1. Besok masih bisa makan gak ya?
2. Besok makan apa?
3. Besok saya mau makan ini & itu ditambah dengan ini & itu.
Ketiga pertanyaan itu diajukan oleh mereka dari kelas ekonomi yang berbeda:
Pertanyaan pertama dari kelas yang paling memprihatinkan.
Pertanyaan kedua dari kelas yang lumayan.
Pernyataan ketiga dari kelas yang membuat kita semua prihatin.
Apa yang kita makan itu memiliki Foodprint. Apa artinya?
Kita tentu bisa membayangkan bagaimana makanan yang ada di piring kita itu berasal dari pertanian atau peternakan, atau juga dari budidaya. Namun jarang dari kita yang bisa menyadari bagaimana makanan itu berproses hingga ke piring itu bisa memiliki dampak pada berbagai hal, seperti global warming, kesejahteraan hewan ternak di peternakan, kesejahteraan pekerja di sektor pertanian & peternakan, pasar tradisional, dan lain-lain.
GLOBAL WARMING KARENA PETERNAKAN?
Para saintis di dunia sudah lama menyerukan beberapa fakta berikut: Hewan ternak membutuhkan makanan yang diperoleh dari pertanian, seperti kedelai. Pertanian kedelai membutuhkan terlalu banyak lahan dan air. Padahal kita butuh lahan yang lebih banyak untuk paru-paru dunia. Itu belum menyebut pupuk yang juga menyumbang global warming. Juga belum menyebut proses transportasi daging ternak ke seluruh pelosok Bumi yang membutuhkan fossil fuel.
Sementara itu, peternakan menghasilkan gas metana sebagai penyumbang yang signifikan pada global warming.
'Foodprint Label' versus 'Halal Label'?
Karena itu setiap makanan sekarang sering memuat beberapa informasi penting seperti: nutrition facts, health claims, proclamations of animal treatment, organic, non-GMP Project Verified, Certified Naturally Grown, dan ada masih banyak lagi.
Kalo di Indonesia ada 1 label terkenal: 'Halal Label'.
PERSOALAN DUNIA YANG DIKALAHKAN DENGAN SOAL "REMEH"
Global Warming itu salah satu persoalan dunia yang penting. Artinya, jika disebut sebagai persoalan dunia, maka ia juga akan memberi dampak kepada siapapun yang hidup di muka Bumi ini. Namun kita mengira dampak global warming masih lama, mungkin 10 dekade ke depan.
Sayangnya, kita selalu luput memperhatikan apa yang menjadi persoalan dunia itu. Kita malah sibuk membahas bagaimana mereformasi agama agar menjadi lebih toleran, pro perdamaian, pro sains, atau sekedar merayakan apa-apa yang hebat di masa lalu dari agama.
M. Jojo Rahardjo
Menulis sekitar 500 artikel, 100 lebih video, 3 ebooks, dan menyelenggarakan diskusi online sejak 2020. Semuanya untuk mempromosikan berbagai riset sains seputar fungsi otak dan kaitannya dengan kecerdasan, produktivitas, kreativitas, inovasi, ketangguhan pada situasi sulit, kecenderungan pada altruism, dan kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H