Kita semua tentu tahu, bagaimana kita semua sedang mengalami masa yang sulit karena sedang menghadapi wabah global Covid-19.Â
Kita juga tahu, dalam situasi ini kita harus lebih berhati-hati dengan kesehatan mental kita. Padahal di waktu yang sama kita harus juga menjaga agar tidak tertular atau menjadi beban bagi orang lain, seperti dokter dan tenaga medis.
Berkaitan dengan itu, saya ingin mengangkat topik depresi yang kadang muncul dalam percakapan sehari-hari, namun mungkin tak banyak yang memiliki perhatian serius terhadap apa arti kata depresi. Sehingga mungkin kebanyakan orang tidak bisa menyadari bahwa ia sedang mengalami depresi.
Banyak orang yang meyakini, bahwa dirinya tidak mungkin mengalami depresi, karena berbagai hal. Misalnya agama yang dianutnya mengajarkan untuk berserah diri pada Tuhan, sehingga itu membuat orang percaya bahwa dirinya menjadi lebih tahan terhadap tekanan hidup. Atau orang bisa merasa kuat, karena dalam tradisi keluarganya tak dikenal adanya anggota keluarga yang mengalami depresi.
Namun mungkin ada baiknya kita melihat penjelasan yang diberikan para ahli tentang depresi. Jika kita mengetahui depresi lebih awal, kita tentu dapat melakukan antisipasi yang tepat agar depresi tidak mempengaruhi perilaku kita atau perjalanan hidup kita selanjutnya, bahkan kesehatan tubuh kita.
Berikut di bawah ini adalah angka-angka dari website WHO sebelum adanya COVID-19:
- Depresi menyebabkan kerugian sebesar 1 triliun dolar per tahun secara global, karena depresi mengurangi produktivitas dan gangguan kesehatan.
- Dari seluruh anggaran kesehatan, kebanyakan pemerintah di berbagai negara hanya mengalokasikan 3% saja untuk kesehatan mental masyarakatnya.
- 300 juta orang di seluruh dunia menderita depresi. Depresi merusak kesehatan, produktivitas, dan relationships.
- Setiap 1 dolar yang dikeluarkan pemerintah sebuah negeri untuk menangani depresi di masyarakat akan menghasilkan 4 dolar, karena kesehatan dan kemampuan bekerja masyarakat yang membaik. Pemerintah pun menghemat uang dalam penyelenggaraan layanan kesehatan dan kesejahteraan.
- Meski depresi bisa diobati dengan relatif mudah, namun di banyak negara, hanya 10% penderita depresi yang ditangani dengan baik. Penyebabnya antara lain, pengetahuan kesehatan yang rendah, dan stigma sosial pada penderita mental disorder ini.
- Penderita depresi bisa saja tetap bekerja atau belajar di sekolah, dan bahkan melakukan aktivitas sosial lainnya, namun dengan kualitas yang terbatas.
- Depresi meningkatkan risiko terkena diabetes dan sakit jantung. Namun diabetes dan sakit jantung juga meningkatkan risiko terkena depresi.
Menurut berbagai penelitian, depresi menurunkan fungsi otak secara signifikan. Salah satu yang paling merugikan adalah kecerdasan menjadi menurun.Â
Begitu juga kreativitas, inovasi, juga kemampuan memecahkan masalah. Depresi yang terlalu lama akan mempengaruhi pencapaian-pencapaian dalam kualitas kerja atau hidup secara keseluruhan.Â
Depresi ringan sekalipun bisa mempengaruhi kualitas hubungan kita dengan orang-orang yang kita kenal dekat atau dalam lingkungan kerja, bahkan juga dalam masyarakat yang lebih umum.
Menurut penelitian neuroscience, depresi didefinisikan sebagai sebuah kondisi di otak saat ada ketidakseimbangan senyawa kimiawi tertentu.Â
Munculnya hormon cortisol yang terlalu banyak dan terlalu lama disebut sebagai tanda yang menonjol pada mereka yang sedang mengalami depresi. Juga kurangnya senyawa kimiawi serontonin disebut paling bertanggung jawab dalam munculnya gejala depresi.
Salah satu yang mempengaruhi kurangnya senyawa kimiawi serotonin adalah perubahan hormon. Sedangkan salah satu penyebab perubahan hormon adalah bukan hanya apa yang kita konsumsi melalui pencernaan, tetapi perubahan hormon juga bisa terjadi karena apa yang kita alami setiap hari.
Secara sederhana, depresi memiliki beberapa tanda seperti di bawah ini. Memiliki 6 tanda dari daftar di bawah ini dan berlangsung beberapa minggu, sudah digolongkan sebagai depresi.
1. Merasa tidak bahagia.
2. Kehilangan gairah pada hidup dan sulit bisa menikmati apapun.
3. Sulit untuk mengambil keputusan.
4. Sulit berkonsentrasi.
5. Kehilangan kepercayaan diri dan menyalahkan diri sendiri.
6. Sulit untuk pulih dari keterpurukan tidak seperti biasanya.
7. Merasa mudah lelah yang berlebihan.
8. Merasa kurang istirahat dan sulit untuk beristirahat.
9. Kehilangan selera makan dan kehilangan berat badan (namun sebagian lain justru kebalikannya: makan berlebihan dan menjadi gemuk).
10. Tidak bisa tidur nyenyak, karena tidur hanya 1-2 jam saja, lalu terbangun atau terbangun terlalu awal.
11. Kehilangan minat pada sex.
12. Merasa tak berguna, tak berkemampuan dan kehilangan harapan pada masa depan.
13. Menghindari untuk bertemu dengan orang-orang.
14. Mudah tersinggung.
16. Merasa tidak nyaman pada waktu-waktu tertentu.
17. Ada rasa sakit di bagian tubuh tertentu atau sakit kepala yang berulang atau sering.
18. Berpikir tentang bunuh diri atau mati.
Saat depresi dimulai, mungkin Anda tidak menyadarinya untuk sesaat, terutama jika penyebabnya datang secara pelahan. Anda mengira bahwa Anda hanya malas, kurang motivasi atau tak memiliki kemauan yang kuat. Itu disebut gejala menyalahkan diri Anda sendiri.Â
Di saat yang mulai kritis ini sebenarnya Anda sudah memerlukan orang lain terutama partner hidup untuk meyakinkan Anda bahwa Anda tak bisa melalui situasi depresi sendiri dan butuh bantuan orang lain. Jika depresi didiamkan, maka depresi akan menjadi lebih dalam dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan Anda.
Depresi terjadi karena beberapa sebab sekaligus atau terjadi berulang-ulang. Beberapa penyebabnya misalnya peristiwa buruk atau peristiwa yang menekan, perceraian, kehilangan pekerjaan, wafatnya orang yang dicintai atau dekat, hidup sendirian dan tak memiliki teman dekat, memiliki penyakit yang tak kunjung sembuh, penyakit yang menyebabkan rasa sakit, atau penyakit yang mengancam jiwa.Â
Juga peristiwa buruk yang terjadi di masa kecil atau di masa lalu menjadi faktor pendorong munculnya depresi di masa kemudian.Â
Begitu juga tekanan lingkungan atau masyarakat, situasi sosial, ekonomi dan politik atau adanya wabah yang mencekam seperti Covid-19 yang sekarang berlangsung ini.
Depresi muncul karena beberapa penyebab, bukan hanya satu penyebab. Ada beberapa pendorong depresi lain, seperti kekurangan sinar matahari, kekurangan makanan atau vitamin tertentu yang jika bergabung menjadi satu, maka bisa menyebabkan depresi menjadi lebih dalam lagi.
Peluang untuk mengalami depresi juga ditentukan oleh gen dan apa yang mereka alami saat kecil dulu. Jika salah satu orangtua pernah mengalami depresi, maka Anda memiliki 8 kali kemungkinan untuk juga mengalami depresi.
Depresi yang dialami orang yang berada di dekat kita memiliki peluang untuk mempengaruhi kita kehilangan sebagian dari positivity kita.Â
Meski demikian penelitian menunjukkan, bahwa positivity lebih besar peluangnya untuk ditularkan, sehingga satu orang yang depresi di dekat kita tidak akan terlalu berpengaruh jika kita memiliki 3 orang lain yang memiliki positivity di dekat kita.
Pemerintah dan badan dunia seperti WHO sudah menerbitkan petunjuk untuk mengatasi kesehatan mental sebagai dampak dari adanya COVID-19 ini.Â
Tulisan dari berbagai sumber yang bisa dipercaya pun sudah banyak beredar tentang cara yang sudah teruji secara ilmiah dapat menurunkan tingkat depresi.Â
Namun kita beruntung hidup pada masa di mana positive psychology atau neuroscience telah dikembangkan selama 2 dekade lebih (lihat beberapa tulisan saya terdahulu). Menghindari atau mengatasi depresi saat ini menjadi lebih praktis, ringan dan lebih cepat daripada sebelumnya.
Seperti saya sudah tulis di berbagai tulisan sebelumnya, solusi dari positive psychology atau neuroscience untuk mengatasi depresi adalah tak jauh dari 5 tips berikut ini yang sering saya sampaikan:
1. Meditasi (berdoa)
2. Bersyukur (menulis jurnal)
3. Menjaga relationships dengan orang dekat atau yang dicintai
4. Berbuat kebajikan
5. Berolahraga
Jangan lupa semua tips di atas adalah hasil penelitian dari positive psychology atau neuroscience yang saya rangkum menjadi 5 tips saja agar ringkas namun tetap manjur.Â
Lalu bagaimana detil dari 5 tips di atas? Silakan membaca beberapa tulisan saya yang berkaitan dengan itu di website atau Facebook Page saya ini.
M. Jojo Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H