Itulah Ahok, yang disebut sebagai Gubernur DKI Jakarta terbaik setelah Ali Sadikin. Itulah sebabnya, setelah Ahok menyatakan memilih jalur independen dalam Pilgub DKI Jakarta yang akan datang, rakyat Jakarta berduyun-duyun mendatangi posko Teman Ahok untuk menyerahkan foto copy KPT dan  mengisi formulir dukungan kepada Ahok dan cawagubnya Heru.
Rumus sederhana Ahok untuk memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2017, selain prestasi, kinerja dan kepeduliannya kepada  rakyat, ia tidak serakah. Ia menyadari tidak semua orang menyukainya. Banyak pula yang membencinya. Maka yang diperlukan Ahok hanya 50% + 1 suara rakyat Jakarta. Kelihatannya Ahok akan mendapatkannya,  bahkan bisa mencapai 60% lebih suara rakyat Jakarta.
Oleh sebab itu, karena Ahok telah memilih jalur independen,  yang dapat dilakukan parpol saat ini adalah memberikan dukungan kepada Ahok tanpa syarat apapun,  seperti yang dilakukan oleh Partai Nasdem. Rakyat Indonesia, bukan hanya rakyat Jakata, akan mencatat parpol yang mendukung Ahok dan yang membenci Ahok. Jika mendukung  Ahok,  maka parpol itu bisa berharap mendulang suara yang lebih banyak pada Pilkada Serentak 2017 dan Pemilu Legislatif  2019.
Akan tetapi jika parpol itu termasuk kelompok parpol yang membenci Ahok, maka dampaknya akan mereka rasakan, ditinggalkan oleh rakyat. Kondisinya bisa sama seperti Partai Demokrat ditinggalkan rakyat pada Pemilu 2014.Â
Soalnya Jakarta adalah barometer politik secara nasional.  Ahok adalah representasi pemimpin  yang bekerja keras meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Ia adalah gubernur yang berani bertarung melawan ketidak benaran dan kemunkaran. Ia tidak sama dengan hampir seluruh kepala daerah yang mau berdamai dengan para mafia, para koruptor dan para pemeras rakyat.
Sekian, salam dari saya
M. Jaya Nasti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H