Mohon tunggu...
Mujiburrahman Mujiburrahman
Mujiburrahman Mujiburrahman Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa senang menulis, dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Stop Politik “Bieng Lam Raga” untuk Sebuah Harapan Baru

11 November 2014   18:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tanggal 20 Oktober 2014 lalu Indonesia telah resmi memiliki presiden baru. Presiden baru tentu saja diiringi dengan harapan baru. Harapan baru itu tidak hanya disuarakan oleh bangsa Indonesia, akan tetapi juga ikut disuarakan oleh bangsa lain. Itu terlihat dari Headline Majalah terkemuka di AS, Time dengan cover majalahnya wajah presiden baru Indonesia Joko Widodo. Majalah tersebut menjadikan Jokowi sampul depan untuk edisi 27 Oktober 2014 yang juga disertai penulisan “A New Hope” pada bagian kirinya. Harapan baru yang diharapkan dari presiden baru tentunya bisa menata wajah bangsa ini ke arah yang lebih baik, sehingga harapan baru itu tidak hanya tertulis di media-media, lampion atau di jalan di depan istana. Melainkan Indonesia betul-betul bisa keluar dari permasalahan, baik itu ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan lainnya.

Harapan besar bangsa Indonesia terhadap Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia baru untuk menuju harapan baru akan kandas jika politik “bieng lam raga” masih dijalankan oleh anak-anak bangsa Indonesia itu sendiri. Politik bieng lam raga akan merusak harapan baru itu. Bieng lam raga merupakan simbolis semantik Aceh yang merupakan sindiran halus kepada orang yang tidak ikhlas. Bieng lam raga jika diartikan secara harfiahbermaknakepiting dalam keranjang. Simbolis semantik tersebut memiliki makna filosofis yang amat mendalam. Ketika ada beberapa kepiting dalam sebuah keranjang, sungguh semua kepiting mau keluar dari keranjang tersebut, tapi pada kenyataannya ketika salah satu kepiting dalam keranjang mau keluar, maka kepiting tersebut akan ditarik kembali oleh kepiting lainnya yang berada di dasar keranjang, sehingga membuat kepiting yang hampir bisa keluar jatuh kembali. Kelakuan tersebut terus terjadi dalam keranjang, sehingga tidak satupun kepiting yang mampu keluar dari keranjang. Bisa dipastikan jika kepiting tidak mampu keluar dari keranjang, maka ia belum keluar dari masalah. Jika politik ini terus berlangsung maka harapan baru bangsa Indonesia akan jatuh kembali ke dasar masalah yang tak kunjung selesai.

Politik bieng lam raga tentu sangat tidak sehat bagi cita-cita besar kita untuk menuju Indonesia baru. Jika kita toleh ke belakang disaat Jokowi masih menjadi DKI satu, ketika itu Jokowi sedang mengupayakan pembenahan terhadap macet Jakarta. Pola yang diterapkan untuk menangani macet Jakarta di antaranya membangun sarana transportasi publik yang memadai, membatasi penggunaan kendaraan pribadi, serta membangun infrastruktur jalan. Pada saat upaya itu sedang berjalan, justru ada kebijakan yang bertentangan dengan rencana Jokowi dalam memecahkan persoalan macet, yaitu program mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC). Pola politik ini termasuk pola politik bieng lam raga, artinya jika ada yang hampir mampu keluar dari masalah maka ada saja perangkap yang menggagalkan, sehingga akan jatuh kembali. Layaknya kepiting yang hampir keluar dari keranjang ditarik oleh kepiting lain dan jatuh kembali. Revisi UU No.27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3), ini juga bahagian dari politik bieng lam raga, di mana kita melihat berbagai macam mekanisme berubah, di antaranya pemilihan ketua dan alat kelengkapan DPR. Perubahan undang-undang tersebut banyak memberikan asumsi politik, termasuk menjegal pemerintahan Jokowi-JK. Perubahan mekanisme tentang pemilihan kepala daerah dari langsung menjadi tidak langsung. Ini merupakan pola politik yang sama, pengambilan keputusan dari langsung menjadi tidak langsung tentu sudah dikalkulasi oleh partai pendukung pemilihan tidak langsung, berapa jumlah kepala daerah yang akan mereka menangkan. Banyaknya kepala daerah kedepan yang secara kepartaian berseberangan dengan Jokowi tentu akan menjadi tantangan tersendiri terhadap kepemimpinan Jokowi-JK kedepan. Kondisi DPR yang berkubu-kubu, baik itu kubu KMP maupun KIH membuat proses musyawarah mufakat tidak berjalan. Itu dapat dilihat ada upaya menyapu bersih pimpinan DPR oleh pihak KMP. Kejadian yang tidak menyenangkan terus dapat disaksikan di DPR. Ditambah lagi adanya dualisme kepemimpinan DPR, yang terus menciptakan iklim politik yang tidak sehat terhadap harapan baru bangsa Indonesia. Seolah-olah mereka mewakili partai atau kelompoknya, mereka lupa bahwa mereka berada di lembaga terhormat tersebut untuk mewakili rakyat. Kondisi DPR yang seolah-olah pemilihan presiden belum usai sangat berpotensi politik being lam raga terus berjalan. Jika praktek politik bieng lam raga terus berjalan di lembaga terhormat tersebut maka harapan baru yang menjadi penantian bangsa Indonesia akan sirna. Rasa pesimis ada dikarenakan ulah anak bangsa sendiri yang menciptakan berbagai tantangan yang saling menjatuhkan layaknya kepiting di dalam keranjang. Sebagai anak bangsa kita memang harus optimis, semua tantangan akan kita patahkan satu persatu untuk kebaikan bangsa dan generasi yang akan datang.

Harapan kedepan pola politik being lam raga tidak lagi dipraktekkan. Karena pada dasarnya semua kita mau keluar dari masalah. Mari kita rapatkan barisan untuk menjadi bagian dari solusi yang dihadapi bangsa. Siapa saja yang mampu membawa keluar dari masalah bangsa ini tentu harus kita dukung, karena ini merupakan harapan baru. Praktek politik bieng lam raga akan menghancurkan harapan baru. Harapan Indonesia menjadi bangsa yang kuat di segala sektor, termasuk harapan menjadi negara maritim dunia. Berfikirlah utuk generasi yang akan datang bukan untuk pemilu yang akan datang. Generasi bangsa Indonesia harus lebih baik setelah kita tidak lagi di legislatif, eksekutif maupun yudikatif.[]

Mujiburrahman

Penulis adalah mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun