Jika bisa menulis 3 pengalaman positif dalam 24 jam terakhir, maka itu bagus. Jika kurang dari itu juga tidak apa-apa. Tulis pengalaman positif itu dalam 1 paragraf hingga 3 paragraf. Â Satu paragraf itu sekitar 70 kata.
Pagi hari yang diisi dengan menulis jurnal akan memberi bekal positivity sepanjang hari. Sedangkan menulis jurnal di malam hari akan menghantar tidur anda dengan nyaman dan bangun besok pagi hari dengan perasaan segar.
Menulis jurnal juga dianjurkan dilakukan terutama setelah terjadi peristiwa negatif. Fokus anda akan beralih dari peristiwa negatif itu ke peristiwa positif lain, bahkan hingga berjam-jam setelah menulis jurnal.Â
Menurut penelitian neuroscience, setelah 3 bulan kita mempraktikkan menulis jurnal ini, maka efeknya akan menetap selama berbulan-bulan meski sudah tak menulis jurnal. Peristiwa positif yang diangkat melalui menulis jurnal itu akan menghambat keluarnya cortisol, sehingga kondisi otak anda akan tetap positif.
Peristiwa negatif terjadi setiap hari. Bisa terjadi banyak sekali atau hanya sekali terjadi dalam 1 hari. Meski 1 kali, namun bisa merusak positivity ratio yang dalam keadaan normal positivity kita lebih besar dari negativity.
Saya sendiri jika harus berkendaraan di Jakarta, maka terbayang negativity yang bakal saya peroleh. Saya sering menghela nafas sebelum berangkat. Berkendaraan di kota sesibuk Jakarta tentu adalah tantangan besar. Butuh mindset yang luar biasa bagus untuk bisa tetap positif saat sudah berada di jalanan.
Situasi jalan raya yang bisa menghasilkan negativity ini hanya salah satu dari penyebab munculnya negativity di otak kita setiap hari. Ada banyak penyebab lainnya, seperti urusan di kantor, rumah tangga, tetangga, di toko, bank dan lain-lain. Bahkan juga apa yang kita baca di media sosial atau media lainnya.
Menulis jurnal ini bisa disebut dengan kegiatan bersyukur seperti yang diajarkan oleh agama apapun. Menyebut pengalaman positif yang terjadi pada kita sama dengan mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan pada kita.Â
Namun apa yang kita syukuri ditulis dengan lebih spesifik dan terus berganti setiap kali kita menulis jurnal. Itu sebabnya menulis jurnal terasa tidak mudah, karena kita harus berusaha menemukan pengalaman positif yang berbeda setiap kali kita menulis jurnal.
Jadi, ayo bersyukur kepada Tuhan dengan cara neuroscience ini!
M. Jojo Rahardjo