Pandemi COVID-19 mulai merebak Desember 2019 lalu. Sekarang setiap hari 300 orang lebih mati di Indonesia dari 11 ribu bertambahnya yang terinfeksi setiap hari. Sedangkan sejak Maret 2020 sudah mati sebanyak 27,000 lebih (Worldometers).
Sementara itu sudah 2 juta orang lebih mati di seluruh dunia sejak Desember 2019 lalu dan 1500 orang mati setiap hari dari 7500 bertambahnya yang terinfeksi setiap hari.
Pada kasus pandemi Spanish Flu (1918-1919), gelombang kematian kedua (ada 3 gelombang kematian) yang paling banyak menelan nyawa di seluruh dunia.Â
Pulau Jawa sendiri memiliki catatan 1,5 juta orang mati saat pandemi Spanish Flu. Gelombang kedua terjadi di kwartal ketiga saat itu.
Pandemi COVID-19 sekarang telah melewati kwartal ketiga, jumlah korban "masih" 2 juta orang lebih. Meski vaksin telah ditemukan, nampaknya paling cepat pandemi akan berakhir di awal tahun depan, 2022.
Sedangkan pandemi Spanish Flu berhenti setelah 50 juta orang lebih mati dalam kurun waktu 2 tahun saja. Para peneliti menduga pandemi berhenti karena telah tercapai herd immunity.
Kita tentu tak perlu menunggu atau membiarkan 50 juta orang atau lebih mati lebih dahulu agar pandemi berhenti. Kenapa? Tentu karena sekarang kita punya vaksin yang bisa mempercepat tercapainya herd immunity.
Presiden Jokowi bahkan menyebut agar swasta juga terlibat untuk menyelenggarakan vaksinasi swasta. Itu agar proses imunisasi bisa lebih cepat.
Sayangnya ketersediaan vaksin amat terbatas di dunia. Selain proses produksi yang tak bisa cepat, juga karena kebutuhan dunia akan vaksin yang tinggi sekali.Â
Amerika baru-baru ini dikabarkan kekurangan vaksin saat vaksinasi baru saja berjalan di sana. Belum lagi juga karena alasan politik dunia yang dijalankan oleh negara yang memproduksi vaksin.
Pandemi COVID-19 tentu saja akan segera berlalu. Saat kita menunggu vaksinasi selesai di seluruh dunia dan terutama di Indonesia, jangan lupa terus terapkan protokol kesehatan COVID-19.Â
Bahkan protokol kesehatan COVID-19 nanti akan terus diterapkan, karena bisa mencegah munculnya pandemi baru di masa mendatang. Â
Jangan lupa pula, bahwa setiap peristiwa negatif seperti pandemi, perang, atau bencana alam, selalu membawa perubahan positif dalam peradaban manusia.
M. Jojo Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H