Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasianival 2016; Berbagi Sehat dan Inspirasi

9 Oktober 2016   07:39 Diperbarui: 9 Oktober 2016   08:56 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin  (8 Oktober 2016) saya hadir pada acara ulang tahun Kompasiana kedelapan yang dinamai Kompasianival. Kali ini tema yang diusung adalah Kompasiana Berbagi.  Panitia memiih 5 topik yang hendak dibagikan kepada peserta, yaitu Berbagi Sehat, Berbagi Inspirasi, Berbagi Inovasi, Berbagi Teknologi  Berbagi Ekonomi Kreatif. Tapi pada kesempatan ini saya hanya menulis kesan-kesan tentang topik “Berbagi Sehat” dan “Berbagi Inspirasi”. Yang lainnya mungkin akan saya ulas pada tulisan berikutnya.

Saya datang agak terlambat, yaitu pada saat sambutan Menteri  Luar Negeri, Retno Marsudi hampir berakhir. Jadi saya tidak bisa mengikuti pesan-pesan  yang disampaikannya.  Tapi saya mendapatkan kesan,  Retno Marsudi adalah seorang menteri perempuan yang cukup hebat. Meskipun bertubuh mungil, Retno menampil sosok yang tangkas dalam berbicara dengan pilihan kata yang tepat. Bicaranya lebih meyakinkan dari Menlu sebelumnya. Tidak heran kalau Presiden Jokowi tetap mempertahankannya, meski sudah dilakukan dua kali reshuffle kabinet.

Sesi pertama, dengan topik “Berbagi Sehat”  diisi oleh 3 pembicara, yaitu Gobind Vasdev, Melani Putrid dan Fenita Arie.  Tapi dalam tulisan ini saya hanya akan mengulas tentang Gobind Vasdev dan Melani Putria. 

Gobind Vasdev selaku pembicara pertama menyampaikan satu pesan kuat, yaitu sehat  adalah nikmat yang diberikan Tuhan kepada seluruh manusia secara gratis. Akan tetapi, kesehatan itu harus dijaga dan dipelihara.  Caranya adalah dengan menjalani hidup sehat. Jika tidak dilakukan maka kita menjadi sakit, dan sakit itu mahal biayanya. Oleh sebab itu, kita harus menjaga kesehatan dengan cara hidup sehat, di antaranya makan sehat, yaitu makan yang seimbang dalam asupan gizi,  protein, karbohidrat dan vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Kelebihan memakan salah satu akan menjadikan tubuh tidak seimbang, misalnya obesitas.

Akan tetapi Gobind menerapkan hidup sehat  pada dirinya secara cukup ekstrim. Ia menyimpulkan bahan konsumsi yang berasal dari hewan lebih banyak mudaratnya bagi kesehatan. Oleh sebab itu, ia hanya memakan bahan makanan nabati  (tumbuhan) saja, tidak memakan daging hewan apapun.  Selain itu, dari pengkajiannya tentang kesehatan, ia menyimpulkan bahwa berjalan tanpa alas kaki jauh lebih sehat daripada memakai sepatu atau sandal. Maka sejak dua tahun yang lalu, ia tidak lagi memakai alas kaki kemana pun pergi. Ia hanya bersiap-siap dengan sepasang sandal jika terpaksa memakainya.

Topik “Berbagi Sehat” dilengkapi oleh Melani Puteri, seorang artis dan mantan puteri Indonesia. Yang ditambahkan oleh Melani adalah hidup sehat dengan berolah raga apa saja. Bisa olah raga lari, senamya ketangkasan dan sebagainya.

Sesi kedua membahas topik “Berbagi Inspirasi”.  Sesi ini diisi oleh 3 pembicara, yaitu Budi Soehardi, Tjiptadinata Effendi dan Wulan Guritno.  Tapi  dalam tulisan ini saya akan mengulas tentang dua sosok saja, yaitu Budi Soehardi dan Tjiptadinata Effendi. Saya tidak sempat mengikuti uraian Wulan Guritno karena saya terlibat ngobrol dengan sejumlah kompasianer yang hadir.

Saya berpendapat, Budi Soehardi adalah pembicara paling top dari seluruh pembicara pada acara Kompasianival  ini.  Ia membagi pengalaman hidupnya yang sangat inspiratif.  Ternyata ada manusia Indonesia langka seperti Budi, di tengah masyarakat yang sakit, di tengah para pejabat yang masih suka korupsi meskipun sudah kaya raya, di tengah para orang kaya, para milyarder Indonesia tetapi ngemplang pajak dan ikut program tax amnesty dengan wajah riang gembira.

