Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rio Capella dan Masa Depan Partai Nasdem  

18 Oktober 2015   13:31 Diperbarui: 18 Oktober 2015   15:34 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada mulanya Nasdem diproklamirkan sebagai ormas. Sejumlah tokoh nasional bergabung dengan Ormas Nasdem karena tertarik atau sepaham dengan visi dan misinya yang bercita-cita hendak melakukan restorasi Indonesia. Misalnya Buya Syafii Maarif dan Sri Sultan Hamengku Buwono X, sempat bergabung.

Saya sendiri sejak lama ingin melihat kiprah Nasdem dalam melakukan restorasi Indonesia. Saya tidak paham betul apa yang dimaksud  Surya Paloh dengan restorasi Indonesia. Masalahnya, setiap kali Surya Paloh berorasi, dia hanya menyebutkan berkali-kali restorasi Indonesia tanpa disertai penjelasan.   

Ternyata Ormas Nasdem dengan cepat berganti rupa menjadi partai politik. Rupanya Ormas Nasdem hanya sekedar batu loncatan menuju Partai Nasdem.  Maka Buya Syafii dan Sri Sultan Hamengku Bowono ke-X dengan cepat menyingkir. Partai Golkar memberikan ultimatum kepada sejumlah kadernya yang ikut bergabung dengan Nasdem. Mau ikut Nasdem  dengan resiko dipecat dari Golkar, atau kembali ke pangkuan Golkar dengan menyatakan keluar dari Nasdem. Sejumlah kader Golkar akhirnya memilih Partai Nasdem, antara lain Ferry Mursyidan Baldan.

Pada Pemilu Legislatif 2014 Partai Nasdem menjelma menjadi partai kecil yang lolos ke Senayan dengan 36 kursi di DPR, melampaui angka Treshhold. Partai Nasdem mengalahkan Partai Hanura yang hanya kebagian 16 kursi di DPR, dan PBB  serta PKPI yang tidak lolos ke Senayan.

Dalam kiprahnya sebagai parpol, Partai Nasdem memilih menjadi pendukung utama Jokowi-JK bersama PDIP dalam Pilpres 2014. Sesudah Nasdem, barulah menyusul PKB, Hanura. Kemenangan Jokowi-JK dalam Pilpres 2014 mengantarkan Partai Nasdem menjadi partai pemerintah. Empat kadernya duduk sebagai menteri dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK.

Akan tetapi semangat restorasi Indonesia tidak terlihat pada wajah Partai Nasdem. Partai ini tidak sejalan dengan Jokowi yang hendak mewujudkan pemerintahan yang bersih. Partai ini juga tidak memperlihatkan kinerja yang baik rangka mewujudkan Indonesia yang lebih baik.  Hal itu terlihat pada Ketua Umumnya Surya Paloh bersama kadernya, Menko Polhukam dan juga kinerja Jaksa Agung. Demikian juga halnya dengan JK, meskipun berlatar belakang Partai Golkar, tetapi merupakan tokoh yang diusung Partai Nasdem mendampingi Jokowi selaku Wapres.

Surya Paloh, JK dan Tedjo adalah tiga serangkai yang mendukung Budi Gunawan menjadi Kapolri sehingga posisi Jokowi terdesak.  Pada hal sejak lama BG dicurigai sebagai salah seorang perwira polisi yang memiliki rekening gendut dan ditetapkan tersangka oleh KPK. Jadi, dalam hal ini, mulai terlihat restorasi Indonesia hanya sekedar retorika, sekedar slogan kosong dari Partai Nasdem.

Surya Paloh selaku pengusaha juga dicurigai mempunyai kepentingan bisnis untuk kemudian berusaha menempel kepada Jokowi. Selain menjadi pemilik perusahaan media, Surya Paloh juga menjadi pemilik perusahaan yang bergerak di bidang migas. Karenanya publikk mulai curiga sewaktu Indonesia menjalin kemitraan dalam pengadaan migas dengan Angola sebuah Negara kecil di Afrika. Masalahnya ada hubungan kemitraan perusahaan migas di Angola dengan perusahaan migas milik Surya Paloh.

JK juga dianggap masalah yang dihadapi Jokowi. Ia misalnya diduga menjadi orang kuat di belakang RJ Lino yang membangkang Jokowi dan Rizal Ramli dalam kasus Pelindo II. JK juga dicuriga mempunyai kepentingan bisnis pada proyek pembangkit listrik 35000 MW. Apa lagi JK mengangkat Sofyan Wanandi, mantan Ketua Apindo menjadi ketua Staf Ahli Wapres.

Kita juga bisa lihat kiprah HM Prasetyo, kader Nasdem yang menjadi Jaksa Agung. Satgas Jaksa yang dibentuk Prasetyo untuk menangkapi para koruptor ternyata tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Wajah Kejaksaan tetap saja seperti dulu, meskipun dipimpin oleh Jaksa Agung dari partai yang mencita-citakan restorasi Indonesia. Pernyataan-pernyataan Jaksa Agung yang mendukung revisi UU KPK menunjukkan ia termasuk orang yang anti restorasi Indonesia menjadi lebih baik.

Lalu kemarin Rio Capella dijadikan tersangka kasus korupsi oleh KPK. Dalam posisinya sebagai Sekjen Partai Nasdem, maka sebenarnya sempurna sudah riwayat partai itu sebagai partai yang mencita-citakan restorasi Indonesia. Pidato Ketum Partai Nasdem yang berbusa-busa tentang restorasi Indonesia memang hanya omong kosong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun