Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Pilihan

Mengaku Anak Jenderal, Mengaku Kenal Banyak Ketum

24 November 2021   20:42 Diperbarui: 24 November 2021   21:00 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENGAKU ANAK JENDERAL, MENGAKU KENAL BANYAK KETUM PARTAI
FENOMENA APA ITU?

Tentu beberapa kali kita melihat ada orang di tempat umum mengaku-ngaku anak jenderal, atau kenal pejabat penting. Kita tentu heran mengapa mereka melakukannya, apalagi dengan bertingkah seolah yang lain harus mengalah atau tunduk pada mereka.

Ini memang mengenai kejadian baru-baru ini di sebuah pesawat, yang konon jika dipersingkat kisahnya adalah seorang perempuan tergopoh-gopoh ingin segera keluar dari pesawat mendahului penumpang lainnya, padahal pintu pesawat belum dibuka. Saat ia terhalang oleh sebuah kopor, ia pun konon menendang kopor itu dan bertengkar dengan pemilik kopor. Pertengkaran terus berlanjut hingga ke kantor polisi di Bandara. Sepanjang pertengkaran ia terekam oleh kamera bersikap kasar, termasuk pada seorang ibu tua.

Saat bertengkar itu, dikabarkan perempuan itu menyebut dirinya adalah anak jenderal, dan kenal dengan beberapa ketua umum partai. Tentu dengan maksud, pihak yang bertengkar dengannya mengalah, dan dia merasa lega atau menang.

Tentu apa yang sebenarnya terjadi, belum jelas. Apakah ini hanya kisah sepihak, yaitu dari pihak yang bertengkar dengan perempuan itu? Namun dari video yang beredar memang menunjukkan beberapa sikap kasar dari perempuan itu yang seharusnya tak perlu ditunjukkan di depan umum.

Dari kacamata neuroscience, mereka yang memiliki positivity yang besar di otaknya, akan bersikap kebalikan dari perempuan itu. Mungkin sekali malah mengalah dan menghindari pertengkaran itu, meski pihak lain merugikannya. Atau segera melakukan penyelesaian hukum di kantor polisi, bukan terus menunjukkan sikap arogan atau sikap kasar pada orang lain di depan umum.

Apa itu positivity menurut neuroscience?

Istilah itu muncul dari beberapa neuroscientists untuk menggantikan kata happiness, karena kata happiness memiliki definisi yang amat luas. Itu bisa kita lihat jika kita Google definisi happiness.

Positivity adalah kondisi di otak saat berfungsi maksimal, sehingga lebih cenderung pada kebajikan, lebih cenderung pada prosocial behaviour, atau tidak agresif, lebih memilih untuk bersahabat, cenderung ngalah, cenderung memaklumi sikap orang lain atau bersikap netral pada sikap (apapun) dari orang lain.

Kondisi otak yang maksimal ini juga berkaitan dengan kecerdasan yang lebih baik, juga kreativitas, inovasi, pencarian solusi, tahan stres, hingga kesehatan tubuh.

Positivity ini memang kata lain dari happiness, tentu dengan definisi yang lebih khusus. Jadi benar apa yang sering kita dengar sejak lama, bahwa orang yang bahagia, pasti akan memiliki sikap yang lebih baik di masyarakat.

==o==

Mengaku anak jenderal atau mengaku kenal dengan banyak ketum partai itu hanya gambaran dari perasaan terancam oleh siapa pun yang ada di sekitarnya. Merasa terancam itu juga gambaran dari fungsi otak yang sedang berfungsi kurang maksimal. Kopor yang menghalangi jalannya hanya sekedar memicunya untuk lebih melihat apapun atau siapapun di sekitarnya sebagai ancaman atau hal negatif.

Otak yang tak berfungsi maksimal ini digambarkan oleh neuroscience: ada bagian tertentu dari otak, yaitu prefrontal cortex yang terhambat kerjanya, karena amygdala (bagian otak yang lain) mengambil alih atau membajak hampir seluruh bagian otak.

Sebagaimana kita ketahui amygdala adalah satu bagian otak yang sudah ada sejak masa reptil yang tugasnya hanya memberi 2 respon: 1. fight, 2. flight (bertarung atau lari). Amygdala ini tentu memiliki fungsi yang penting, yaitu untuk bertahan hidup dari pemangsa atau mendapatkan makanan. Sedangkan prefrontal cortex bertugas lebih lengkap, misalnya memproses informasi yang ada sebelum melakukan tindakan.

Kondisi stres yang sering terjadi dan sering pada tingkat yang berbahaya menjadi penyebab kurang aktifnya prefrontal cortex dan sebaliknya malah mengaktifkan amygdala. Padahal amygdala hanya menghasilkan fight or flight saja.

Saat seseorang dalam keadaan tidak stres, mungkin sekali ia akan berlaku normal. Itu artinya prefrontal cortexnya sedang bekerja dengan baik. Namun jika ia stres, maka akan muncul berbagai sikap buruk yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Perempuan yang ramai dibicarakan itu tentu salah satu contohnya.

Mereka yang terlatih bertahun-tahun untuk selalu menurunkan tingkat stresnya setiap hari, akan memperoleh benefit yang besar, yaitu akan mampu dengan mudah menurunkan tingkat stresnya pada saat situasi di sekelilingnya menekannya. Otaknya akan tetap berfungsi normal, sehingga tindakannya pun tetap tenang, pro sosial, tidak agresif, santun, dan damai.

Jadi penting sekali untuk mencari tahu berbagai cara untuk menurunkan tingkat stres, karena pemicu stres ada banyak sekali, dan terjadi bisa setiap saat. Bahkan ada pemicu stres dari dalam diri kita sendiri, yaitu yang ditemukan dalam 2 dekade terakhir ini, yaitu mind-wandering. 

Bahasa Indonesia untuk mind-wandering ini adalah melamun, meski itu belum terlalu tepat. Menurut riset sebagian besar isi mind-wandering itu adalah pikiran negatif yang berulang sejak kemarin, dan akan diulang lagi esok hari. Topik mengenai mind-wandering ini adalah topik yang terus tumbuh di berbagai forum sains.

Jadi apa cara sains untuk menurunkan tingkat stres?

Saya banyak sekali menulis soal berbagai cara itu di beberapa akun media sosial saya. Ada ratusan tulisan mengenai itu. Jadi silakan dibaca dan juga simak video yang sudah saya buat mengenai itu. Setidaknya ada 6 cara untuk menurunkan tingkat stres menurut berbagai riset sains, yaitu: 1. Meditasi, 2. Bersyukur, 3. Berbuat kebajikan, 4. Silaturahim, 5. Olahraga, 6. Makanan.

M. Jojo Rahardjo

Menulis lebih dari 500 artikel, 100 lebih video, 3 ebooks, dan menyelenggarakan diskusi online sejak 2020. Semuanya untuk mempromosikan berbagai riset sains seputar fungsi otak dan kaitannya dengan kecerdasan, produktivitas, kreativitas, inovasi, ketangguhan pada situasi sulit, kecenderungan pada altruism, dan kesehatan. Kunjungi: https://facebook.com/membangunpositivity

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun