Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seruan Ulama dari Istiqlal untuk Tidak Memilih Ahok, Efektifkah?

20 September 2016   07:17 Diperbarui: 20 September 2016   07:23 3726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekelompok ulama dan tokoh Islam mengeluarkan Sembilan Risalah Istiqlal yang dibacakan dalam acara silaturahmi akbar di Masjid Istiqlal, Minggu siang, 18 September 2016. Sembilan Risalah Istiqlal dibacakan Bachtiar Nasir dengan didampingi Habib Khirzieq Shihab, Didin Hafidudin, Amien Rais, dan Hidayat Nur Wahid. "Pertama, kami meminta kepada seluruh umat Islam untuk merapatkan barisan untuk memenangkan pemimpin muslim yang lebih baik," kata Bachtiar. Itulah himbauan butir pertama  para ulama dan juga tokoh politik Islam, yang artinya jangan memilih Ahok yang beragama Kristen. Pilihlah hanya cagub muslim.

Tapi saya yakin, himbauan itu tidak akan efekif bahkan merugikan. Menyeru hanya memilih cagub muslim akan menimbulkan kemarahan PDIP, yang terlahir dari gabungan partai nasionalis dan kristen. Akibatnya, PDIP akan semakin cenderung untuk mengusung Ahok. Pada hal partai-partai lain masih menunggu dengan harap cemas, semoga PDIP mengusung Risma, Walikota Surabaya, muslimah yang selalu berjilbab itu. Karenanya, yang diuntungkan dengan seruan itu justru adalah Ahok yang sangat mereka benci dan musuhi.

Saya percaya sebagian besar rakyat Jakarta sudah menggunakan akal sehatnya. Hal itu terbukti pada Pilgub 2012. Mereka memilih Jokowi- yang berhasil membangun kota Solo. Mereka tidak memilih Fauzi Bowi, cagub petahana, karena selama lima tahun tidak melakukan perubahan apa-apa. Mereka tidak lagi terpengaruh oleh ajakan memilih cagub karena alasan agama. Meskipun bertubi-tubi ajakan  untuk memilih cagub muslim dan dengan menggunakan media Mesjid Istiqlal sekalipun, sebagian besar rakyat Jakarta tidak akan mengacuhkannya.

Sebagian besar rakyat Jakarta tidak akan memilih cagub lain, meskipun muslim,  karena mereka sudah merasakan enak dan  nikmatnya hidup di Jakarta setelah Ahok menjadi Gubernur. Mereka tidak mau Jakarta kembali tidak terurus, semrawut, tergusur tanpa tempat pengganti di rusunawa, dan serba sulit dalam berurusan di kelurahan dan kecamatan  seperti di era Gubernur Fauzi Bowo dan gubernur-gubernur sebelummya.

Soalnya, meskipun cagub itu muslim, sejarah telah membuktikan mereka tidak mampu memperbaiki Jakarta. Gubernur sebelum Jokowi dan Ahok, sejak Orde Baru berkuasa, semuanya muslim. Hanya Ali Sadikin yang diakui berhasil. Selebihnya tidak melakukan perubahan apa-apa, tetapi bertindak seenaknya, menggusur semaunya dan korupsi menjadi-jadi. Yang berubah hanyalah kantong mereka yang semakin gendut.

Sebagian besar rakyat Jakarta menyukai Ahok, karena ia adalah satu-satunya gubernur Jakarta yang tersambung dengan rakyatnya. Setiap pagi, puluhan rakyat Jakarta memenuhi teras Balaikota untuk bertemu langsung dengan Ahok, tanpa protokoler apapun. Mereka bisa mengadu, meminta bantuan dan juga foto bersama dengan Ahok. Rakyat juga bisa mengakses Ahok melalui SMS dan twitter. Ada respon yang cepat dari Ahok untuk setiap pengaduan yang disampaikan, misalnya jalan berlobang, sampah menumpuk di pinggir jalan atau kabel listrik putus.

Para bacagub untuk Pilgub 2017 hanya bisa bicara doang, seperti Yusril. Rizal Ramli atau Sandiaga Uno. Yusril menjadi ketua partai yang tergusur dari Senayan. Rizal Ramli gagal mempercepat dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok sehingga dicopot oleh Presiden Jokowi selaku Menko Maritim. Nama Sandiaga Uno tercatat dalam Panama Papers, yaitu orang yang mendirikan perusahaan di luar negeri sebagai tempat melarikan uangnya agar tidak terkena pajak, dan banyak kasus lain yang melilitnya.

 Apalagi, tidak ada bacagub yang berani diperiksa asal usul kekayaan mereka, apakah dari rezeki halal atau haram. Hanya Ahok yang berani.  Jangan-jangan setelah berkuasa, APBD DKI Jakarta yang nilainya mencapai lebih dari Rp 70 Triliun, sebagian besar amblas dan masuk ke kantong pak Gubernur dan para pejabat pendukungnya serta parpol pengusungnya.

Ditangkapnya Irman Gusman, Ketua DPD-RI, oleh KPK  karena menerima uang suap menjadi bukti yang memperkuat. Tokoh muslim kaliber nasional saja masih mau disuap dengan uang yang nilainya recehan. Kita tidak tahu apa yang menjadi motivasi masing-masing mau menjadi cagub DKI Jakarta. Jangan-jangan mereka menginginkan posisi gubernur Jakarta, karena APBD-nya yang sangat dan paling gemuk itu. 

Memang kadang-kadang saya heran, mengapa Ahok masih juga meneruskan penggusuran penduduk di bantaran sungai. Pada hal pelaksanaan Pilgub sudah mendekat.  Ternyata Ahok tidak peduli, karena ia lebih mengutamakan kemaslahatan rakyat banyak. Ahok menghitung  gara-gara kelakuan segelintir pemukim liar di bantaran sungai yang menjadi penyebab Jakarta masih banjir, puluhan ribu rakyat Jakarta menderita. Dengan menggusur dan memindahkan mereka ke rusunawa, Ahok bisa memperlebar sungai sehingga pada musim hujan  banjir tidak terjadi lagi.

Ahok adalah juga cagub petahana yang tidak pedulian. Ia mengatakan tidak apa-apa tidak terpilih lagi menjadi gubernur. Kalau rakyat Jakarta ternyata menginginkan dan memilih cagub yang lain, ya tidak apa-apa. Ahok hanya berharap, segala sesuatu yang baik yang sudah diciptakannya di Jakarta, kalau bisa jangan diganggu, tetapi diteruskan. Ucapan seorang cagub petahana seperti itu hampir tidak pernah kita dengarkan dari mulut bacagub lain. Bahkan banyak kasus, cagub yang jelas-jelas kalah tidak mau menerimanya, dan menyuruh pendukungnya membuat kerusuhan.

Sekian dan salam

M. Jaya Nasti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun