Dalam kerangka kerja Jokowi, ini tentu semuanya akan berujung pada produktivitas.
Neuroscience juga yang telah menginspirasi terbitnya "World Happiness Report" sejak 2012. Para neuroscientists bersama-sama menyusun indikator dan menerbitkannya tiap tahun untuk menentukan negeri-negeri mana yang berada pada rangking pertama dan seterusnya. Sebanyak lebih dari 250 negeri di dunia dibuatkan surveynya berdasarkan 6 indikator yang telah disebutkan di atas.
Jadi, neuroscience sudah menjadi tren dunia. Apalagi jika dilihat dari berbagai penerapannya di seluruh dunia. Kisah sukses neuroscience sebagai solusi produktivitas bagi perusahaan atau organisasi bertebaran di berbagai media. Demikian juga penerapan neuroscience sebagai solusi bagi pelajar bermasalah juga bertebaran di mana-mana. Juga solusi bagi pengembangan kesehatan masyarakat.
Mungkin neuroscience belum terlalu populer di Indonesia. Namun sudah ada buku yang ditulis, meski masih dalam bahasa yang tak terlalu populer. Juga sudah ada diskusi atau seminar mengenai topik ini. Namun yang pasti belum terlalu banyak penulis dengan bahasa popular yang giat mengkampanyekan pencapaian neuroscience dalam membangun SDM di Indonesia.Â
Salah satu fanpage di Facebook sudah dibuat sejak tahun 2015 lalu untuk mengkampanyekan topik ini. Fanpage ini diberinama "Membangun Positivity" giat mempromosikan kiat-kiat praktis untuk memiliki positivity bagi siapa pun. Lihat di sini: https://facebook.com/membangunpositivity.com Fanpage ini bahkan menawarkan ebook gratis bagi yang ingin mengenal neuroscience atau positivity beserta berbagai tips-nya.
Seperti Jokowi sebut dalam pidatonya, kita harus mencari model baru atau cara baru untuk membangun Indonesia. Neuroscience menawarkan cara baru dalam membangun SDM melalui berbagai penelitiannya di seluruh dunia. Selama 30 tahun neuroscience tak hanya melakukan penelitian, tetapi juga melakukan penerapannya di seluruh dunia.
"World Happiness Report" adalah pengakuan paling penting dunia pada apa yang telah dicapai oleh neuroscience. Sekarang dunia memiliki sebuah ukuran baru, yaitu neuroscience dalam mengukur manusia, dan mengukur sebuah negeri.
Jika Indonesia juga tak mengikuti tren ini, lalu Indonesia akan menggunakan cara ilmiah apa lagi untuk memperbaiki SDMnya?
M. Jojo Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H