Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tuhan Maha Adil, Maka Keberuntungan Berpihak pada Jokowi

4 Oktober 2016   07:14 Diperbarui: 4 Oktober 2016   07:46 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya tetap pada keyakinan bahwa Tuhan itu Maha Adil dan keadilan itu ditampakkan Tuhan pada ketidak berpihakan-Nya. Semuanya diperlakukan sama. Semua akan mendapatkan takdirnya sesuai hukum alam dan sunnatullah yang diciptakan-Nya. Tuhan tidak peduli dengan agama yang  dianut umat manusia. Bahkan Tuhan tidak peduli dengan kaum atheis sekalipun.

Keadilan diperlihatkan langsung oleh Tuhan kepada siapa saja yang menjalankan hukum-hukumnya. Itulah diperlihatkan Tuhan kepada kita bangsa Indonesia, yang beruntung mendapatkan seorang pemimpin, yang bernama Joko Widodo, dengan panggilan Jokowi, selaku Presiden RI ke-7.

Tentu saja untuk menjadi Presiden RI, Jokowi harus berproses, tidak ujug-ujug dari pengusaha mebel langsung saja menjadi RI-1. Ia bergabung menjadi kader PDIP. Lalu ia melalui masa persiapan  kepemimpinan di “kawah candradimuka”, selama 8 tahun, yaitu menjadi Walikota  Solo melalui proses “trial and error learning”. Ia kemudian dinilai sebagai walikota yang sangat berhasil. Ia berhasil mengubah Solo menjadi kota pariwisata, kota budaya dan kota batik. Keberhasilannya itu bahkan ditandai  oleh 90% rakyat Solo memilihnya kembali menjadi walikota pada Pilkada 2010.

Maka kabar keberhasilan Jokowi itu sampai di Jakarta, kota tempat Megawati, Ketum PDIP, bermukim. Jokowi kemudian digadang-gadang dan akhirnya diusung menjadi calon Gubernur Jakarta. Jokowi bertarung menghadapi  Cagub Petahana Fauzi Bowo yang diusung oleh seluruh Parpol, kecuali PDIP dan Gerindra.

Kebetulan kepemimpinan Fauzi Bowo selama 5 tahun tidak memuaskan rakyat Jakarta. Ia hanya pintar membuat rencana pembangunan,  karena menyebut dirinya sebagai “ahlinya”. Tetapi  ia tidak mampu melaksanakan rencana-rencana itu. Rakyat Jakarta menghendaki seorang gubernur yang tidak hanya bisa membuat rencana tetapi juga mampu melaksanakan rencana-rencana yang sangat bagus itu.

Maka pada Pilgub Jakarta 2012 Fauzi Bowo kalah dan Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Seandainya Fauzi Bowo memiliki juga kemampuan mengeksekusi rencana-rencana yang telah ia buat, tentu rakyat Jakarta akan memilihnya kembali. Jadi sunnatullah yang tidak dilakukan Fauzi Bowo adalah mengeksekusi pelaksanaan rencana pembangunan Jakarta menjadi lebih baik.  Ia telah menghabiskan APBD DKI Jakarta selama 5 tahun dengan hasil karya yang sangat minim. Maka takdirnya adalah tidak terpilih lagi menjadi Gubernur DKI untuk periode kedua.

Setelah dilantik menjadi Gubernur Jakarta, pada Oktober 2012, Jokowi mencoba melaksanakan berbagai rencana yang sudah dibuat oleh gubernur-gubernur sebelumnya. Ia memperluas jaringan transportasi kota dengan pelayanan Bus Transjakarta dengan mendatangkan ribuan bus baru. Pada masa pemerintahannya pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT), semacam subway, yaitu kereta api bawah tanah, dimulai. Pada masanya pula  Jokowi meresmikan pembersihan sungai-sungai di Jakarta dengan melakukan relokasi pemukim liar dengan memindahkan mereka ke rusunawa yang sudah dilengkapi dengan peralatan rumah tangga termasuk pesawat televisi. Jokowi sebelumnya memperkenalkan dan mendistribusikan 3 kartu sakti bagi rakyat miskin Jakarta, yaitu Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta pintar dan Kartu Jakarta sejahtera.

Semenjak terpilih sebagai gubernur, popularitasnya terus melambung dan menjadi sorotan media.  Meskipun belum sampai 2  tahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, kehebatan Jokowi sebagai gubernur sudah terdengar sampai ke seantero  pelosok Indonesia. Maka nama Jokowi digadang-gadang untuk menjadi capres dalam pilpres 2014.

Jokowi kembali diusung oleh PDIP bersama Partai Nasdem, Hanura dan PKB untuk menjadi capres. Ia harus bertarung melawan Prabowo Subianto, mantan Pangkostrad dan Danjen Kopassus yang diusung oleh 6 partai, yaitu Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bulan Bintang dan Partai Golkar.   

Setelah melalui masa kampanya yang keras, karena berhamburan fitnah yang kejam dari tim sukses dan pendukung Prabowo kepada Jokowi, terutama dari PKS. Akan tetapi Jokowi berhasil  melewatinya. Ia berhasil  memenangkan Pilpres. Sebanyak 53% lebih rakyat Indonesia memilih Jokowi untuk memangku jabatan presiden. Rakyat Indonesia lebih percaya kepada Jokowi bahwa mampu menjadikan Indonesia lebih makmur, lebih sejahtera dan lebih maju, sebagaimana telah ditorehkannya sewaktu membangun Solo dan Jakarta.

Sebagian besar rakyat Indonesia tidak memilih Prabowo, karena pada dirinya masih melekat aroma bau pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan menindas.  Apalagi Prabowo adalah mantan menantu Presiden Soeharto. Ia juga masih terkait dengan berbagai  pelanggaran HAM, seperti penghilangan belasan aktifis. Kekurangan lain pada Prabowo, ia tidak memiliki  pengalaman di pemerintahan, selain bidang kemiliteran. Ia tidak pernah menjadi walikota, gubernur atau anggota parlemen. Jadi apa yang dikampanyekan Prabowo masih bersifat wacana, bukan yang secara kongkrit dan rill pernah dilakukannya. Pada hal Prabowo memiliki kekayaan yang cukup besar, anak seorang Begawan Ekonomi Indonesia, dan juga seorang orator ulung.

Rupanya begitulah sunnatullah yang terjadi. Dengan modal kinerja yang hebat dari Jokowi berhasil mengalahkan Prabowo Subianto, yang lebih kaya, lebih bangsawan dan berpangkat tinggi. Takdir yang menyertai dirinya adalah kalah dalam Pilpres.

Akan tetapi bukan hal yang mudah bagi Jokowi dalam memulai tugas sebagai Presiden. Jokowi mewarisi perekonomian Indonesia yang sedang menurun. Nilai tukar rupiah dengan cepat turun mendekati Rp 15.000 per 1 USD. Jokowi harus pontang panting memikirkan solusi  untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia sambil terus membangun. Sementara itu DPR dikuasai oleh koalisi parpol yang berseberangan dengan Pemerintah. Setiap hari kerja mereka mengkritik dengan keras apa saja yang dilakukan Jokowi. Semua salahnya Jokowi. Bahkan banyak yang meramalkan Jokowi akan lengser pada Oktober 2016.

Tetapi  Presiden Jokowi tidak ambil pusing dengan segala kritikan itu. Ia bekerja dan terus bekerja dengan cara berlari.. Untuk menggairahkan kembali ekonomi Indonesia, Jokowi menyisir permasalahan yang dihadapi satu-satu. Ia memberikan solusi melalui paket-paket perbaikan ekonomi. Tidak kurang 13 paket perbaikan ekonomi yang telah diterbitkannya. Ia kemudian memonitor dan mengawasi implementasi dari setiap paket. 

Ia menyadari bahwa Infrastruktur ekonomi Indonesia masih sangat kurang yang menyebabkan perekonomian selalu lambat perkembangannya. Panjang jalan Tol  di Indonesia hanya 800 km, sedangkan Malaysia sudah 3000 km, apalagi dibandingkan dengan Cina yang sudah mencapai 60.000 km. Infrastruktur perhubungan lainnya juga masih kurang,  seperti pelabuhan dan bandara yang sebagian besar hanya ada di ibukota propinsi dan kondisinya memprihatinkan. Begitu pula Indonesia masih  kekurangan dalam sumberdaya kelistrikan. Sejumlah kota listriknya  masih bergiliran antara hidup dan mati. Demikian pula halnya dengan infrastruktur pertanian seperti waduk, bendungan  dan jaringan irigasi yang hanya mengandalkan warisan  dari pemerintahan Orde Baru.

Untuk memecahkan masalah itu, Jokowi mengambil langkah berani.  Ia menghapus sebagian besar subsidi BBM untuk mendapatkan dana bagi pembangunan infrastruktur ekonomi di seluruh Indpnesia. Ia melancarkan pembangunan infrastruktur ekonomi sebagai prioritas. Tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dari Aceh sampai Papua.  Jika program ini berhasil, maka Presiden Jokowi akan tercatat sebagai presiden yang melaksanakan pembangunan infrastruktur ekonomi terbesar dalam sejarah Indonesia.

Sebagaimana di Jakarta,  Presiden Jokowi juga membagikan pula 3 kartu sakti untuk rakyat miskin.  Selain itu ia  membangun jaringan pelayanan sosial, BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan yang cukup berhasil. Bahkan BPJS kesehatan sudah diikuti oleh 170 juta (68%) rakyat Indonesia sebagai peserta.  Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan sudah diikuti oleh sekitar 23 juta peserta, yang terdiri dari para buruh perusahaan formal se Indonesia. Dengan adanya BPJS Kesehatan, rakyat berpenghasilan menengah kebawah mendapatkan pelayanan dari kesehatan dasar sampai kepada rawat inap dan operasi lengkap, dengan iuran  bulanan yang sangat rendah, dimulai dengan hanya Rp 25.500,- dan tertinggi Rp 80.000,- per bulan. Sedangkan para buruh akan terjamin masa tuanya dari tunjangan yang disediakan BPJS Ketenagakerjaan.

Terakhir Presiden Jokowi melancarkan program Tax Amnesty (TA) untuk mendapatkan dana guna menutupi tidak tercapainya target pendapatan Negara demi keberlanjutan pembangunan di segala bidang . Program ini ternyata juga berhasil dengan sukses. Pada hal program ini diterima dengan sikap pesimis oleh para pejabat tinggi di sekelilingnya, termasuk Wapres Jusuf Kalla dan Gubernur Bank Indonesia. Sebanyak  Rp 97 T masuk dalam kas Negara. Sedangkan harta kekayaan  yang dilaporkan mencapai Rp 3500T sebagai data base untuk reformasi pajak dan peningkatan penerimaan negara dari pajak. Para pengusaha besar dan konglomerat ramai-ramai datang mengikuti Program TA. Hal itu bisa terjadi karena mereka percaya dengan kesungguhan Presiden Jokowi. Ada trust yang terbangun. Apalagi Presiden Jokowi diperkuat oleh Sri Mulyani, sebagai Menteri Keuangan, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia.

Kinerja dan kerja keras Jokowi tersebut membuahkan hasil sampingan,  IHSG menguat. Nilai tukar rupiah juga menguat, sudah berada pada Rp 12.900 per 1 USD. Sementara itu, secara politik,  kerja keras Jokowi menjadikannya menjadi politisi nomor satu di Indonesia. Satu per satu lawan politknya tumbang.  Bahkan Aburizal Bakrie,  yang belum lama lengser dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar, memuji Jokowi sebagai Presiden yang hebat.

Oleh sebab itu sunnatullah yang menjadi takdir Jokowi, minimal ia akan dikenang sebagai Presiden RI terhebat, atau menjadi Bapak Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Indonesia.  Selain itu, terbuka peluang yang sangat besar baginya untuk menjadi Presiden RI periode kedua. Partai Golkar sudah menyatakan dukungannya. Pada waktunya, PDIP dan partai-partai pendukung Pemerintah akan juga mendukungnya.

Sekian dulu dan salam

M. Jaya Nasti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun