Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

6 Emotional Styles Menurut Richard J. Davidson

24 November 2015   12:16 Diperbarui: 24 November 2015   12:47 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Photo: Fundamentals of Neuroscience"][/caption] 

Jika suatu pagi kita bertengkar dengan pasangan kita, maka pikiran sebagian besar dari kita, akan terus dibayangi oleh pertengkaran itu. Pertengkaran itu mempengaruhi mood dan perilaku kita berjam-jam setelahnya, bahkan mungkin sepanjang hari.

Ada banyak cara yang ditawarkan oleh positive psychology untuk mengurangi efek dari negative emotions yang dihasilkan oleh pertengkaran pagi itu. Salah satu yang ditawarkan oleh Richard J. Davidson adalah meditasi.

Davidson adalah seorang pakar di bidang neuroscience dan positive psychology yang sudah 40 tahun meneliti otak manusia dan kaitannya dengan emotions. Meditasi yang dilakukan oleh  buddhist monks juga termasuk aktivitas yang diteliti oleh Richard J. Davidson untuk memahami perubahan di otak yang dihasilkan oleh meditasi.

Menurut Davidson, setiap orang memiliki emotional sytle masing-masing. Ada 6 emotional styles yang berbeda, sehingga ada orang yang mudah sekali kembali pulih dari tekanan atau depresi, sementara yang lain butuh waktu berminggu-minggu. Ada anak kecil yang mudah sekali memahami orang lain, sementara yang lainnya gagal memahami gejala-gejala sosial. 

Di bawah ini adalah hasil penelitian Davidson terhadap bagian-bagian otak yang membentuk 6 emotional styles dan lalu membentuk personality setiap orang. 

  1. Resilience.

Berapa lama anda butuh waktu untuk kembali pulih dari sebuah peristiwa buruk. Resilience ditentukan oleh terkoordinasinya dua bagian otak, yaitu prefrontal cortex dan the amygdala.

  1. Outlook.

Berapa lama anda mampu mempertahankan positive emotions. Outlook ditentukan oleh aktivitas yang berada di ventral striatum.

  1. Social Intuition.

Seberapa mahir anda dalam menangkap gejala sosial dari orang lain. Social Intuition dibentuk oleh koordinasi antara the amygdala dan fusiform regions.

  1. Self Awareness.

Seberapa baik anda mampu menafsirkan setiap sensasi yang terjadi pada tubuh yang menjadi satu bentuk emosi. Self Awareness ditentukan oleh kemampuan the insula dalam menafsirkan sinyal dari tubuh dan organ.

  1. Sensitivity to Context.

Bagaimana anda mengatur bereaksi secara emotional bergantung pada konteks yang anda terima. Sensitivity to Context ini diatur oleh aktivitas yang terjadi di hippocampus.

6.Attention.

Bagaimana tajamnya dan jernihnya anda dalam berkonsentrasi. Attention diatur oleh prefrontal cortex.

***

Menurut Davidson, enam emotional styles ini membentuk kepribadian anda. Sebagai contoh adalah seseorang yang sociable mungkin memiliki positive Outlook, Social Intuition dan Sensitivity to Context yang kuat. Sedangkan seseorang yang terlihat memiliki berkepribadian kuat mungkin memiliki Resilience yang kuat dan Attention yang kuat juga.

Davidson juga menyatakan bahwa tak ada emotional style yang benar atau salah, karena seseorang yang kurang memiliki Social Intuition mungkin seorang computer programmer yang hebat. Sementara seseorang yang tidak memiliki Outlook bisa menggunakan pesimismenya untuk bekerja lebih keras untuk mendapat pencapaian yang lebih banyak. Meski begitu, menurut Davidson lagi, selalu ada cara bagi siapapun untuk mengubah setiap emotional style yang sekarang dimilikinya.

Emotional Styles ditentukan oleh gen, meski demikian lingkungan memiliki pengaruh yang kuat untuk mengubahnya. Para ahli sudah lama menemukan bahwa otak yang bersifat plastis. Itu bermakna bahwa kita bisa mengubahnya secara sadar, sehingga cara kita berpikir, merasa dan merespon bisa berubah juga. Davidson menyarankan untuk lebih menyadari tentang emotional style yang kita miliki agar kita bisa bersikap apakah akan mengubahnya atau tidak sesuai kebutuhan. 

 

 

M Jojo Rahardjo

Membangun Positivity di Facebook

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun