Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demo Besar Anti Ahok, Kemenangan Gerakan Wahabi Indonesia?

3 Desember 2016   12:08 Diperbarui: 14 Juli 2017   23:56 2106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tiga kali  aksi demo besar umat Islam anti Ahok telah berlangsung. Lalu siapa atau kelompok mana  yang paling  diuntungkan dengan aksi demo-demo besar itu?  Ternyata bukan  Fadli Zon atau Fahri Hamzah.  Bukan pula SBY,  Amien Rais dan Din Syamsudin.  Yang paling diuntungkan adalah Habib Rizieq dengan FPI yang dipimpinnya, dan Bachtiar Nasir, ulama muda ahli tafsir yang sangat vokal. Duet ini berlindung di balik jubah MUI dengan organisasi baru yang mereka prakarsai dan langsung mereka pimpin, Gerakan Nasional Pembela Fatwa MUI (GNPF-MUI). Selain itu Bachtiar Nasir juga bernaung di balik jubah PP Muhammadiyah, sebagai anggota Majelis Tarjih. 

Dengan keberhasilan menyelenggarakan aksi demo damai sebanyak 3 kali, maka Habib Rizieq dan Bachtiar Nasir bisa menepuk dada. Habib Rizieq  dan Bachtiar Nasir boleh  menyatakan bahwa ia mendapatkan dukungan dari jutaan umat Islam. Mereka boleh jadi merasa sangat perkasa dan mampu menggulingkan Presiden Jokowi. Dengan dukungan umat Islam, Habib Rizieq yakin dengan perjuangannya untuk mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan Syariat Islam akan berhasil.

Habib Rizieq adalah pemimpin Front Pembela Islam (FPI), organisasi yang didirikannya pada 1998. Ia keturunan Arab bergelar habib, tetapi merasa dirinya asli dan pribumi Indonesia. FPI mempunyai reputasi buruk, karena melakukan aksi-aksi kekerasan terhadap masyarakat yang mereka tuduh berbuat kemungkaran. Pembelaan Islam yang dimaknai Habib Rizieq adalah melakukan aksi kekerasan terhadap pelaku bisnis haram.

Habib Rizieq sendiri adalah seorang ulama antagonis karena suka berkata kasar dan vulgar serta menuding orang sebagai munafik dan kafir.  Ia pernah mengatakan Presiden SBY sebagai pencundang, bukan negarawan. Habib Rizieq menyebut Presiden Jokowi dan Menteri Agama munafik, karenanya harus bertobat atau dilengserkan.  Hal itu diucapkanya menanggapi adanya pembacaan ayat Al-Quran menggunakan langggam Jawa pada acara peringatan Isra' Mi'raj di istana negara yang dihadiri oleh Presiden RI Jokowi Dodo dan Mentari Agama Lukman Hakim Saifuddin.

 Pernyataan-pernyataan Bachtiar Nasir lebih berbahaya lagi, karena bersifat provokatif dan ada nuansa makarnya. Misalnya ia mengatakan “selangkah lagi Jokowi akan menjadikan Indonesia Negara kafir”. Dalam berbagai kesempatan Bachtiar Nasir selalu berbicara bahwa memilih pemimpin kafir adalah bentuk kekufuran. Lalu dalam sebuah tayangan video di internet, Bachtiar Nasir melakukan semacam “baiat” peserta pertemuan untuk mengucapkan bahwa pemimpin NKRI itu adalah ulama dan kita siap berjihad untuk  para ulama.  Secara tersirat tampak bahwa Bachtiar Nasir mengajak pengikut untuk tidak lagi mematuhi pemerintah yang sah, tetapi hanya mematuhi para ulama.

Kehebatan lain dari duet Habib Rizieq dan Bachtiar Nasir adalah kemampuan mereka mengajak tokoh-tokoh Islam untuk mendukung aksi demo umat Islam yang mereka pimpin. Maka Din Syamsudin yang dulunya termasuk  tokoh Islam moderat, menjadi pendukung aksi demo 212. Karenanya semua tokoh Islam yang ikut aksi demo berposisi sebagai tokoh yang diajak bukannya penggerak aksi demo. Kondisi itu semakin memperkuat posisi Habib Rizieq sebagai pemimpin umat Islam Indonesia yang harus didengarkan oleh para pemimpin manapun dan tokoh politik.

Menurut banyak media sosial di internet, Bachtiar Nasir sebenarnya adalah pemimpin aliran Wahabi di Indonesia.  Wahabisme adalah sebuah gerakan keagamaan dari Islam. Gerakan ini dikembangkan oleh seorang teolog Muslim abad ke-18 yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab dari Najd, Arab Saudi. Gerakan ini bertujuan untuk membersihkan dan mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang sesungguhnya berdasarkan Qur'an dan hadis. Aliran ini bersifat sangat radikal karena  doktrin takfiri, yaitu mengkafirkan sesama muslim. Mereka menghalalkan darah sesama muslim yang berbeda pandangan dengan mereka.  Wahabi menjadi besar berkat kerjasama milternya dengan keluarga Saud yang mendirikan kerajaan Arab Saudi.   

Tuduhan bahwa Bachtiar Nasir adalah penganut aliran Wahabi didasarkan latar belakang pendidikannya dari Madinah University, Arab Saudi. Selain itu, Bachtiar Nasir adalah juga Ketua Alumni Saudi Arabia se-Indonesia. Kerajaan ini secara resmi menganut Wahabi, sebagai mazhab resmi Negara. Kerajaan Arab Saudi juga menyediakan dana yang cukup besar untuk kegiatan penyebaran paham Wahabi di seluruh dunia. Para juru dakwah paham Wahabi ini umumnya adalah tamatan perguruan tinggi di Arab Saudi. Bachtiar Nasir tidak pernah melakukan klarifikasi tuduhan bahwa ia adalah pengikut paham Wahabi.    

Habib Rizieq juga dituduh sebagai penganut aliran Wahabi.  Tetapi ia membantahnya. Ia mengaku justru sebagai penganut aliran ahlus sunnah wal jamaa (aswaja), dan karenanya ia adalahwarga Nahdhatul Ulama (NU).

Namun Habib juga punya latar belakang pendidikan universitas di Arab Saudi. Karenanya banyak orang yang percaya bahwa Habib Rizieq sebenarnya juga penganut aliran Wahabi. Kebiasaan Habib Rizieq mengkafirkan sesama muslim karena perbedaan pandangan, menjadi salah satu bukti bahwa ia seorang Wahabi.

Dalam kasus tuduhan bahwa Presiden Jokowi  dan Menteri Agama munafik,  dan orang munafik adalah kafir, Habib Riziek berpegang pada pendapat Syaikh Ali Bashar  dari Arab Saudi yang tentunya bermazhab Wahabi.  Sedangkan ulama Al Azhar (Mesir) setelah diperlihatkan video Qur'an dengan langgam Jawa justru memberikan pujian kepadanya. Para ulama al Azhar lainnya memperbolehkan.

Aliran Wahabi sebenarnya sudah masuk ke Indonesia pada awal abad ke-19. Perang Paderi di Sumatera Barat dipimpin oleh tokoh Islam berpaham Wahabi.  Aliran ini  juga mempunyai banyak kedekatan dan persinggungan dengan doktrin keagamaan sejumlah ormas Islam di Indonesia, seperti Muhammadiyah dan Persis dan kalangan Islam modernis Islam.

Persinggungan pertama adalah dalam paham untuk kembali kepada Al-Quran dan Hadist (ar-ruju’ ila alquran wal al-hadist). Namun ada perbedaan dalam penerapannya. Kalangan Wahabi menerapkan doktrin ini dengan melakukan penafsiran atas Quran dan hadis secara tekstual.  Sementara bagi Muhammadiyah, dan kalangan modernis Islam lainnya, menjalankan doktrin tersebut dengan mengutamakan argumen rasional. Karenanya, produk pemikiran yang dilahirkan keduanya akan berbeda, bahkan bisa dikatakan bertolak-belakang.

Persamaan kedua adalah doktrin anti TBC (takhayul, bid’ah dan khurafat) yang dianut, baik Wahabi maupun Muhammadiyah dan Persis. Muhammadiyah menyebutnya sebagai pemurnian ajaran Islam dari praktek-praktek menyimpang dan kesyirikan. Muhammadiyah melarang pengikutnya melakukan kegiatan ziarah kubur, upacara kematian yang menimbulkan biaya yang memberatkan keluarga mayat dan sebagainya. Meskipun demikian, Muhammadiyah bersikap toleran kepada siapapun yang melakukannya, dan tidak mengkafirkan mereka. Muhammadiyah memandang kegiatan semacam ziarah kubur termasuk urusan pada tingkat furu’ yang tidak perlu dipertentangkan.

Sedangkan Kalangan Wahabi menerjemahkan doktrin anti TBC dengan kembali kepada kehidupan di zaman N.abi Muhammad SAW.  Oleh sebab itu Wahabi mewajibkan  pengikutnya untuk berpakaian seperti yang dijalankan di zaman Nabi Muhammad, seperti memelihara jenggot, memakai jubah dan serban. Wahabi  melarang kaum perempuan keluar rumah dan tidak bersekolah. Sangat berbeda dengan Muhammadiyah mempunyai organisasi otonom khusus perempuan, yaitu Aisyiah dan Nasyiatul Aisyah (remaja perempuan)  yang bertujuan memajukan kaum perempuan di bidang pendidikan dan karir.

Persamaan ketiga, baik Wahabisme maupun  Muhammadiyah adalah sama-sama tidak bermazhab. Namun berbeda dengan Muhammadiyah dan kalangan modernis Islam yang mendukung kebebasan berpikir, kelompok  Wahabi justru mendirikan mazhab baru yaitu mazhab wahabi yang berpandangan sempit.  Hal itu disebabkan wahabisme terkungkung dalam lingkar pemikiran ulama yang menjadi rujukan utamanya. Akibatnya cukup fatal. Wahabi merumuskan hukum-hukum yang bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri, seperti doktrin takfiri,  mengkafirkan sesama muslim yang tidak sependapat dengan mereka.

Wahabi di Indonesia tidak muncul sebagai nama dari ormas Islam atau partai politik Islam. Wahabi eksis di Indonesia melalui berbagai lembaga yang pemimpinnya menganut paham Wahabi.  Nama Wahabi di mata umat Islam dunia terpuruk  karena lahirnya sejumlah kelompok radikal paramiliter  yang menganut  atau terinpirasi dengan aliran Wahabi,  seperti Taliban, Al-Qaeda, ISIS, dan Boko Haram yang sangat kejam. Mereka jauh lebih radikal dengan mentakfirkan sesama muslim tidak hanya karena perbedaan pandangan dan aliran yang dianut, tetapi juga karena perbedaan batas Negara.

Oleh sebab itu, jika benar Habib Rizieq dan Bachtiar Nasir pengikut aliran Wahabi, maka umat Islam Indonesia sebenarnya telah tertipu. Umat Islam Indonesia  yang tergolong radikal sekalipun paling-paling hanya bercita-cita mengembalikan tujuh kata dalam Piagam Jakarta dalam Pembukaan UUD 1945. Sedangkan kaum Wahabi mempunyai ultimate goal menjadikan Indonesia Negara Islam beraliran Wahabi. Jika hal itu terjadi maka Indonesia akan menjadi ajang pertempuran antar golongan umat Islam sendiri, karena doktrin takfiri yang mereka jalankan.  Maka NKRI akan terkoyak-koyak.  

Oleh sebab itu, menjadi tugas Pemerintah untuk selalu mewaspadai gerakan Wahabi di tanah air, setelah keberhasilan tiga jilid aksi demo damai. Perlu dicermati langkah-langkah selanjutnya yang diprakarsai dan digerakkan oleh Habib Rizieq dan Bachtiar Nasir yang dapat diduga adalah pengikut dan bahkan pemimpin gerakan Wahabi di Indonesia.

Sekian dulu dan salam Kompasiana

M. Jaya Nasti

Sumber tulisan diolah dari berbagai artikel di internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun