA 50, Sparta, Fin888, Fsp Akademi Pro dan lain-lain.
Hati-hatilah! Dan jaga otak kalian agar selalu berfungsi maksimal, sehingga tak mudah dikelabui oleh para penipu!
M. Jojo Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H