Menurut Tamim Ansary dalam buku “Sejarah Dunia Versi Islam”, Aliran Wahabi memandang perlunya untuk mengislamkan kembali sesama muslim yang tidak sepaham dengan mereka. Kalau menolak, maka mereka boleh dibunuh, darah mereka dihalalkan. Sebelum menerima ajaran Wahabi, sesama muslim masih dipandang sebagai orang kafir. Maka salah satu ajaran pokok dari Wahabi adalah “takfiri”, yang artinya mencap kafir siapapun yang tidak sepaham dengan mereka.
Itulah sebabnya, dengan mudahnya Habib Rizieq, Imam Besar FPI mencap Presiden Jokowi dan Menteri agama sebagai munafik dan murtad. Persoalannya sangat sepele, Presiden Jokowi dan Menteri Agama membolehkan pembacaan alquran menggunakan langgam Jawa pada acara peringatan Isra’ Mi’raj di istana Negara. Dak
Mereka sangat membenci non muslim, seperti Ahok yang beragama Kristen Protestan dan berasal dari etnis Cina. Maka Al-Maidah 51 digunakan sebagai dalil untuk tidak memilih Ahok dalam Pilkada 2017. Habib Rizieq juga tidak happy dengan keberhasilan kesebelasan Garuda masuk dalam Final AFF. Alasannya tidak masuk akal, para pemainnya banyak yang beragama Kristen.
Oleh sebab itu saya sangat setuju dengan sebuah artikel di Kompasiana, “Jangan Pilih Pemimpin Kafir, Jangan Gunakan Produk Kafir” yang ditulis oleh Jhon Miduk Sitorus. Jadi Habib Rizieq dan FPI serta umat Islam radikal yang berhasil dipengaruhinya, seharusnya istiqamah dan konsisten untuk tidak lagi memakai produk-produk yang dihasilkan oleh orang-orang non Islam. Maka mereka segera akan seperti manusia-manusia yang hidup zaman purba.
Sekian dulu, salam Kompasiana
M. Jaya Nasti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H