Setelah berdinamika selama satu hari, saya mulai tidak merasa jijik dengan toilet itu lagi. Saya diajak untuk bersyukur atas fasilitas yang sudah saya terima itu. Tidak hanya itu, selama live in saya juga harus mengajar cucu dari keluarga asuh. Saya akhirnya mengetahui betapa minimnya akses pendidikan di daerah pedesaan. Akhirnya saya juga mengajar selama dinamika live in. Saya bersyukur karena masih mendapatkan pendidikan yang baik.Â
Bagaikan ulat bulu yang hendak menjadi seekor kupu-kupu. Ulat bulu yang awalnya sangat dibenci oleh masyarakat, setelah melalui proses metamorfosis kepompong, ulat bulu akan menjadi seekor kupu-kupu yang di sukai oleh semua golongan masyarakat. Sama dengan generasi muda zaman ini.Â
Awalnya generasi muda zaman sekarang sering dianggap lemah dan individualis. Namun, dengan proses yang baik generasi muda zaman sekarang bisa menjadi sebuah generasi yang dapat dan mau melayani sesama masyarakat demi kemajuan bangsa. Live in ini merupakan proses metamorfosis kepompong bagi generasi muda agar dapat berubah menjadi manusia yang lebih peka dan peduli terhadap kondisi di sekitarnya lalu mau bertindak demi kesejahteraan semua orang.Â
Secara keseluruhan, live in adalah program yang memiliki potensi besar untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai keberagaman sosial dan budaya di Indonesia. Kegiatan ini mampu menjembatani kesenjangan antara kehidupan kota dan desa, serta membantu membangun kesadaran sosial yang lebih luas.Â
Live in bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk dapat memproses generasi muda lebih berempati di era modern ini. Oleh karena itu, live in perlu dipertahankan di Kolese Kanisius dan menurut saya, kegiatan ini juga wajib dilaksanakan di sekolah lain sebagai pembentukan karakter siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H