Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendengarkan Khotbah Jumat tentang Penghinaan Agama

4 November 2016   15:34 Diperbarui: 4 November 2016   15:47 2708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat, 4 November 2016. Saya shalat Jumat di Mesjid Amaliyah, Ciawi  Bogor.  Ternyata umat yang ikut jumatan tidak berkurang, masih seperti jumat lainnya. Artinya umat Islam  dari Ciawi yang ikut demo ke Jakarta tidak banyak.

Dalam khotbahnya, Khatib mengupas masalah penghinaan terhadap agama Islam secara positif. Ia menjelaskan bahwa penghinaan terhadap al-Quran haruslah ditanggapi dengan kembali kepada al-Quran. Tidak ada gunanya kita demo besar-besaran karena meyakini al-Quran sudah direndahkan, sementar kita sendiri tidak bisa membaca al-Quran apalagi memahami maknanya. Oleh sebab itu, Khatib menyerukan agar selaku umat Islam kita harus senantiasa berada dalam naungan al-Quran. Untuk itu, kita harus mempelajari al-Quran sehingga mampu membacanya, dan berujung pada kemampuan memahami makna yang dikandungnya. 

Selanjutnya, khatib menjelaskan bahwa orang-orang yang bernaung di bawah al-Quran akan menunjukkan setidaknya ada 3 perilaku. Pertama, mereka adalah orang-orang yang membentengi dirinya untuk selalu berada di jalan yang benar. Ia memiliki kemampuan untuk menghindarkan dirinya dari segala bentuk perbuatan yang tergolong munkar, dan perbuatan nista yang termasuk dalam perbuatan fakhsya’. Ia menjaga dirinya dari perbuatan yang tergolong haram, perbuatan memperturutkan hawa nafsu, perbuatan memperkaya diri dengan cara-cara yang merugikan Negara dan orang banyak, seperti korupsi, suap dan pungli.

Kedua, mereka adalah orang-orang yang selalu menjalani kehidupan secara benar. Ia mencari nafkah secara benar, dengan jujur, tidak merugikan orang lain. Ia berlaku adil antar sesama makhluk Tuhan.  Ia meyakini bahwa Tuhan akan menolongnya pada saat berada dalam kesusahan. Tuhan akan memberikan solusi, sebagaimana firmannya, siapa yang bertaqwa kepada Allah,  maka Allah akan memberikan jalan keluat kepadanya (mana kala menghadapi kesulitan) dan akan memberikan rezeki yang datangnya tidak disangka-sangka.

Ketiga, adalah mereka-mereka yang menjalani kehidupan secara bersih. Hartanya bersih dari hasil perbuatan korupsi, suap dan pungli. Orang Islam yang bersih akan terhindar dari api neraka yang menyala-nyala. Ia bisa mempertanggung jawabkan sumber kekayaan yang dimilikinya. Semuanya diperoleh dari penghasilan yang halal.

Itukah inti dari khotbah jumat yang saya ikuti. Saya berkesimpulan, Khatib yang namanya tidak saya ingat, adalah seorang da’i yang benar dan ia berada dalam naungan al-Quran.

Sekian, Salam

M, Jaya Nasti                    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun