Mohon tunggu...
wibi mizani
wibi mizani Mohon Tunggu... Guru - seorang guru yang ingin bercerita tentang apa yang dialami

jika ingin mengenal dunia maka membacalah, jika ingin di kenal dunia maka menulislah

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Entepreneur Milenial di Era New Normal

18 Juli 2021   18:13 Diperbarui: 18 Juli 2021   18:17 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oke sebelum kita Bahas masalah milenial, saya jelaskan dulu makna dari milenial itu sendiri, milenial berasal dari kata millennium yang memiliki makna bilangan untuk tiap jangka waktu seribu tahun dalam kalender. 

Tahun 2000 disebut sebagai awal dari millennium baru yaitu millennium  ketiga (tahun 2000 sampai tahun 2999). Nah berarti saat ini kita berada di era millennium ke 3 ya. Generasi yang hidup di era ini disebut juga generasi milenial atau generasi Y atau generasi Me me me ( Aku, aku, aku). Penggolongan generasi Y terbentuk bagi mereka yang lahir pada 1980 - 1990, atau pada awal 2000, dan seterusnya. 

Ericsson melakukan penelitian terhadap generasi meilenial, berdasarkan wawancara kepada 4.000 responden yang tersebar di 24 negara dunia, Ericsson mencatat, produk teknologi akan mengikuti gaya hidup masyarakat millennial. Sebab, pergeseran perilaku turut berubah beriringan dengan teknologi. Produk baru akan muncul sebagai akomodasi perubahan teknologi

Salah satunya, perilaku Streaming Native yang kini kian populer. Jumlah remaja yang mengonsumsi layanan streaming video kian tak terbendung. Ericsson mencatat, hingga 2011 silam hanya ada sekitar tujuh persen remaja berusia 16 - 19 tahun yang menonton video melalui Youtube. Rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan layar perangkat mobile sekitar tiga jam sehari. Angka tersebut melambung empat tahun kemudian menjadi 20 persen. 

Waktu yang dialokasikan untuk menonton streaming juga meningkat tiga kali lipat. Fakta tersebut membuktikan, perilaku generasi millennial sudah tak bisa dilepaskan dari menonton video secara daring. Teknologi juga membuat para generasi millenial tersebut mengandalkan media sosial sebagai tempat mendapatkan informasi. Saat ini, media sosial telah menjadi platform pelaporan dan sumber berita utama bagi masyarakat.

Generasi ini sangat tergantung pada 2 hal yang pertama adalah telephone seluler dan yang kedua adalah jaringan internet. Data pengguna telepon seluler (ponsel) di tanah air mencapai 371,4 juta pengguna atau 142 persen dari total populasi sebanyak 262 juta jiwa. Artinya, rata-rata setiap penduduk memakai 1,4 telepon seluler karena satu orang terkadang menggunakan 2-3 kartu telepon seluler. 

Sementara kaum urban Indonesia mencapai 55 persen dari total populasi. Berdasarkan data wearesocial.sg, pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta dengan penetrasi sekitar 51 persen dari populasi. Untuk pengguna media sosial aktif mencapai 106 juta dengan penetrasi sekitar 40 persen, dan pengguna media sosial mobile aktif mencapai 92 juta atau sekitar 35 persen dari populasi dan ini masih akan terus bertambah.

Data e-Marketer menyebutkan jumlah pengguna internet di Indonesia setiap tahun terus bertambah. Pada 2013, jumlah pengguna internet tercatat 72,8 juta, yang kemudian naik menjadi 102,8 juta di 2016. Di 2017, pengguna internet Indonesia diprediksi mencapai 112,6 juta. Indonesia menempati urutan ke-6 pengguna internet terbanyak dunia. 

Bahkan Indonesia diproyeksikan menyalip Jepang ke peringkat lima tahun ini. "Dengan pertumbuhan pengguna internet, Bank Indonesia memperkirakan ada 24,7 juta orang yang berbelanja online. Nilai transaksi e-Commerce diprediksi mencapai Rp 144 triliun pada 2018, naik dari Rp 69,8 triliun di 2016 dan Rp 25 triliun di 2014.

Pola perilaku konsumen saat ini bergeser dari offline ke online, Tak ayal, sepanjang 2018, beberapa gerai ritel di Indonesia berhenti beroperasi. Bahkan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) memprediksi akan ada lebih dari 50 gerai ritel akan berhenti beroperasi dan mencoba mengubah format bisnis mereka agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini, seperti yang bisa kita lihat retail matahari saat ini mempunyai mataharimall.com alfamart mempunyai alfachart.com indomart dengan klikindomaret.com dan masih banyak lagi. Perilaku masyarakat kian mengalami pergeseran kearah digitlisasi terlebih saat new normal seperti saat ini. 

Munculnya pandemi covid-19 mengharuskan masyarakat membatasi pergerakannya untuk saling berinteraksi tatap muka, dengan tujuan untuk memutus rantai penularan virus. Nah bagaimana cara memanfaatkan situasi seperti saat ini menjadi peluang? Salah satu jawabannya adalah dengan melakukan pivoting dari yang semula berjualan secara langsung menjadi online, bagaimana tips dan triknya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun