Baru~[caption caption="The World Happiness Report"][/caption]baru ini saya menemukan sebuah website yang berisi ajakan untuk membangun gerakan kebahagiaan global. Website ini dibangun oleh seorang pakar positive psychology dari Inggris, Richard Layard dan Dalai Lama menjadi penasehatnya. Positive psychology rupanya telah menyebar cepat ke seluruh dunia, merasuk ke semua lapisan keilmuan dalam konteks psikologi. Positive psychology sedang diajarkan di hampir seluruh universitas di dunia.
Positive psychology juga menjadi salah satu pendekatan yang direkomendasikan oleh praktisi maupun akademisi dalam berbagai kajian psikologi: sosial, klinis, maupun pendidikan. Bahkan beberapa tahun terakhir ini PBB dan para pakar positive psychology mengeluarkan “World Happiness Report” yang direncanakan terbit setiap tahun.
Publikasi mengenai penelitian mengenai tema~tema dalam positive psychology terus bertambah secara progresif. Jurnal~jurnal internasional telah memberi ruang untuk dipublikasikannya penelitian~penelitian tersebut. Selain itu, terbitnya buku~buku populer dan ilmiah mengenai kajian positive psychology juga telah ditemukan semakin menjamur di mana~mana di seluruh dunia. Beberapa ilmuwan juga telah menulis handbook mengenai positive psychology sehingga kajian~kajian mengenai positive psychology telah diimbangi dengan ketersediaan literatur yang cukup.
Psikologi patogenis atau pskikologi negatif di masa awal psikologi memang telah sibuk mempelajari kelemahan dan kerentanan manusia yang kemudian berusaha memperbaikinya. Namun sekarang itu menjadi sejarah, karena, positive psychology saat ini memusatkan perhatian pada kelebihan dan kekuatan manusia. Psikologi negatif dulu hanya berusaha memperbaiki apa yang rusak dalam diri manusia, sedangkan positive psychology mencoba membangun hidup di atas apa yang terbaik dari diri manusia. Positive psychology mengidentifikasi kekuatan dalam diri manusia untuk mencapai kesehatan dan kebahagiaan yang maksimal. Bukan hanya terhindar dari penyakit, tetapi juga hidup dengan positivity untuk menghantar kepada kesuksesan di segala bidang. Bukan hanya sekedar hidup (living), tetapi juga bagaimana mengembangkannya (thriving).
Pidato Martin Seligman saat pelantikannya sebagai Presiden American Psychological Association tahun 1997, dianggap sebagai tonggak lahirnya gerakan positive psychology. Dalam pidatonya, ia menyebutkan bahwa sebelum Perang Dunia II, sebenarnya ada tiga misi utama psikologi: menyembuhkan penyakit mental, membuat hidup lebih bahagia, dan mengidentifikasi dan membina bakat mulia dan kegeniusan. Setelah Perang Dunia II, dua misi yang terakhir diabaikan sama sekali. Berdasarkan tiga misi inilah, ditegakkan tiga prinsip positive psychology:
- Studi tentang emosi positif (optimisme, kebahagiaan, kasih sayang, dan lain~lain)
- Studi tentang sifat-sifat positif (kebajikan, kreativitas, kegigihan, keberanian, cinta, dan lain-lain)
- Studi tentang lembaga-lembaga positif yang mendukung kebajikan
Tentu semua elemen masyarakat, siapapun dia, berharap perkembangan positive psychology terus berpadu dengan ilmu pengetahuan yang lain, seperti misalnya neuroscience dan quantum physics. Sebagaiamana kita sudah ketahui, bahwa kedua science itu yang telah melesatkan positive psychology ke levelnya sekarang ini. Positive psychology bisa memahami apa yang terjadi di otak kita saat aktivitas PERMA (Martin Seligman) dilakukan. Juga saat dilakukannya aktivitas yang disebut Barbara Fredrickson dan Shawn Achor sebagai Positivity. Bahkan neuroscience bersama quantum physics mencoba memahami apa yang terjadi pada conciousness saat tubuh dinyatakan mati.
Kita juga tentu berharap agar para praktisi terus mengembangkan positive psychology atau science of happiness, agar terbentuk program~program training atau coaching yang lebih efektif dalam mengembangkan potensi positif manusia. Kita juga terus berharap agar lebih banyak lembaga penyedia sumber daya manusia lebih memahami apa itu positive psychology dan kaitannya dengan potensi positif manusia.
Bila positive psychology dianggap sebagai “science of happiness” seperti ditulis Tal Ben Shahar, maka gelombang positive psychology bisa mengakibatkan “tekanan kultural” terhadap banyak orang untuk menjadi bahagia sepanjang masa yang akhirnya membuat orang selalu aware dengan tingkat kebahagiaannya dan selanjutnya adalah mungkin dunia yang lebih baik daripada sebelumnya. Untungnya, dunia sekarang ini sudah dilengkapi dengan laporan tentang ‘negeri~negeri yang terbahagia di dunia’, yaitu “World Happiness Report” yang terbit setiap tahun. Setiap negeri dapat berkaca pada laporan yang diterbitkan tiap tahun itu. Setiap pemerintahan sebuah negeri dapat mengukur pencapaiannya dalam menyediakan kebahagiaan bagi warganya.
M Jojo Rahardjo
Tulisan M. Jojo Rahardjo tentang positivity dan positive psychology bisa dibaca juga di portal perpustakaan digital "Inspirasi" dan di Facebook Fan Page "Membangun Positivity".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H