Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apa yang Terabaikan Setiap Gempa Terjadi?

16 Januari 2021   17:09 Diperbarui: 17 Januari 2021   11:54 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir ini, media cetak, elektronik, online, dan media sosial ramai mengulas apa yang terjadi di kabupaten Majene, Sulawesi Barat, yaitu bencana gempa bumi. Majene dan sekitarnya diguncang gempa 5,9SR pada hari kamis 14 Januari 2021, lalu esoknya  pukul 1330 dini hari gempa kembali mengguncang dengan kekuatan 6,2SR. 

Sumber gempa pada 14 dan 15 Januari tidak berjauhan, menurut para ahli geologi, gempa ini disebabkan Mamuju-Majene Thrust (istilah geologi untuk membedakan satu sesar dengan sesar lainnya).  Sesar jenis ini disebut sebagai sesar yang sering menghasilkan kerusakan parah.

Sumber gempa yaitu sesar Mamuju-Mejene menjadi salah satu topik utama yang dibahas di berbagai media, selain potensi tsunami dan potensi gempa susulan. Apakah akan ada gempa yang lebih besar, atau lebih kecil? Apakah gempa berikutnya akan terjadi di laut di laut sebagaimana yang pernah terjadi puluhan tahun lalu di sekitar Majene?

Sulawesi memang pernah disebut oleh beberapa ahli geologi memiliki frekwensi gempa yang lebih tinggi dan memiliki potensi gempa besar yang lebih besar daripada pulau Sumatra misalnya. Namun Sumatra karena lebih padat penduduk, maka gempa Sumatra lebih menonjol di berbagai media.

Indonesia memang wilayah rawan gempa. Pusat Studi Gempa Nasional telah menerbitkan "Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017". Peta ini seharusnya menjadi pegangan atau orientasi pembangunan bagi pemerintah daerah yang wilayahnya memiliki potensi gempa.

Terlihat di gambar 1 wilayah yang memiliki potensi gempa raksasa karena adanya megathrust seperti di Aceh pada 2004. Wilayah Jawa Barat, atau Jakarta adalah salah satu yang terancam oleh megathrust. Apakah wilayah yang terancam megathrust ini sudah melakukan persiapan atau mitigasi bencana?

Sedangkan gambar 2 menunjukkan 295 sesar aktif di Indonesia, artinya ada 295 titik yang bisa menggetarkan bumi di sekitarnya dengan gempa besar atau gempa kecil. Apa yang sudah dilakukan pemerintah pusat dan daerah seputar potensi bencana gempa ini?

Gambar: Pusat Studi Gempa Nasional
Gambar: Pusat Studi Gempa Nasional

Sebenarnya para ahli geologi dan para aktivis kebencanaan cukup sering memberi peringatan soal ancaman gempa dan tsunami. Akhir September tahun 2020 lalu media diramaikan oleh apa yang disampaikan dari riset ITB tentang potensi tsunami yang akan menghantam wilayah selatan Pulau Jawa. 

Nampaknya dari berita yang beredar, Riset ITB ini lebih menonjolkan potensi tsunami besar (hingga 20 meter), padahal ada potensi gempa besar juga untuk seluruh wilayah Jawa dari sumber gempa dan tsunami yang sama di selatan pulau Jawa. 

Meski riset ini tentang wilayah Jawa, namun nampaknya wilayah lain di Indonesia yang memiliki potensi gempa besar dan tsunami besar kurang terdorong untuk menggiatkan mitigasi bencananya.

Siklus gempa & tsunami adalah salah satu kajian yang cukup menonjol di kalangan para ahli geologi dan aktivis kebencanaan. Mereka mencatat, bahkan mensosialisasikan berbagai siklus gempa dan tsunami besar di beberapa tempat di Indonesia. 

Selain Aceh (2004) dan Palu (2018) yang sudah terjadi, masih ada beberapa wilayah lain yang terancam gempa & tsunami besar. Riset yang baru-baru ini dikerjakan oleh ITB adalah salah satu peringatan yang sekali lagi diberikan oleh para ahli geologi.

Jangan lupa gempa dan tsunami besar di Sulawesi Tengah di akhir September 2018 lalu juga sudah ada kajiannya dan sudah ada sosialisasi tentang ancaman gempa & tsunami besar di sana. Salah satu yang mengkajinya Mudrik Daryono dalam disertasinya untuk meraih gelar doktor dari ITB di tahun 2016 (Program Studi Doktor Sain Kebumian). 

Mudrik bahkan ikut terjun di Ekspedisi Palu-Koro untuk memberi peringatan di tahun-tahun sebelum terjadinya gempa besar di Sulawesi Tengah di akhir September 2018 lalu itu.

Mudrik Daryono yang aktif menjadi peneliti gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam disertasinya tentang "Paleoseismologi Tropis Indonesia" (2016) menyebut, Sesar Palolo Graben ini memanjang 70 km dan membentuk lembah Palolo dan lembah Sopu. Sesar itu di barat laut berpotongan dengan Sesar Palu-Koro, sedangkan di batas tenggara menghilang di Lembah Napu.

Namun, yang lebih dikhawatirkan di Sulawesi Tengah bukan Sesar Palolo Graben, melainkan Sesar Palu-Koro, sesar darat terpanjang kedua di Indonesia setelah sesar besar Sumatera. Sulawesi yang terbentuk dari tumbukan tiga lempeng besar, yakni Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik, adalah pulau amat dinamis dan dibelah banyak sesar aktif.

"Sebagian sesar melintas di kota padat. Berdasarkan ancamannya, yang perlu dikhawatirkan adalah Kota Palu yang dilalui Sesar Palu-Koro di segmen Palu dan segmen Saluki. Selain itu, Kota Soroako dilalui Sesar Matano, terutama segmen Pamsoa dan segmen Ballawai. Sementara Kota Poso dilalui sesar naik Tokararu," kata Mudrik.

(http://lipi.go.id/lipimedia/WASPADAI-GEMPA-BESAR-DI-SULAWESI/18355)

Jadi, para ahli geologi sebenarnya sudah mengingatkan soal ini, bahkan sudah bertahun-tahun. Namun seringkali sebelum sempat gerakan mitigasi bencana lebih digiatkan lagi, gempa sudah terjadi. Padahal mitigasi penting untuk mengurangi risiko korban dan risiko kerugian.

Untungnya pemerintah Jokowi cukup tanggap pada potensi bencana yang berasal dari tumbukan lempeng tektonik ini. Pemerintah tahun 2019 lalu sudah menetapkan anggaran mitigasi bencana sebesar 15 triliun. Anggaran ini naik 2 kali lipat dari tahun sebelumnya ( https://www.dw.com/id/anggaran-mitigasi-bencana-2019-naik-dua-kali-lipat/a-46995847 ).

Apakah besar anggaran ini mencukupi? Para ahli tinggal menghitung dengan berdasarkan konsep yang ditawarkan oleh UN-Ocha dan UNDP yang menetapkan bahwa setiap 1 dollar yang diinvestasikan untuk kegiatan mitigasi akan menyelamatkan 7 dollar saat penanggulangan bencana. "Every 1 dollar spent on preparedness saves 7 dollars in emergency response. Act Now, Save Later!" demikian bunyi tagline kampanye mereka ( baca: ini ).

==0==

Inilah beberapa lesson learned dari bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Palu, serta Mamuju dan Majene, juga beberapa wilayah lain di Indonesia:

  • Bantuan kepada korban, baru bisa datang setelah berhari-hari bencana terjadi.
  • Sebagaimana di Jepang, negeri yang sering sekali dilanda gempa dan tsunami memberi pelajaran penting, mereka yang selamat adalah mereka yang mampu menolong dirinya sendiri atau ditolong oleh orang-orang yang berada di sekitar mereka. Tim SAR tentu bisa menolong, tapi peran untuk memberi keselamatan lebih besar diberikan oleh orang-orang di sekitar.
  • Kebanyakan rumah biasa (hingga 3 lantai) dibangun tanpa memenuhi standar tahan gempa besar. Sehingga korban akan banyak di rumah-rumah biasa ini.
  • Jalan-jalan terputus.
  • Listrik terputus.
  • Sistem komunikasi hancur.
  • Telpon selular tak bisa berfungsi.
  • BBM menghilang, karena stasiun pompa BBM tak bisa dioperasikan.
  • Rumah sakit tidak bisa beroperasi maksimal, karena gedungnya runtuh, listrik terbatas, obat-obatan tak mencukupi, dan lain-lain.
  • Pemerintahan (daerah) lumpuh.
  • Banyak korban tewas disebabkan karena korban luka tak tertolong selama berhari-hari. Juga banyak yang tewas karena penyakit yang biasa muncul di wilayah bencana.
  • Anak-anak dan kaum perempuan paling terdampak saat terjadi bencana, karena memiliki kebutuhan khusus.
  • Kelurahan sebaiknya menjadi pusat penanggulanan bencana, sehingga memiliki gudang makanan, minuman, P3K, obat-obatan, kebutuhan perempuan dan anak-anak (ini setidaknya untuk masa 1 minggu darurat). Jadi kelurahan juga harus memiliki alat komunikasi radio, dan alat pembangkit listrik beserta BBMnya.
  • Sistem peringatan dini harus sering dievaluasi atau dibuat simulasinya.
  • Rambu evakuasi harus jelas.

==0==

Sedangkan ini yang harus disiapkan oleh setiap individu yang tinggal di wilayah yang berpotensi gempa besar dan tsunami.

  • Punya tas atau ransel yang berisi: 'makanan &  minuman yang bisa disimpan lama'. Juga berisi P3K, ditambah obat-obatan lain yang dibutuhkan di masa bencana. Silahkan googling tentang apa saja isi tas atau ransel ini.
  • Memperbaiki kekuatan rumah yang kita tinggali sekarang atau tempat kita beraktivitas (tempat usaha, kantor, sekolah, dll). Ini bukan berarti merombak total rumah yang ada, tetapi hanya menambah tiang atau menambah tulang. Cara memperkuat rumah agar tahan gempa ini bisa dicari di Youtube.
  • Jika punya lemari besar atau perabot besar, pastikan lemari atau perabot itu tidak terlempar ke arah anda saat terjadi gempa besar. Demikian juga benda-benda berat atau mudah pecah seperti cermin, benda terbuat dari kaca dan lain-lain.
  • Pastikan juga kusen (rangka) pintu kamar mandi, kusen pintu untuk keluar dari rumah tidak melengkung sehingga pintu menjadi macet saat terjadi gempa.
  • Segera setelah terjadi bencana gempa, pusat kumpul yang pertama adalah sebaiknya di kelurahan, agar nama kita tercatat di sana. Ini mengingat saat terjadi gempa mungkin kita sedang berada di tempat terpisah dengan anggota keluarga yang lain.
  • Menghapal rambu-rambu evakuasi yang sudah dibuat pemerintah.
  • Saling mengingatkan dengan orang lain tentang apa yang harus disiapkan sebelum bencana gempa dan tsunami besar datang.

M. Jojo Rahardjo

Pemerhati kebencanaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun