Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jeruk Makan Jeruk dan Sudirman Said versus Rizal Ramli dan Setya Novanto

19 November 2015   13:25 Diperbarui: 19 November 2015   13:25 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata SN memberikan respon positif, dan menyanggupi menjadi perantara dengan Presiden Jokowi. Masalahnya, SN melihat Freeport sebagai pihak yang dapat diperas untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. SN menawarkan suatu persyaratan yang sangat berat, yaitu 20% saham kosong, yang diatasnamakan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. Selain itu ia juga meminta saham untuk pembangkit tenaga listrik di Timika sebesar 49%.

Kesialan datang pada SN.  Ia tidak tahu bahwa Presdir Freeport yang diajak berunding adalah seorang purnawirawan TNI. Pangkat terakhir jenderal berbintang dua. Pernah menjabat sebagai wakil kepala Badan Intelejen Nasional (BIN). Namanya Makruf Syamsuddin dan adik kandung mantan Wamenhan, Syafri Syamsuddin. Melihat gelagat SN hendak memeras, maka pada pertemuan terakhir, dia merekam pembicaraan yang berlangsung.

Makruf Syamsuddin melaporkan tentang adanya pertemuan dengan Ketua DPR yang ditemani oleh pengusaha minyak, Muhammad Reza Chalid. Lalu ia menyerahkan hasil rekaman perte-muan tersebut sebagai barang bukti.

Sudirman Said melihat sisi yang menguntungkannya setelah terkena kepret Menko RR. Ia memanfaatkan kasus itu untuk mendongkrak nama baiknya. Maka setelah melapor kepada Presiden Jokowi dan Wapres JK, ia meledakkan kasus itu ke publik. Pada mulanya ia menyampaikan informasi itu secara tidak utuh, sedangkan bagian terpenting disembunyikan. Informasi yang tidak utuh itu menggegerkan Senayan. Para politisi mendesak SS untuk menyebutkan nama pencatut Presiden dan wapres tersebut.

Lalu ia menyampaikan bahwa ia akan menyerahkan masalah itu kepada Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Setelah menyerahkan laporan kasus itu ke MKD, SS melakukan wawancara dengan Najwa Shihab dalam persiapan acara Mata Najwa. Yang terlihat d tivi adalah Najwa meminta konfirmasi copy surat yang disampaikan SS ke MKD, yang ternyata dibenarkan oleh SS. Jadi surat SS ke MKD itu sudah bocor, buktinya sudah ada copynya di tangan Najwa Shihab. Maka terbukalah nama pencatut Presiden Jokowi, yaitu Setya Novanto.

Yang pasti ada yang membocorkan surat SS ke MKD kepada publik melalui Najwa Shihab. Yang menjadi tanda tanya, kok bisa secepat itu bocornya, hanya berbilang jam saja. Hanya ada dua pihak yang bisa membocorkannya. Pertama orang dalam MKD yang langsung men-scan surat itu dan mengirimkannya ke Metrotivi, tentunya dengan imbalan tertentu.

Tapi saya lebih cenderung pada yang kedua, yaitu SS sendiri atau pembantunya, yang menyerahkan surat asli untuk di-scan dan masuk dalam folder Najwa Shihab. SS berkepentingan isi surat itu bocor, tetapi haruslah dengan menggunakan tangan orang lain.

Demikianlah permainan cantik yang dilakukan SS bekerjasama dengan Najwa Shihab yang bisa berlindung dibalik kerahasiaan sumber informasi jurnalistik. Maka yang pontang panting tentulah SN yang dituntut mundur dari jabatannya selaku Ketua DPR.  

Dengan permainan cantik itu pula SS bisa menegakkan kepalanya kepada RR yang menyebutnya sebagai menteri kebinger,  dan juga kepada Presiden Jokowi. SS memposisikan dirinya sebagai pahlawan melawan kejahatan korupsi sumberdaya alam di Papua.  Ia telah melakukan suatu tindakan untuk menyelamatkan uang Negara dari para pemeras berjabatan sangat tinggi, Ketua DPR-RI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun