Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Umat Islam Indonesia menjadi Semakin Fundamentalis dan Radikal?

26 Desember 2016   07:02 Diperbarui: 26 Desember 2016   07:08 2079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut Tamim Ansary dalam buku “Sejarah Dunia Versi Islam”, Aliran Wahabi memandang perlunya untuk mengislamkan kembali sesama muslim yang tidak sepaham dengan mereka.  Kalau menolak, maka mereka boleh dibunuh, darah mereka dihalalkan. Sebelum menerima ajaran Wahabi, sesama muslim masih dipandang sebagai orang kafir. Maka salah satu ajaran pokok dari Wahabi adalah “takfiri”, yang artinya mencap kafir siapapun yang tidak sepaham dengan mereka.

Itulah sebabnya, dengan mudahnya Habib Rizieq, Imam Besar FPI mencap Presiden Jokowi dan Menteri agama sebagai munafik dan murtad. Persoalannya sangat sepele,  Presiden Jokowi dan Menteri Agama membolehkan pembacaan alquran menggunakan langgam Jawa pada acara peringatan Isra’ Mi’raj di istana Negara. Dak

Mereka sangat membenci non muslim, seperti Ahok yang beragama Kristen Protestan dan berasal dari etnis Cina. Maka Al-Maidah 51 digunakan sebagai dalil untuk tidak memilih Ahok dalam Pilkada 2017. Habib Rizieq juga tidak happy dengan keberhasilan kesebelasan Garuda masuk dalam Final AFF. Alasannya tidak masuk akal, para pemainnya banyak yang beragama Kristen.

Oleh sebab itu saya sangat setuju dengan sebuah artikel di Kompasiana, “Jangan Pilih Pemimpin Kafir, Jangan Gunakan Produk Kafir” yang ditulis oleh Jhon Miduk Sitorus. Jadi Habib Rizieq dan FPI serta umat Islam radikal yang berhasil dipengaruhinya, seharusnya istiqamah dan konsisten untuk tidak lagi memakai produk-produk yang dihasilkan oleh orang-orang non Islam. Maka mereka segera akan seperti manusia-manusia yang hidup zaman purba.

Sekian dulu, salam Kompasiana

M. Jaya Nasti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun