Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bekerja Kembali? Bagaimana Cara yang Paling Cerdas dan Aman?

9 Juli 2020   08:50 Diperbarui: 9 Juli 2020   09:09 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu, 8 Juli 2020, LSI Denny JA baru meluncurkan hasil surveinya seputar dampak COVID-19. Di bawah ini adalah beberapa poin yang saya catat menonjol:

1. COVID-19 memunculkan anggapan, bahwa ekonomi memburuk.
2. Muncul kekhawatiran tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok.
3. Bantuan sosial dari pemerintah masih belum maksimal.
4. Kurangnya penerapan protokol kesehatan secara ketat.
5. Pemerintah jangan sampai jatuh karena persoalan ekonomi yang memburuk.
6. Tokoh masyarakat harus muncul untuk menunjukkan sikap positif di masa COVID-19 ini.

Sebagaimana kita ketahui, banyak pemerintahan yang jatuh karena persoalan ekonomi yang memburuk dan berkepanjangan. Pemerintahan Orba adalah salah satunya. Survei yang dikerjakan oleh LSI Denny JA bisa menjadi lonceng peringatan, bahwa jika kita tak serius menanangani dampak COVID-19 ini, maka bisa saja perekonomian Indonesia menuju pada situasi yang kita semua tak inginkan.

BAGAIMANA MENGEMBALIKAN INDONESIA KE JALUR LEPAS LANDAS LAGI?

Ukuran keberhasilan sebuah negeri sekarang tidak lagi diukur hanya dari GDP per capita saja, tetapi juga diukur oleh beberapa indikator lain seperti berikut: social support, healthy life expectancy at birth, freedom to make life choices, generosity, perceptions of corruption.

Enam indikator itu disebutkan oleh "WORLD HAPPINESS REPORT" (WHR) yg diterbitkan PBB tiap tahun berisi daftar rangking tiap negeri di seluruh dunia. WHR adalah pengembangan dari riset-riset ilmiah neuroscience atau positivity dalam lebih dari 2 dekade terakhir.

Sebelumnya, HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) digunakan PBB untuk mengukur kemajuan sebuah negeri. Laporannya diterbitkan setiap tahun dengan mengukur: 1. Life expectancy, 2. Education, 3. Income per capita.

Negeri-negeri Skandinavia menduduki tempat pertama dalam laporan HDI ini.

Namun sebagaimana sudah disebut di atas, sejak tahun 2012 lalu PBB juga menerbitkan "WORLD HAPPINESS REPORT" untuk mengukur kemajuan sebuah negeri. Report ini dirancang oleh neuroscientists dan ilmuwan dari ilmu pengetahuan lainnya. Itu sebabnya ada kata HAPPINESS (kata HAPPINESS itu sering juga disebut dengan menggunakan kata POSITIVITY).

Report yg terbit tiap tahun ini mengukur lebih banyak aspek sehingga dianggap lebih akurat. Beberapa aspek itu antara lain: 1. GDP per capita, 2. Social support, 3. Healthy life expectancy, 4. Freedom to make life choices, 5. Generosity, 6. The absence of corruption.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun