Keyen, keyen!
Belakangan ini diselingi dengan berita kehadiran kedua pimpinan DPR, Fadli Zon dan Setnov di acara kampanye capres real estate Amrik, Donald Trump, para Kompasianer sekalian juga dihidangi kabar kalau PAN bergabung kepada Koalisi Indonesia Hebat.
Apa yang dikatakan oleh Zulkifli Hasan membuat saya berfikir kembali. Kesimpulannya, ia mengecam terma "koalisi ini", "koalisi itu" digunakan kembali karena bergabungnya PAN ke KIH.
Hayolo..!
Sekarang beginilah alasan saya menulis artikel ini. Mungkin memang benar apa yang ia katakan terhadap para pejabat dari KMP yang menganggap PAN berkhianat.
Sekarang ambil contoh Pilgub tahun ini yang akan dilaksanakan pada bulan Desember mendatang. Sebelumnya, mereka tak pernah menggunakan istilah "koalisi", dan mereka baru menggunakannya sekarang karena hal tersebut sempat menjadi tradisi dua capres andalan kita masing-masing tahun lalu untuk membuat mereka tidak terlihat seperti "bergabung-menjadi-satu". Karena kalau tak ada koalisi, maka mereka (pada era ini) dianggap sebagai udang tersasar dari balik batu.
Mulai dari hari ini, saya berkilah untuk melahirkan istilah saya sendiri dalam dunia politik.
Mari mengenal "cinta politis".
Sebagai salah satu bagian dari Rakyat Indonesia, kita semua tak gampang menilai yang mana yang benar dan yang mana yang tidak. Nilai tukar Rupiah berlutut di hadapan dolar, ada yang menyalahkan ketua Gerindra, Prabowo Subianto. Ada juga yang menyalahkan Koalisi Merah Putih.
Dan dari sisi KMP, mereka semua menyalahkan sang lambang negara. Mereka menyalahkan ini-itu, namun mari kita salahkan terhadap diri sendiri.
Karena tentunya jika para Kompasianer sekalian menyalahkan sebuah masalah yang terjadi di ranah struktur politik Indonesia terhadap Koalisi-Seberang-Sana, kita tentunya tak dapat menilai bahwa Indonesia merupakan negara yang masih berideologi Pancasila. Karena dalam Pancasila, kita harus menghargai perbedaan!