Kota Mojokerto, sebuah kota kecil yang terletak di Provinsi Jawa Timur, tidak hanya kaya akan sejarah dan warisan budaya, tetapi juga dikenal sebagai tempat lahirnya seni pertunjukan ludruk. Ludruk, sebuah bentuk teater tradisional Jawa Timur, memiliki akar yang kuat di masyarakat dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan budaya kota Mojokerto.
Ludruk bukanlah sekadar pertunjukan seni biasa. Ini adalah perpaduan yang harmonis antara seni peran, musik, tari, dan unsur humor yang khas. Para penampil ludruk, yang sering disebut dengan sebutan "Dalang Ludruk," menggunakan bahasa Jawa dengan gaya yang khas dan memainkan peran dalam kisah-kisah yang menghibur. Mereka juga ditemani oleh musisi yang memainkan alat musik tradisional seperti kendang, saron, dan gambang.
Salah satu hal yang membuat ludruk begitu unik adalah kemampuannya untuk menyentuh berbagai lapisan masyarakat. Cerita-cerita yang diangkat dalam pertunjukan ludruk sering kali menggambarkan kehidupan sehari-hari, dilema sosial, dan kritik terhadap kebijakan pemerintah. Dengan gaya khasnya yang cerdas dan humor yang tajam, ludruk menjadi sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan pesan-pesan kritis secara bersahaja.
Namun, sayangnya, popularitas ludruk mulai meredup seiring dengan berkembangnya media modern dan budaya pop. Generasi muda cenderung lebih tertarik pada hiburan modern, seperti televisi, film, dan media sosial, sehingga seni tradisional seperti ludruk terancam punah. Inilah saatnya untuk mempertanyakan apakah kita akan membiarkan kekayaan budaya ini menghilang atau kita akan berusaha melestarikannya.
Penting bagi masyarakat Kota Mojokerto dan pemerintah setempat untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam melestarikan ludruk sebagai bagian berharga dari warisan budaya mereka. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
- Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada generasi muda tentang seni ludruk. Ini dapat melibatkan pelajaran di sekolah, lokakarya, dan program-program pelatihan untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap seni ini.
- Pertunjukan Rutin: Menyelenggarakan pertunjukan ludruk secara rutin di berbagai tempat, seperti panggung teater, sekolah, atau lokasi publik lainnya. Hal ini dapat meningkatkan eksposur ludruk dan membuatnya lebih mudah diakses oleh masyarakat.
- Dokumentasi dan Rekam: Menciptakan dokumentasi digital dan fisik tentang pertunjukan ludruk, termasuk rekaman video, foto, dan catatan sejarah. Ini tidak hanya akan membantu melestarikan pertunjukan itu sendiri, tetapi juga dapat digunakan untuk keperluan pendidikan dan promosi.
- Dukungan Finansial: Memberikan dukungan finansial kepada kelompok seniman ludruk, baik dalam bentuk hibah, sponsor, atau pengembangan program subsidi. Ini dapat membantu memastikan kelangsungan hidup seniman ludruk dan mendorong generasi muda untuk terlibat dalam seni ini.
- Promosi dan Pemasaran: Meningkatkan promosi dan pemasaran ludruk melalui berbagai saluran, termasuk media sosial, festival seni, dan kerjasama dengan lembaga budaya. Menjadikan ludruk sebagai daya tarik pariwisata lokal juga dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melestarikan seni ini.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan ludruk dapat terus hidup dan berkembang sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Kota Mojokerto. Masyarakat perlu menyadari bahwa melestarikan seni tradisional adalah investasi dalam identitas budaya mereka sendiri, memastikan bahwa warisan berharga ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
"Saya berharap pemerintah dan pihak terkait memberikan perhatian serius pada pelestarian ludruk. Bantuan dalam bentuk program pendidikan, tempat pertunjukan, dan dukungan finansial akan sangat membantu kelangsungan hidup seni ludruk ini." Dalang Ludruk berpengalaman, Bapak Slamet Suparno
Penulis: Muhammad Jay Nabawi Akbar Zainudin
Mahasiswa ISI Surakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H