Presiden Jokowi telah menunjukkan bahwa dirinya adalah pemimpin yang efektif dan tidak bodoh. Para politisi di KMP mengejek presiden Jokowi yang mereka yakini tidak akan mampu memimpin Indonesia, Negara terbesar kelima di dunia. Akan tetapi selama setahun menjadi presiden, Jokowi telah membuktikan jatidirinya yang sebenarnya, sebagai pemimpin yang mampu membawa Indonesia menuju kemajuan dan kesejahteraan. Ia sedang bekerja keras membangun infrastruktur ekonomi dari Aceh sampai Papua. Selain itu, dalam tempo beberapa bulan saja, ia telah menyediakan pelayanan kesehatan dasar kepada lebih dari separo penduduk Indonesia melalui Program BPJS Kesehatan.
Jokowi juga menunjukkan bahwa ia seorang pemimpin yang bersih, yang hidup secara sederhana dan anti KKN. Hal itu ditunjukkannya dengan putera sulungnya, yang dilepas sebagai pengusaha catering dan martabak. Bisnis itu dilakukannya tanpa menggunakan fasilitas dan nama besar bapaknya sebagai RI-1.
Karenanya banyak tokoh yang terpaksa menjilat kembali air ludahnya yang tersembur. Tetapi sekarang mereka berlagak pilon, seperti tidak pernah berkata apa-apa. Mereka sepertinya tidak merasa berdosa dan bersalah dengan ucapan mereka yang menohok dan mengejek Presiden Jokowi.
Tokoh nasional pertama yang menjilat ludahnya kembali tentunya adalah Jusuf Kalla. Pada Pileg 2014, JK masih pada posisi pendukung Partai Golkar yang sedang berjuang mendapatkan suara sebanyak-banyaknya. Ia berhadapan dengan Jokowi sebagai jurkam utama PDIP. Pada salah satu pidatonya, JK tercatat pernah menyebutkan bahwa jika Jokowi yang menang maka akan hancurlah bangsa Indonesia ini.
Tapi sebagai politisi ulung, JK akhirnya muncul sebagai pendamping Jokowi dalam Pilpres 2014. Ia dipasangkan dengan Jokowi oleh sahabatnya sesama pengusaha, Surya Paloh selaku Ketua Umum Partai Nasdem dan direstui oleh Megawati. Maka JK hanya bisa tersenyum mesem, sewaktu ditanya wartawan tentang pernyataannya tentang Jokowi, dulu sewaktu kampanye Pileg.
Tokoh nasional lain pada daftar paling atas membenci Jokowi adalah Amien Rais. Ia tokoh tua pendiri PAN, pendukung utama pasangan Prabowo-Hatta pada Pilpres 2014. Ia selalu berpidato menjelek-jelekkan Jokowi, di mana saja dan kapan saja.
Ia pernah menyebut Jokowi sebagai musuh bangsa Indonesia. Ia pernah meramalkan nasib Jokowi akan sama sama dengan mantan Presiden Filipina, Joseph Estrada, yang dijatuhkan setelah dua tahun berkuasa karena tidak becus memerintah. Karena kata-katanya yang tajam itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Sultan Yogya memarahi Amien Rais. Sri Sultan mengingatkan Amien Rais jangan seenaknya mencela tokoh yang menjadi pujaan jutaan rakyat seperti Jokowi.
Amien Rais memusuhi Jokowi sampai pada tingkat sepertinya ia menderita kelainan jiwa, mendekati sableng. Ia tidak malu-malu berteriak sendirian dalam sidang Tanwir Muhammadiyah di Samarinda “hidup Prabowo, Hidup Prabowo, Hidup Prabowo” pada waktu ia diberi kesempatan berbicara. Semua peserta menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Amien Rais.
Bahkan Amien Rais sempat bernazar, ia akan berjalan kaki dari rumahnya di Yogyakarta ke Jakarta, jika Jokowi menang dalam Pilpres. Setelah ternyata Jokowi menang, Amien Rais mengingkari nazarnya itu. Ia tidak menjawab ketika wartawan mengingatkannya dengan nazarnya itu.
Tapi Jokowi memenangkan Pilpres 2014. Sebelumnya, Amien Rais berbesanan dengan Zulkifli Hasan, yang kemudian terpilih menjadi Ketua Umum PAN yang baru. Akan tetapi, Zulkifli Hasan tidak mau mengikuti jejak langkah Ketum PAN yang lama, Hatta Radjasa. Ia juga tidak peduli dengan besannya yang sangat membenci Jokowi. Ia malah lebih dekat dengan Sutrisno Bachir, mantan Ketua Umum PAN yang tercatat sebagai anggota Tim Sukses Jokowi.
Tiba-tiba saja Zulkifli Hasan mengumumkan PAN sebagai partai pendukung Jokowi. Saat itulah yang menjadi titik awal kehancuran KPM. Maka mau-mau tidak mau Amien Rais ikutan dengn besannya yang mendukung Jokowi. Mau-tidak mau Amien Rais harus menjilat kembali air ludahnya.