Pemerintahan SBY akan berakhir 6 bulan lagi. Ia telah memimpin Indonesia selama hampir 10 tahun. Oleh sebab itu, kalau kita ingin mengetahui apakah SBY berhasil atau gagal, kita harus melihatnya pada kondisi rakyat Indonesia pada awal pemerintahannya, pada 2004.
Berdasarkan BPS, pada 2004, income per kapita rakyat Indonesia adalah USD 1100,- Sedangkan pada 2013, income per kapita rakyat Indonesia sudah menjadi USD 5000,- per tahun per jiwa. Hal itu berarti pemerintahan SBY telah berhasil menaikkan income per kapita rakyat Indonesia lebih empat kali lipat. Sekarang rakyat Indonesia sudah termasuk kelompok berpenghasilan menengah.
Namun kita tidak bisa membandingkan income per kapita rakyat Indonesia dengan rakyat di negara tetangga, seperti Malaysia (USD 16.900) dan Thailand (USD 10.000), apalagi dengan rakyat Singapura (USD 60.900) dan Brunai Darussalam (USD 50.500). Income per kapita rakyat Indonesia hanya lebih baik dari Filipina, Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar.
Keberhasilan berikutnya dari pemerintahan SBY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil pada angka 6 persen per tahun. Perekonomian Indonesia yang menganut rezim pasar bebas, juga berhasil selamat dari krisis ekonomi global pada 2008 yang justru menghantam negara-negara maju, terutama Amerika Serikat dan negara-negara yang termasuk dalam Uni Eropa. Oleh sebab itu, pemerintahan SBY layak mendapatkan ancungan jempol atas keberhasilannya menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun berhadapan dengan situasi yang sangat sulit dan kritis.
Selama 5 tahun ini, rakyat juga menikmati stabilitas harga sembako. Harga beras masih di sekitar Rp 5.000 sampai Rp 7.000,- per liter yang dibedakan oleh kualitasnya. Harga minyak goreng kemasan masih sekitar Rp 12.500 per liter. Bahan makanan seperti telor juga bertahan pada harga sekitar Rp 17 ribu per kg. Tidak ada bahan/barang kebutuhan pokok yang harganya naik melejit. Kalaupun terjadi, seperti daging sapi, Pemerintah langsung bertindak untuk menormalkannya kembali.
Selama 10 tahun pemerintahan SBY, rakyat Indonesia menikmati kondisi keamanan yang relatif sangat baik. SBY dan JK pada 2005 berhasil mewujudkan perdamaian di Aceh, yang berkelanjutan sampai sekarang. Hanya ada sedikit konflik bersenjata secara sporadis di Papua. Konflik-konflik horinzontal skala besar sudah tidak ada lagi. Hanya masih ada konflik dalam skala kecil dan terbatas atas nama agama dalam bentuk tindak kekerasan kepada pengikut aliran Ahmadiyah dan Syiah di sejumlah daerah. Yang banyak terjadi justru adalah tawuran antar pelajar, siswa dan mahasiswa.
Selanjutnya, selama 5 tahun terakhir, sejumlah infrastruktur ekonomi skala raksasa dan modern berhasil dibangun. Sejumlah bandara berhasil dibangun baru atau direnovasi menjadi bandara internasional modern dan sudah beroperasi, seperti Bandara Kuala Namu di Sumatera Utara, dan Bandara Ngurah Rai di Denpasar.
Selain itu, sejumlah pelabuhan tua di berbagai daerah, seperti Teluk Bayur, Pelabuhan Bai dan Sorong juga telah berhasil direnovasi atau dikembangkan menjadi pelabuhan-pelabuhan terminal peti kemas modern. Pelabuhan-pelabuhan terminal peti kemas modern tersebut membangkitkan perekonomian di pantai Barat Sumatera dan Papua.
Bahkan Pelabuhan Terminal Petikemas Tanjung Priok II yang akan beroperasi pada Oktober mendatang, dirancang menjadi tempat berlabuh kapal peti kemas terbesar di dunia, dengan kapasitas 18.000 peti sekali angkut. Dengan dibangunnya fasilitas tersebut, kegiatan ekspor dan impor dari dan ke Indonesia tidak perlu lagi melalui Singapura.
Lalu ada jalan tol di atas laut sepanjang 12,7 km yang meng-hubungkan Denpasar dan Nusa Dua di Bali yang memudahkan para turis bepergian. Jalan tol di atas laut tersebut meupakan yang pertama di Indonesia, dan menjadi “land mark” baru bagi Bali sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia.
Harapan kita, keberhasilan dan kemajuan yang dicapai pemerintahan SBY akan diteruskan dan lebih ditingkat lagi oleh Presiden yang akan dipilih pada Pilpres 9 Juli yang akan datang.
Ciawi, 26 April 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H