Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ini yang Sesungguhnya Terjadi pada Joker Menurut Neuroscience

9 Oktober 2019   13:09 Diperbarui: 10 Oktober 2019   05:23 1753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: empireonline.com

Hadirnya film Joker di Indonesia tentu sebuah berkah, karena semua mencoba membahas sosok Joker ini. Tulisan saya ini mencoba membahasnya dengan menggunakan neuroscience. Kita telah memiliki UU Perlindungan Anak yang mengharuskan semua orang tua menyediakan lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang anak. Itu artinya memberikan anak lingkungan yang bisa memberikan positivity bagi otak anak. 

Tapi UU Perlindungan Anak saja tampaknya belum cukup. Neuroscience memberikan beberapa tips penting agar otak kita atau anak kita tetap dalam kondisi positif. Tulisan atau video mengenai tips itu tersebar di berbagai media sekarang. Kita tinggal membacanya dan mempraktekkannya. Semua berguna untuk mencegah munculnya joker-joker lainnya.

Pemerintah Jokowi nampaknya sudah memiliki kepedulian dalam soal ini. Itu terlihat dalam program SDM Unggul yang ditetapkan pemerintah. Namun hingga kini belum nampak konsepnya, sains apakah yang dijadikan dasar untuk konsep SDM Unggul ini? Saya belum melihatnya, sama seperti saat Jokowi menyebut Revolusi Mental. 

Selama 5 tahun terakhir saya tak melihat sains dijadikan dasar bagi konsep untuk Revolusi Mental itu. Padahal kita butuh sains untuk mencegah munculnya joker-joker di dunia politik kita. Mengapa begitu? Karena ternyata di zaman digital ini, dunia politik bisa punya pengaruh buruk pada masyarakat. 

Politisi yang buruk akan menyebarkan keburukannya pada masyarakat. Itu mereka lakukan dengan sangat mudah di zaman digital atau zaman medsos ini. Masyarakat harus dilindungi dari pengaruh buruk joker atau politisi sontoloyo itu. Untung neuroscience sudah memberikan tipsnya. Meski sayangnya pemerintah belum memanfaatkannya.

Sejak tahun 2014 lalu saya mendalami neuroscience, khususnya tentang bagaimana kita bisa memaksimalkan fungsi otak. Apa yang sudah saya ketahui saya bagikan lagi di berbagai media. Sekarang itu semua tersedia di situs Membangun Positivity. Film Joker menyentak saya untuk lebih bersemangat lagi menyebarkan berbagai hasil yang telah dicapai oleh neuroscience untuk mencegah munculnya orang-orang seperti Joker, terutama di dunia politik.

Semoga berguna.

M. Jojo Rahardjo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun