Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemimpin Yang Terhubung Dengan Rakyatnya

29 Juli 2014   11:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:56 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rakyat senang bila terhubung dengan pemimpinnya. Mereka benar-benar merasa memiliki pemimpin jika pemimpin itu bisa diakses dan aspirasi mereka didengar. Apalagi jika respon pemimpin sangat cepat, begitu lapor langsung ada tindakan, langsung ada solusi.

Seorang teman yang tinggal di daerah Tebet mengeluhkan lampu jalan di depan rumahnya sudah beberapa hari mati. Ia ingat menyimpan nomor HP Ahok, Plt Gubernur  yang khusus untuk keperluan melaporkan masalah yang dihadapi rakyat terkait berbagai fasilitas dan perlakukan aparat. Lalu dia kirim SMS ke nomor itu. Dilaporkan pula bahwa jalan itu menjadi gelap dan bisa dimanfaatkan oleh penjahat untuk melakukann tindak kriminal.

Besoknya,  mobil PLN berhenti di jalan itu. Petugas memasang tangga, memperbaiki jaringan kabel yang menyebabkan lampu jalan itu mati dan mengganti beberapa buah lampu. Malamnya, jalan itu sudah terang kembali. Teman itu menyampaikan rasa senangnya. Ia merasa mempunyai pemimpin yang mendengarkan suara rakyatnya.

Jalanan di depan rumah saya sepanjang 6 km di dekat Ciawi sudah lama rusak parah. Sudah setahun, sudah lewat pula musim hujan,  jalanan itu belum juga diperbaiki. Beberapa bulan lalu saya coba mencari di google,  mana tahu ada nomor HP Bupati atau Gubernur Jawa Barat untuk menyampaikan keluhan. Ternyata tidak ada. Saya dan rakyat Jawa Barat ternyata tidak terhubung dengan pemimpin, para bupati dan gubernur.

Bupati Bogor sendiri sudah lebih dua bulan ditahan KPK karena tertangkap tangan terima suap.  Ada juga wakil bupati, seorang perempuan, mantan anggota DPRD yang rupanya masih belajar bagaimana menjadi bupati, sehingga belum bisa berbuat apa-apa. Ada juga wakil gubernur yang juga berprofesi sebagai artis. Tapi ia terlalu sibuk dengan perannya dalam sinetron dan sejumlah iklan produk. Gubernur mengizinkannya untuk nyambi main sinetron dan iklan. Pada hal saya, dan mungkin juga banyak rakyat Jawa Barat semakin muak setiap kali melihat wajahnya tampil di sinetron dan iklan berbagai produk.

Di zaman serba cepat ini,  jika pemimpin,  apakah ia presiden,  menteri,  gubernur, bupati atau walikota mau menjalin komunikasi dengan rakyat, hal itu sangat mudah dilakukan. Beritahu saja nomor HP, agar rakyat bisa mengirimkan SMS untuk melaporkan berbagai masalah yang mereka keluhkan. Berdasarkan keluhan rakyat itu,  sang pemimpin bisa menugaskan staf khusus untuk menindaklanjutnya yang   akan   mendistribusikan keluhan itu kepada instansi terkait yang diminta untuk menyelesaikannya dan mencari solusi. Oleh sebab itu,  para pemimpin seharusnya membukakan akses bagi rakyat untuk mengirimkan sms ke nomor HP-nya.

Sebenarnya bisa juga rakyat menghubungi pemimpin dengan mencari akun mereka di Facebook. Yang menjadi masalah,  tidak seperti HP,  belum banyak rakyat kecil yang melek komputer atau menggunakan smartphone.. Bahkan para pemimpin sendiri banyak juga yang tidak punya akun di facebook,  yang mengindikasikan mereka juga tidak melek komputer.

Dari penelusuran di program pencari informasi Google, saya baru menemukan 3 pemimpin saja yang terbuka memberi-tahukan nomor HP mereka  yang dapat digunakan untuk mengirim sms. Mereka adalah SBY,  Jokowi dan Ahok. Nomor HP Wapres Boediono,  dan Menko Perekonomian yang baru Chairul Tanjung tidak berhasil didapatkan. Dahlan Iskan yang saya pikir sangat transparan,  nomor hp-nya juga tidak bisa didapatkan. Begitu pula halnya dengan menteri-menteri yang lain. Begitu pula halnya dengan pemimpin muda seperti Bima Aria (walikota Bogor) dan Ganjar Pranowo (gubernur Jawa Tengah).

Jadi menjalin hubungan dengan pemimpin itu tidak mudah. Jadi,  hampir seluruh pemimpin di negeri ini tidak suka diakses oleh rakyat, karena merepotkan,  menambah pekerjaan, dan mungkin juga memerlukan anggaran khusus untuk memecahkan masalah yang dikeluhkan rakyat.

Tapi demikian halnya dengan Jokowi. Ia telah merasakan nikmatnya menjalin hubungan dengan rakyatnya. Ia mem-buka akses seluas-luasnya bagi rakyat untuk menyampaikan keluhan dan masalah. Lalu Jokowi menjambangi mereka dengan cara blusukan. Lalu ia berdiskusi dengan rakyatnya untuk mencari solusi. Hasilnya, 91% rakyat di kota Solo pada pilkada  memberikan suara mereka bagi Jokowi untuk periode kedua masa jabatannya selaku walikota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun