Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Edy Mulyadi dan Kesehatan Mental

25 Januari 2022   09:53 Diperbarui: 31 Januari 2022   18:49 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edy Mulyadi dikabarkan oleh berbagai media menghina suku asli Kalimantan, karena menyebut Kalimantan sebagai tempat jin buang anak dan kalimat lain yang tidak pantas. Itu ia lakukan bersama dengan beberapa orang lain sebagaimana terlihat dalam video yang beredar di media sosial.

Jejak digital Edy menyebutkan bahwa ia adalah seorang "kader" PKS dan pernah dicalonkan untuk menjadi anggota dewan, namun gagal. Jejak digitalnya yang lain tentu mencengangkan, karena disebut beberapa media sebagai orang yang beberapa kali terindikasi menyebarkan kabar bohong melalui channel miliknya di Youtube.

Reaksi keras dan besar muncul di mana-mana. Orang yang tidak dihinanya saja merasa ikut marah, apalagi mereka yang dihinanya, yaitu warga asli Kalimantan. Media sosial sekarang dipenuhi oleh berbagai video yang berisi reaksi keras warga asli Kalimantan pada Edy dan teman-temannya.

Banyak yang kemudian bertanya: bagaimana mungkin orang yang menurut ukuran sains adalah mentally sick, namun bisa pernah menjadi caleg sebuah partai politik. Seharusnya kesehatan mental menjadi ukuran yang utama bagi calon anggota dewan, bupati, walikota, gubernur atau pemimpin apa pun. Jika sistem politik di negara ini meloloskan seorang yang terindikasi mentally sick, maka yang akan rugi adalah masyarakat.

Apa kata sains mengenai ini?

APA ITU KESEHATAN MENTAL?

Kesehatan mental mempengaruhi kecerdasan, produktivitas, kreativitas, inovasi, dan kesehatan tubuh. Kesehatan mental juga mempengaruhi kemampuan dalam memberi solusi, juga ketangguhan di situasi sulit. 

Selain itu kesehatan mental juga mempengaruhi kecenderungan pada kebajikan, misalnya kesantunan, kelembutan, hingga kecintaan pada harmoni di masyarakat. Yang terakhir ini tentu amat penting, karena itu akan mempengaruhi juga apakah ia lebih mementingkan diri sendiri (kelompoknya sendiri) atau orang lain hingga masyarakat.

Ini kutipan tentang betapa pentingnya kesehatan mental, karena mempengaruhi perilaku hingga produktivitas (prestasi dalam kebaikan):

Mental health conditions are too often functionally disabling, impacting individuals' ability to think clearly, live independently in the community, maintain meaningful interpersonal relationships, and achieve personal goals.

Mental health is an essential component of overall health and well-being (World Health Organization, 2013), and mental illnesses---such as schizophrenia, depression, bipolar disorder, post-traumatic stress disorder (PTSD), and autism---are leading causes of disability in the U.S. (U.S. Burden of Disease Collaborators, 2013).


( https://www.ncbi.nlm.nih.gov/)

ANGKA-ANGKA SEPUTAR KESEHATAN MENTAL MENURUT WHO

1. Kesehatan mental menyebabkan kerugian sebesar 1 triliun dolar (USD) per tahun secara global.

2. Kesehatan mental mengurangi produktivitas, menyebabkan gangguan kesehatan, dan merusak relationships.

3. Mereka yang kesehatan mentalnya yang terganggu bisa saja tetap bekerja atau belajar di sekolah, dan bahkan melakukan aktivitas sosial lainnya, namun mereka hanya menghasilkan output kualitas yang terbatas.

3. Dari seluruh anggaran kesehatan di berbagai negara di dunia, biasanya pemerintah hanya mengalokasikan 3% saja untuk kesehatan mental masyarakat.

4. Setiap 1 dolar yang dikeluarkan pemerintah untuk menangani kesehatan mental di masyarakat akan menghasilkan 4 dolar, karena membaiknya kesehatan dan meningkatkan kemampuan bekerja dan produktivitas masyarakat. Pemerintah pun akan menghemat uang dalam penyelenggaran layanan kesehatan dan kesejahteraan.

( https://www.who.int/ )

MENGUKUR KESEHATAN MENTAL

Kita hidup di era digital dimana akses kepada sumber-sumber informasi semakin terbuka lebar, nyaris tanpa batas. Sehingga tidak sulit lagi untuk memperoleh berbagai informasi tentang cara untuk mengukur kesehatan mental menurut berbagai riset sains terakhir.

Tentu sejak dahulu sudah ada cara mengukurnya dengan menggunakan sains seperti psikologi. Namun 3 dekade terakhir ini juga sudah ada sains yang baru berkembang, yaitu neuroscience & positive psychology.

( https://theconversation.com/ )

SKILLS DALAM MENURUNKAN TINGKAT STRES

Sebagaimana sudah disebutkan di awal tadi, kesehatan mental yang baik akan menghasilkan kecerdasan yang lebih baik, produktivitas, kreativitas, inovasi, ketangguhan di situasi sulit, kecenderungan pada kebajikan dan kesehatan tubuh yang lebih baik.

Kesehatan Mental akan sulit diperoleh jika tidak tahu cara yang efektif untuk menurunkan tingkat stres, yaitu menurut berbagai riset sains terakhir adalah dengan:

1. Meditasi, 2. Bersyukur, 3. Praktik kebajikan, 4. Relationships, 5. Olahraga, 6. Makanan.

Komunitas Membangun Positivity sudah membahas itu dalam beberapa artikel dan video. Silakan mengunjungi page Komunitas Membangun Positivity di sini: https://facebook.com/membangunposivity

CIRI TOXIC PEOPLE YANG MUNGKIN NYALON UNTUK MENJADI PEJABAT PUBLIK

Berdasar pada jejak digital. Tentu menjadi mudah bagi kita sekarang untuk melakukan background check seseorang, karena jejak digital nyaris tidak bisa hilang. Saat sebelum proses pencalonan pejabat publik tentu bisa dibuat banyak forum diskusi untuk membahas jejak digital seorang calon.

Untuk memudahkan, jejak digital seorang calon bisa dinilai dengan menggunakan beberapa kriteria dari toxic people. Meski istilah ini bukan istilah ilmiah, namun ini istilah yang populer di dunia media, namun tetap memiliki landasan ilmiah:

1. Psikopat,  2. Sosiopat, 3. Narsisis

Jika tidak ada UU yang bisa melarang, maka masyarakat bisa melakukan kampanye untuk menghalangi calon dengan ciri toxic people untuk bisa menjadi pejabat publik.

Salam sehat!

M. Jojo Rahardjo

Menulis lebih dari 500 artikel, 100 lebih video, 3 ebooks, dan menyelenggarakan diskusi online sejak 2020. Semuanya untuk mempromosikan berbagai riset sains seputar fungsi otak dan kaitannya dengan kecerdasan, produktivitas, kreativitas, inovasi, ketangguhan pada situasi sulit, kecenderungan pada altruism, dan kesehatan.

===========

Artikel ini ditulis berdasarkan bahan presentasi M. Jojo Rahardjo untuk diskusi online yang diselenggarakan oleh Komunitas Membangun positivity. Ini video dari diskusi online tersebut: https://youtu.be/oySlM2ESwgw

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun