Mohon tunggu...
Mj Jafar Shodiq
Mj Jafar Shodiq Mohon Tunggu... Dosen - Koordinator Nasional Kaukus Muda PPP

Direktur PT Mukti Lintas Media Owner Nuslembabershop Owner Majapahit Rental Owner Avra Pimpinan Redaksi Hidayatuna.com Direktur Lembaga Tunas Muda Cendekia Pendiri ITHLA (Organisasi Persatuan Mahasiswa Bahasa Arab Se Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Upaya Modernisasi Peradaban Islam

17 April 2021   12:16 Diperbarui: 17 April 2021   13:05 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahun 1800 M adalah awal periode dimulainya upaya membangkitkan peradaban Islam, hal ini disebabkan ekspedisi Napoleon di Mesir berakhir. Pada periode ini raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir untuk mengembalikan jalan balance of power. Disamping itu, kontak Islam dengan Barat pada periode ini berbeda dengan kontak pada periode Klasik. Karena pada waktu itu Islam ada dalam kemajuan sedangkan Barat dalam kemunduran. Tetapi pada periode ini sebaliknya, Islam berada pada masa kemundurannya, maka Islam ingin belajar kepada Barat.

Dengan demikian, timbullah pembaharuan-pembaharuan dalam Islam sebagai upaya untuk memajukan Islam pada periode selanjutnya.  Pikiran dan aliran pembaharuan itu sebenarnya telah timbul pada periode Age of Reason atau Englightenment (Masa Akal atau masa Terang) 1650-1800 M. Dan pada periode tersebut mulai banyaklah pemikiran-pemikiran tentang pembaharuan-pembaharuan Islam sebagai upaya untuk memajukan kembali Islam pada periode saat ini. Maka dari itu, tulisan ini akan menjelaskan secara singkat mengenai hal tersebut.

Pembaharuan/Modernisasi 

Dalam masyarakat Barat modernisasi adalah pemikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang ditimbulkan ilmu pengetahuan modern. 

Modernisasi di Barat memiliki tujuan untuk menyesuaikan ajaran-ajaran dalam agama dengan ilmu pengetahuan dan falsafah modern. Modernisasi ini juga yang dilakukan kepada Islam dan tujuannya pun sama yaitu untuk menyesuaikan ajaran-ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan dan falsafah modern. Karena tanpa pembaharuan dalam ajaran-ajaran pada era tertentu akan membeku dan bisa-bisa dapat kehilangan relevansi. Dengan demikian pembaharuan ini perlu untuk mencari relevansi pemahaman dan interpretasi ajaran kitab suci al-Qur’an dan as-Sunnah dengan tantangan pengumulan dan pergulatan zaman yang terus menerus bergulir mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin intensnya pertemuan dan gesekan antar berbagai tradisi (keagamaan) dalam era globalisasi sekarang ini. Oleh karenanya, dalam pembaharuan atau modernisasi Islam perlu diingatkan bahwa dalam Islam terdapat beberapa aspek yang mutlak contohnya nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah. Pembaharuan atau modernisasi dalam Islam mencakup contohnya kepada interpretasi atau penafsiran dalam aspek-aspek teologi, hukum, politik dan seterusnya.

Pembaharuan/Modernisasi Kerajaan Ustmani

 Pembaharuan pada kerajaan Utsmani ini muncul karena kerajaan ini mempunyai daerah kekuasaan di daratan Eropa, yang mana negara-negara di sekitarnya sedang mengalami kemajuan sedangkan kerajaan Utsmani mengalami kemunduran. Dan dikarenakan inilah para pembesar-pembesar Utsmani menyelidiki kekuatan Eropa. Dan menurut perkiraan mereka bahwa rahasia kemajuannya itu terletak pada kekuatan militernya yang modern. Maka dari itu kerajaan ini melakukan pembaharuan dalam bidang militernya dengan Barat sebagai panutannya.

Pembaharuan-pembaharuan di bidang lainnya juga dilakukan, tapi usaha-usaha ini mendapatkan tantangan, terutama dari golongan militer yang takut kehilangan kedudukan dalam perubahan-perubahan yang akan terjadi. Namun pembaharuan-pembaharuan ini tidak ada artinya dan dilanjutkan pembaharuannya pada abad selanjutnya.

Pembaharuan/Modernisasi Muhammad Ibn Abd al-Wahhab

 Pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ibn Abd al-Wahhab ini bukan karena pengaruh kemajuan Barat, tetapi karena paham tauhid yang dianut oleh kaum awam di waktu itu. Paham tauhid pada saat itu sudah tidak murni lagi, karena sudah rudah oleh pengaruh tarekat-tarekat seperti pemujaan yang berlebihan kepada syekh-syekh. Menurut Muhammad Ibn Abd al-Wahhab Islam pada zamannya itu sudah banyak melakukan  bid’ah-bid’ah yang dibawa dari luar ke dalam Islam.

 Oleh karena itu, gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ibn Abd al-Wahhab ini lebih tepat disebut dengan nama pemurnian dan juga gerakan ini disebut dengan Wahabiah. Muhammad Ibn Abd al-Wahhab tidak mempertahankan paham taqlid (tunduk kepada pendapat ulama-ulama terdahulu). Dan Muhammad Ibn Abd al-Wahhab juga berpendapat bahwa ijtihad tetap dibolehkan dengan kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.

Pembaharuan/Modernisasi Muhammad Ali Pasya

Muhammad Ali Pasya mempunyai keyakinan yang sama dengan raja-raja Islam yang lainnya, bahwa kemajuan Eropa didasarkan kekuatan militernya. Tetapi di samping itu, Muhammad Ali Pasya sadar bahwa di belakang kekuatan militer itu ada kekuatan ekonomi yang mempelajari biaya pembaharuan dalam lapangan militer.  Pembaharuan-pembaharuan dalam lapangan militer dan ekonomi ini memerlukan ahli-ahli. Untuk itu, Muhammad Ali Pasya mendatangkan ahli-ahli dari Eropa dan mendirikan sekolah-sekolah, sekolah militer, sekolah teknik, sekolah kedokteran, sekolah pertambangan, dan sekolah pertanian. Di samping itu juga ia mengirimkan pemuda-pemuda Mesir belajar ke Eropa. Dan semua hal ini membuat cepatnya berkembang pemikiran dan gerakan pembaharuan di Mesir.

Pembaharuan/Modernisasi Muhammad Abduh

 Muhammad Abduh memiliki pendapat yang sama dengan Muhammad Abd al-Wahhab yaitu bahwa Islam yang dianut umat bukan lagi Islam yang sebenarnya. Dan inilah yang menjadikan penyebab Islam mengalami kemuduran, dan untuk menjadi maju Islam harus kembali kepada Islam sejati, Islam yang dipraktekan di Zaman Klasik.

Muhammad Abduh berpendapat bahwa sikap taklid harus dihapuskan dan ijtihad harus dihidupkan lagi. Ijtihad banyak menghendaki pemakaian akal, karena ia memang memberi penghargaan yang tinggi kepada akal. Menurut pendapat Muhammad Abduh bahwa Islam adalah agama yang rasional, maka wahyu tidak akan bertentangan dengan akal. Muhammad Abduh juga menentang sifat jumud atau statis yang ada pada umat Islam. Sifat jumud ini membuat umat Islam berhenti berpikir dan berusaha, maka dari itu umat Islam harus memiliki sifat dinamis.

Disamping itu, umat Islam di zaman Klasik maju karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan modern, karena Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern. Maka dari itu al-Azhar dan madrsah-madrasah perlu dimasukkan pelajaran-pelajaran mengenai ilmu pengetahuan modern dan dalam pembaharuan-pembaharuan ini masih banyak pelopor-pelopor yang melakukannya dalam berbagai bidang dan di berbagai daerah. Pada intinya sama pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan ini berawal dari kemunduran-kemunduran yang dialami oleh umat Islam, dan sebagai upaya untuk memajukan kembali Islam maka dilakukanlah pembaharua-pembaharuan atau modernisasi.

Oleh: Mj. Ja'far Shodiq (Peneliti di Lingkar Santri Indonesia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun