Tentu saja menyenang-nyenangkan diri sendiri tak selalu berarti salah. Apalagi di masa pandemi ini sering terdengar orang menghimbau: hati yang gembira adalah obat. Sehingga apa pun akan dikerjakan orang sepanjang bisa membuatnya gembira atau senang.
Benarkah cara itu bisa memperbaiki kesehatan mental yang pada gilirannya akan memperbaiki immune system? Juga produktivitas yang terganggu karena stres?
Di masa pandemi ini, kita bisa melihat bagaimana orang mengisi hari atau waktunya tiap hari. Tahukah Anda, apa yang dikerjakan orang menggambarkan kondisi mentalnya atau mempengaruhi kondisi mentalnya semakin baik atau semakin buruk.
DAFTAR KEGIATAN BURUK YANG KERAP DILAKUKAN ORANG SAAT PANDEMI:
1. Rumah saya kecil, saya tak punya uang untuk membeli sepeda atau perlengkapan olahraga seperti sepatu, sehingga saya tak mungkin bisa berolahraga di luar rumah. Jadi, saya di rumah sajalah. Tentu ini alasan yang dibuat-buat, karena hanya dengan sendal jepit pun kita bisa berjalan-jalan di luar rumah atau wilayah sekitar rumah, sehingga badan kita bergerak atau berolahraga.
Olahraga bukan sekedar bergerak atau melancarkan peredaran darah, tetapi memiliki beberapa benefit lain: 1. Membantu kita membangun relationships yang baik dengan pasangan, keluarga, saudara, teman, tetangga, atau masyarakat. Itu karena olahraga kerap disertai dengan interaksi dengan orang lain. 2. Olahraga juga bisa kita gunakan untuk melatih disiplin, seperti bangun tiap pagi pada jam yang ditentukan. Membangun disiplin ternyata baik untuk menurunkan tingkat stres. 3. Olahraga memberi kita kesempatan untuk berlatih olah-pernafasan (saat berolahraga). Riset mengenai ini sudah banyak dan menunjukkan berlatih olah-pernafasan menurunkan tingkat stres.
2. Saya berusaha untuk tak ketinggalan berita, itu sebabnya saya terus mengakses berbagai platform medsos saya sejak bangun tidur hingga tidur lagi, termasuk saat sedang makan atau minum, atau berbicara dengan orang lain, bahkan saat menonton TV, atau bekerja dengan komputer saya.
Media sosial sudah diteliti, ternyata lebih sering menyumbang stres daripada membuat kita lebih tenang. Kecuali Anda orang yang mengontrol diri sendiri, hampir tidak ada cara yang cukup efektif untuk menurunkan kecanduan kita pada media sosial, karena media sosial adalah lifestyle di zaman digital ini. Namun demkian ada cara untuk menurunkan tingkat stres yang disebabkan oleh aktivitas kita di media sosial ini, yaitu dengan melakukan meditasi sekuler (lihat caranya di sini:Membangun Positivity).
Media sosial juga membuat kita melakukan multitasking (mengerjakan satu aktivitas bersamaan dengan aktivitas lain). Kita cenderung bermedsos sambil berbicara dengan orang lain, bekerja dengan komputer kita, menonton TV, makan, minum, dan lain-lain. Multitasking ini juga menghasilkan stres dan menurunkan produktivitas. Multitasking ini juga sulit kita hindari di zaman digital sekarang ini. Cara menurunkan stres yang diakibatkan oleh multitasking, tentu saja meditasi lagi.
3. Saya ogah memasak makanan sehari-hari, karena ada banyak kerepotan kalau memasak sendiri. Harus membeli bahan untuk dimasak, lalu juga harus mencuci peralatan masak dan peralatan makan. Kalo beli makanan yang sudah jadi, tentu sudah dilengkapi dengan alat-alat makan plastik yang tinggal dibuang setelah selesai.
Memasak sendiri sebenarnya memiliki benefit yang bisa kita petik, antara lain: 1. menghasilkan disiplin yang kita butuhkan saat membuat rencana belanja dan apa yang akan dimasak, 2. melatih kita untuk terus berinteraksi (yang sering hilang, bukan?) dengan anggota keluarga yang lain, yaitu dengan cara berbagi tugas secara adil. Ada yang belanja, menyiapkan bahan, memasak, dan mencuci peralatan masak dan makan. Semua ini malah menurunkan tingkat stres, bukan malah menambah stres, jika kita melakukannya bersama-sama dalam kerangka membangun interaksi.