Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ridwan Kamil Menampar Supir Omprengan?

31 Maret 2016   07:13 Diperbarui: 31 Maret 2016   07:34 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ridwan Kamil disebut-sebut bisa menjadi lawan tangguh Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta. Ia adalah walikota Bandung yang sukses, begitu kata para pihak yang menggadang-gadang RK. Tapi RK memutuskan untuk tidak mencalonkan diri dalam Pilgub DKI, karena rakyat Bandung memerlukannya. Juga karena Presiden Jokowi menyarankan agar kepala-kepala daerah usia  muda yang hebat-hebat jangan beradu satu sama lain.

Saya sebenarnya tidak terlalu yakin dengan kehebatan RK, sebagaimana saya tulis dalam sebuah artikel di Kompasiana. Soalnya selama ini RK dan juga Risma (walikota Surabaya)  memerintah dengan aman dan damai. Hal itu berarti mereka berdamai dengan birokrat dan DPRD yang biasa korupsi dan memeras rakyat. Bisa juga RK membiarkan para birokrat berbuat semaunya, ketimbang berkonflik dengan mereka.

Hal yang sama dikatakan oleh pengamat politik dan Unpad, Muradi (kompas.com 29/3/2016). Ia menilai selama 2 tahun pemerintahannya, RK belum mampu mengendalikan para birokrat Bandung. Belum ada perubahan yang berarti.  Hasil survey yang dilakukan Muradi menemukan kenyataan Emil tidak bisa merangkul birokrasi. Hal itu  diungkapkan oleh 15 kepala dinas yang diwawancarainya secara langsung. Pada Lurah, Camat dan dinas-dinas, mereka umumnya tidak mengerjakan instruksi walikota. Mereka hanya mengatakan iya-iya hadap instruksi yang diberikan RK, tetapi tidak dikerjakan.

Itulah yang membedakan RK dengan Ahok, yang tidak mau berbaikan ataupun membiarkan saja para birokrat korup, yang suka memeras rakyat dan bekerja tidak becus. Ahok akan menghajar mereka, dengan lelang jabatan, rotasi, mutasi, sampai kepada pemecatan. Tetapi Ahok juga menyediaan reward yang baik. Para PNS DKI yang rajin dan tidak korupsi, diganjar dengan tunjangan yang tinggi. Mereka bisa mendapatkan ‘take home pay’ sampai Rp 12 juta untuk PNS golongan terendah, lurah Rp 30 juta dan  camat Rp 40 juta per bulan.

Saya juga melihat RK masih terengah-engah dengan program kebersihan Kota. Sungai Cikapundung yang melalui Kota Bandung dipenuhi sampah rumahtangga. Dalam inspeksi yang dilakukannya, RK melihat betapa penuhnya sungai dengan sampah. Akibatnya air sungai meluap dan terjadikan banjir besar di beberapa wilayah kota Bandung.

Itu pula beda RK dengan Ahok. Masalah sampah dan banjir sudah berhasil diselesaikan oleh Ahok di ibukota Jakarta. Tahun ini banjir relatif tidak terjadi, karena program untuk mengatasi banjir di Jakarta berjalan dengan baik. Yang terjadi hanya genangan air di beberapa lokasi yang rendah. Bahkan Kampung Pulo dan Bidaracina  yang rutin banjir setiap tahun, tahun ini sudah berhasil diamankan dari banjir.

Sedangkan untuk memecahkan masalah sampah di DKI, Ahok membentuk satuan tugas kebersihan di seluruh kelurahan, dengan mengangkat mereka menjadi PHL, yang digaji sedikit di atas UMP, sekitar Rp 3 juta per bulan. Mereka bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan termasuk kebersihan jalan dan sungai serta selokan dari sampah-sampah. Itulah pekerjaan mereka setiap hari, menjaga kebersihan lingkungan di setiap kelurahan.

Terakhir diberitakan RK menampar seorang sopir mobil omprengan yang lalu membuat pengaduan kepada polisi. RK memantahnya. Ia hanya menarik pipi sang sopir. Soalnya sang sopir sudah berkali-kali ditangkap dan dilarang mengoperasikan mobil omprengan. Tetapi tetap saja membandel.

Itulah kehebatan RK, ia selaku walikota mau-maunya ikutan razia malam untuk menangkap mobil omprengan di kota Bandung. Kenapa pekerjaan ecek-ecek itu tidak dipercayakan kepada Kadin Perhubungan atau Kepala DLLAJR saja. Sekarang RK akan mendapatkan tambahan sebutan sebagai walikota yang “ringan tangan”, artinya tangannya suka memukul rakyatnya yang bersalah, meskipun hanya untuk mencari uang untuk membeli sesuap nasi bagi keluarganya.

Jadi itu pula pembeda Ahok dengan RK. Meskipun terkenal garang, suka membentak dan berkata kasar, Ahok tidak pernah diberitakan melakukan pemukulan kepada siapa saja, baik aparat maupun rakyat. Mereka tidak perlu khawatir berdekatan sambil berdebat dengan ngeyelnya dengan Ahok

Sekian, Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun