Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemimpin Psikopat di Sekitar Kita

19 November 2020   07:38 Diperbarui: 24 September 2023   08:40 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: https://medicalxpress.com/

Masih ingat peristiwa menggemparkan di awal Maret 2020 lalu? Seorang ABG putri berusia 15 tahun membunuh anak kecil berusia 5 tahun di rumahnya sendiri. Pada polisi remaja putri ini mengaku sudah lama memendam hasrat membunuh orang, namun ia berhasil menahannya. 

Namun di hari itu 5 Maret 2020, ia tak kuasa memendam hasrat membunuhnya. Anak tetangga berusia 5 tahun yang sering main di rumahnya ia benamkan di bak mandi hingga tewas. Ia bahkan menyampaikan pada polisi ia merasa puas telah membunuh korbannya.

Dari coretan berupa tulisan dan gambar yang ditunjukkan polisi, banyak orang menduga ABG ini memiliki ciri psikopat. Benarkah ABG ini memiliki ciri psikopat? Sayangnya hingga bulan November 2020 ini tak ditemukan berita yang pasti tentang hasil pengamatan ahli jiwa pada ABG ini. Jika ABG ini memang memiliki ciri psikopat, maka apa yang akan terjadi pada ABG ini, dan sikap apa yang harus diambil masyarakat? 

Apakah psikopat terlahir begitu? Atau dibentuk oleh lingkungannya atau keluarga yang berantakan? Apakah tayangan yang ditonton anak itu memberi pengaruh? Berapa banyak jumlah psikopat di sekitar kita?

Banyak pertanyaan yang harus dijawab, bukan?

Psychopath sebenarnya bukan istilah klinis, namun terlanjur populer digunakan oleh media. Sains menggunakan istilah Antisocial Personality Disorder (ASPD) dengan berbagai spektrumnya. Salah satunya adalah psychopathy.

Psychopathy adalah kelainan personality sejak lahir, sebagaimana disebut oleh berbagai riset. Beberapa karakteristik psikopat yang menonjol:

1. Psikopat seperti nyaris tak memiliki emosi, seperti cemas, takut, sedih, marah, rasa bersalah, malu, menyesal, dan lain-lain. Padahal psikopat tidak mampu menyadari emotions orang lain, terutama negative emotions, seperti takut, menderita, dll., sehingga ia sering salah (tidak tepat) dalam merespons emotions orang lain. Psikopat juga kurang mampu meregulasi emotions-nya sendiri. Itu artinya psikopat cenderung menjadi impulsive. Meski demikian beberapa ahli menyatakan psikopat bisa meniru emotions orang lain (dan responsnya) untuk kepentingannya sendiri. Itu sebabnya mereka mampu menjadi aktor yang mampu mempermainkan emotions satu atau banyak orang, sehingga mereka sangat jago menipu, atau memanipulasi orang lain atau masyarakat untuk kepentingannya sendiri.

2. Psikopat seperti tak memiliki empathy. Ia bisa menyiksa atau membunuh tanpa rasa belas kasihan. Empathy yang dimaksud adalah kemampuan untuk menyadari dan ikut merasakan emotions orang lain, terutama emosi takut, sedih atau menderita. Sehingga ia tidak memiliki belas kasihan, tidak cenderung pada kebajikan, atau pandangan yang bermoral (mengikuti nilai-nilai yang berlaku di masyarakat). Ia hanya mengikuti pada apa yang menurutnya saat itu baik atau menguntungkan. Seorang psikopat dimotivasi oleh kesenangan yang bisa ia peroleh dalam melakukan apa pun, meski itu mengerikan buat orang lain.

3. Psikopat memiliki kesulitan untuk memahami nilai salah dan benar, atau baik dan jahat. Ia mungkin seperti (seolah) orang normal yang mengikuti aturan yang berlaku, seperti tidak melakukan pelanggaran aturan/hukum atau tidak melakukan kejahatan. Namun dorongan untuk melanggar aturan jauh lebih besar daripada orang normal.  Menurutnya aturan atau hukum hanya untuk orang bodoh, bukan untuk mereka yang "pintar". Kecenderungan ini membuatnya belajar sejak kecil sekali untuk memiliki kemampuan dalam menyembunyikan kecenderungannya ini. Lalu semakin dewasa ia semakin membangun kemampuan yang besar dalam memanipulasi orang lain atau menipu dengan lancar, bahkan menyalahkan orang lain. Penjara di manapun diisi oleh sekitar 25% psikopat, karena mereka tak takut pada sangsi hukum atau penjara. Itu yang membuat mereka sering kembali ke penjara setelah bebas.

4. Psikopat dominan terhadap orang lain. Karena itu mereka biasanya mengasah kepandaiannya dalam banyak bidang dan ia bisa sangat fokus dalam melakukannya. Ia akan memilih profesi yang bisa membuatnya dominan. Banyak dari mereka yang mengejar posisi CEO atau pimpinan karena di sana ia bisa menjadi dominan. Sebesar 4-12% CEO menunjukkan ciri psikopat, meski mereka belum tentu seorang psikopat, tetapi hanya memiliki beberapa karakteristik psikopat, yaitu: 1. hebat dalam pencitraan, 2. tenang dan tetap "tegas" dalam situasi krisis, 3. membuat keputusan besar tanpa melibatkan emosinya atau tidak peduli dengan nasib orang lain karena keputusannya itu.

5. Psikopat cenderung untuk mengambil untung dari orang lain, meski itu merugikan orang lain. Jika ia baik pada orang lain, itu dalam rangka untuk ambil untung atau mengeksploitasi korbannya. Itu sebabnya seorang psikopat dikenal sebagai orang yang paling mampu mengelabui orang lain. Ia menjadi tak pernah apa adanya. Ia bisa menjadi siapapun bagi orang lain, jika itu menguntungkan si psikopat. 

6. Psikopat tak selalu membunuh, juga tak selalu melakukan kekerasan, namun ia memiliki karakteristik yang merugikan orang lain seperti yang disebut di nomor 1 hingga 5. Jika seorang psikopat menjadi serial killer, ia akan memulainya pada masa remaja.

7. Psikopat itu pasti narcissistic, meski harus hati-hati dengan mereka yang memiliki ciri narcissist, karena belum tentu ia seorang psikopat. Meski begitu dalam sejarah, kita mendapatkan fakta, bahwa korban atau kerugian yang ditimbulkan oleh narcissist jauh lebih luas, terutama jika narcissist itu memiliki kekuasaan seperti raja, kaisar, presiden, gubernur, bupati, walikota, pejabat di pemerintahan, dll.

8. Psikopat sangat mampu menyembunyikan beberapa karakteristik utama (lihat 1-6 karakteristik di atas) pada pasangannya, keluarganya, atau orang-orang di sekitarnya. Jika seorang psikopat ditangkap polisi, pasangan hidupnya bisa tak percaya untuk waktu yang lama, bahwa pasangan hidupnya adalah seorang psikopat. Jadi psikopat sering terlihat sempurna, mempesona atau kharismatik. Coba saja baca sejarah tentang Ted Bundy dan Jeffrey Dahmer, 2 orang serial killer paling mengerikan di Amerika. Keduanya terlihat ramah atau tak berbahaya, bahkan masing-masing ibu mereka menyebut anak-anak mereka dengan sebutan: My baby boy. He could not do such things. Padahal anak-anak mereka sudah terbukti di pengadilan membunuh banyak orang.

***
Apakah gambaran tentang psikopat di atas mengingatkan anda pada seseorang yang anda kenal, atau seseorang di pemerintahan, DPR, gubernur, walikota, bupati, atau bahkan pemuka agama?

***

Sejak lahir otak psikopat berbeda dengan otak orang normal. Seperti disebutkan di atas, psikopat tak selalu melakukan kekerasan atau pembunuhan. Namun para ahli meyakini, bahwa lingkungannya atau salah asuh di masa kecil membentuk para psikopat ini untuk melakukan kekerasan dan pembunuhan yang tak terbayangkan oleh orang normal.

Dr. Kevin Dutton seorang peneliti di Oxford dan penulis buku "The Wisdom of Psychopaths: What Saints, Spies, and Serial Killers Can Teach Us About Success" melakukan penelitian dengan menggunakan "Transcranial magnetic stimulation" (TMS). 

Alat ini bisa menghasilkan magnit yang kuat yang lalu dihubungkan ke amygdala (bagian otak yang mengatur emosi, seperti rasa takut atau belas kasihan). 

TMS ini mampu menghentikan sinyal yang dihasilkan oleh amygdala untuk dikirimkan ke prefrontal cortex (bertugas memproses informasi yang masuk dari beberapa bagian lain dari otak, lalu menghasilkan sebuah proses kognitif atau rasional). Karena amygdala berhenti mengirimkan sinyal ke prefrontal cortex, maka tak ada belas kasihan yang muncul atau rasa takut, dan lain-lain.

Sekitar 1% dari populasi (ada di sekitar kita) memiliki karakteristik seperti yang diuraikan di atas atau memiliki karakteristik psikopat. Bahkan 3% business leaders memiliki karakteristik psikopat menurut Behavioral Sciences & the Law. Di Amerika 15% isi penjaranya adalah para psikopat (Sumber).

Banyak penelitian sudah dilakukan pada otak para psikopat. Hasil scan dengan menggunakan fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging) pada otak psikopat, menunjukkan mereka memiliki amygdala dan prefrontal cortex yang lebih kecil daripada otak orang normal. 

Artinya dengan amygdala yang lebih kecil, maka aktivitas di amygdala menjadi lebih kecil pula, padahal amygdala bertugas untuk memproduksi emosi seperti rasa takut atau belas kasihan, dan emosi lainnya.

Prefrontal cortex yang lebih kecil juga tak memproses sinyal dari amygdala, sehingga psikopat tak memproses emosi yang seharusnya ada pada otak yang normal.

Meski psikopat sering dilaporkan melakukan kekerasan dan pembunuhan berantai, namun sudah banyak ahli yang menyatakan bahwa beberapa karakteristik psikopat dibutuhkan untuk mereka yang ingin memiliki pencapaian tinggi dalam berbagai bidang. 

Mereka membutuhkan kemampuan untuk fokus yang diperoleh melalui hilangnya rasa cemas dan takut dalam situasi apa pun, atau juga kemampuan untuk tak mudah stres dan depresi.

Banyak pekerjaan atau profesi yang membutuhkan orang yang bisa mengerjakan pekerjaannya tanpa takut, tak melibatkan perasaan atau belas kasihan, seperti tentara yang memerangi musuh, polisi yang mengejar penjahat, penuntut umum atau jaksa terhadap terdakwa di pengadilan, ahli bedah, jurnalis dan lain-lain.

Neuroscience sudah menemukan cara untuk memiliki beberapa kemampuan itu, yaitu melalui meditasi. Sebagaimana psikopat, para biksu yang memiliki jam terbang yang panjang dalam meditasi memiliki beberapa kemampuan yang dimiliki psikopat itu. 

Namun bedanya para biksu itu malah memiliki empathy atau kasih sayang, kebajikan, dan menolak kekerasan, sedangkan psikopat tidak memiliki itu.

Mungkinkah meditasi bisa menjadi jawaban untuk para psikopat itu agar kecenderungannya pada kekerasan, pembunuhan, pelanggaran hukum/aturan/norma bisa dikurangi? Butuh penelitian yang panjang dan mendalam untuk bisa menjawab pertanyaan itu. 

Namun hingga sekarang belum ada klaim yang bisa dipercaya, bahwa psikopat (seperti ABG yang diduga psikopat itu) bisa mendapatkan program rehabilitasi yang mujarab.

M. Jojo Rahardjo
Sejak 2015 menulis ratusan artikel & video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun