Tentu kita tahu dulu pernah ada beberapa nama yang sangat populer sebagai penceramah motivasi. Juga kita tahu ada yang populer sebagai penceramah spiritual, termasuk juga penceramah kebahagiaan. Di mana mereka sekarang? Apakah banyak yang sudah kehilangan pamornya? Apakah SDM Indonesia telah membaik berkat para motivator itu?
Salah satu isi ceramah mereka yang paling dominan adalah bahwa yang penting dalam hidup ini adalah "life itself" atau hidup itu sendiri. Kebanyakan ceramah mereka adalah tentang bagaimana memiliki mindset yang tepat agar hidup kita lebih berkualitas. Banyak materinya bisa diambil dari beberapa buku seperti "Positive Thinking" atau "Emotional Intelligence", atau yang semacam itu.
Kata mereka antara lain: barang yang kita miliki sebenarnya tak penting. Demikian juga bukan pikiran hebat yang penting, atau kondisi keuangan, atau pekerjaan bagus atau yang lainnya.
Namun bagaimana memiliki mindset seperti yang mereka sampaikan? Adakah cara mereka itu bisa terukur? Atau berdasarkan riset ilmiah? Adakah formula ilmiahnya? Adakah rincian untuk melakukan ini dan itu atau rincian untuk tidak melakukan ini dan itu?
Sementara itu neuroscience atau positive psychology melakukan riset sepanjang 3 dekade terakhir tentang bagaimana cara kita bisa maksimal dalam menjalani hidup ini. Maksimal dalam apa? Maksimal dalam memanfaatkan potensi otak yang kita punya. Maksimal dalam memperoleh rasa bahagia. Maksimal dalam berinteraksi dengan orang lain. Maksimal dalam mencapai target atau prestasi yang kita tentukan. Maksimal dalam membuat tubuh yang lebih sehat. Maksimal dalam mendorong kita pada kebajikan. Atau maksimal dalam spiritualitas.
Lalu para ahli ini menyusun formulanya dengan secara ilmiah. Artinya formula itu sudah diuji untuk bisa dilaksanakan dan bisa memperoleh hasil yang diinginkan.
Sayangnya berbagai hasil riset itu kurang terpublikasi atau kurang dipromosikan secara luas, terutama di negeri berkembang.
Itu lah perbedaan antara isi ceramah motivator, ceramah spiritualitas, atau ceramah promotor kebahagiaan jika dibandingkan dengan mereka yang mempromosikan hasil riset neuroscience atau positive psycyhology.
Motivational speech ketika disampaikan dianggap  bisa "menggetarkan jiwa" karena sering kali "tepat sasaran". Mereka menyampaikan apa yang memang ingin didengarkan oleh audience. Namun sayangnya itu bisa berhenti sampai di situ saja, meski isi ceramah itu bisa juga menjadi inspiratif yang cukup punya pengaruh. Seberapa besar pengaruh mereka? Apakah kehadiran para motivator ini mempengaruhi SDM Indonesia? Itu yang perlu diukur, tentunya.
Sedangkan promosi hasil riset neuroscience atau positive psychology hanya bermaksud menyampaikan apa yang sudah diriset oleh para ahli. Bukan bermaksud untuk memberi ceramah.