Budi berkarir sebagai penerbang pesawat komersial  Japan Airline. Lalu dari penghasilannya sebagai pilot,  ia membeli tanah di Kupang, NTT dan memulai kehidupan berbagi dengan penduduk miskin di daerah itu. Ia mendirikan panti yatim piatu yang dinamai Rolin. Tapi lahan pertanian yang dibelinya  itu kering dan berbatu.  Budi bersama isterinya berusaha menggarapnya untuk dijadikan lahan pertanian. Ia mendatangkan puluhan ton pupuk kandang untuk menyuburkan tanah itu, agar  bisa menghasilkan tanaman jenis sayuran. Berkat kerja kerasnya, ia berhasil melakukan swasembada sayuran untuk keluarga dan seluruh anak asuhnya yang berjumlah ratusan orang.

Karena kesibukan berbagi dengan anak asuh ratusan orang, Budi akhirnya memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai pilot.  Ia bersama anak asuhnya berbagi tugas mengolah lahan pertanian itu sambil mereka terus disekolahkan sampai tamat. Bahkan dalam waktu dekat, seorang anak asuhnya akan mengikuti wisuda, karena telah menamatkan pendidikan kedokteran.

Pesan lain yang disampaikan Budi Soenardi adalah semuanya bisa dilakukan tanpa harus meminta bantuan kepada pihak lain. Ia tidak meminta bantuan dana dari pemerintah atau pihak lain seperti perusahaan swasta dan lembaga bantuan lainnya.

Rupanya pengabdian Budi Soenardi dalam berbagi terpantau oleh CNN. Maka Budi terpilih menjadi “CNN Hero 2009”. Penghargaan itu diberikan dalam acara megah di Amerika Serikat.   Sebagai orang Indonesia, saya merasa bangga dengan Budi Soehardi yang tampil dengan wajah terharu dalam acara besar itu.

Pembicara kedua sesi “berbagi Inspirasi” ini adalah Tjiptadinata Effendi. Ia menjadi sosok inspiratif karena pengalaman hidupnya yang sangat menarik. Tapi yang saya tulis ini sebagian bersumber dari obrolan saya dengan beliau sehabis Pak Tjip presentasi.

Pak Tjiptadinata Effendi sejak 4 tahun yang lalu menjadi penulis artikel yang paling produktif  di Kompasiana, meskipun sekarang usianya sudah 74 tahun. Pada umumnya Pak Tjip menulis hal-hal yang bersifat human interest, termasuk kategori humaniora. Sebagian besar berasal dari pengalaman beliau dalam menempuh kehidupan.

Ia telah menulis 2300-an artikel selama 4 tahun, atau hampir 2 artikel setiap hari. Sebagian dari tulisan-tulisan itu sudah dibukukan  menjadi 9 buku. Isteri Pak Tjip, Rosaline juga penulis artikel aktif di Kompasiana.  Dalam hal ini, Pak Tjiptadinata Effendi mungkin telah memecahkan sejumlah rekor di Kompasiana; penulis paling tua, paling produktif, dan pasangan suami-isteri penulis.

Hal yang menarik pada diri Tjiptadinata Effendi adalah ia telah melalui perjuangan hidup yang panjang dan beragam. Ia memulainya dari kehidupan yang sangat susah,  tetapi ia berhasil merangkak naik, dan berakhir menjadi orang yang sukses.

Tjiptadinata Effendi mengawali penghidupannya menjadi pedagang kelapa di kota Padang,  lalu bekerja sebagai karyawan perusahaan kopi. Setelah itu, dengan modal ilmu yang diperoleh dari bekerja sebagai karyawan perusahaan kopi, ia mendirikan sendiri perusahaan eksportir kopi dengan tujuan Singapura. Perusahaan itu berkembang dengan baik sampai ia ditipu pembeli tetapnya di Singapura. Ia hampir bangkrut dan bahkan isteri beliau terpaksa harus bekerja menjadi sopir bus sekolah di Padang. Ia mencoba bangkit lagi. Lalu ia pindah ke Jakarta sebagai pengusaha.

Lalu anak-anak beliau menamatkan sekolah masing-masing, semua tamatan luar negeri, dan bekerja. Dua orang bekerja dan bermukim di Australia dan satu orang bekerja di Jakarta. Pada usia senjanya ia menetap di Australia bersama 2 anak dan para cucunya. Kedua anak bermukim di kota yang berbeda.

Beliau masih tetap setia memegang paspor hijau (paspor Indonesia)  dan beralamat di sebuah apartemen di Kemayoran, meskipun apartemen itu lebih banyak terkunci. Hanya ditempati kalau beliau pulang ke Jakarta.

Dengan demikian Pak Tjiptadinata Effendi telah menjalani profesi dari dari pedagang kecil, karyawan, pengusaha dan akhirnya menjadi penulis paling produktif  di Kompasiana.      

Sekian dulu, dan Salam

M. Jaya Nasti

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun