[caption id="attachment_281233" align="aligncenter" width="640" caption="Bantuan korban gempa untuk Aceh Tengah, dokumentasi foto : Mizan Amanah"][/caption] Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter yang terjadi di Aceh pada tanggal 2 Juli 2013, mengakibatkan 200 orang cedera dan ribuan bangunan serta rumah rusak. Dua gempa susulan yang masing-masing berkekuatan 5,5 dan 5,3 Skala Richter turut menambah jumlah korban dan kerusakan. Gempa susulan itu dirasakan cukup kuat oleh masyarakat di daerah Desa Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah. Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 7 Juli 2013, sebanyak 31 orang meninggal di Kabupaten Aceh Tengah, sementara tercatat 9 orang tewas di Desa Bener Meriah. Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan pers, Minggu (7/7/2013), hingga Minggu, tercatat 40 orang meninggal. Sutopo pun mengatakan, sebanyak 63 orang luka berat masih dirawat di rumah sakit dan 2.362 orang menjalani rawat jalan. Jumlah pengungsi mencapai 22.125 orang, dan sebanyak 15.919 rumah rusak. Gempa yang terjadi pada Selasa (2/7/2013) itu juga mengakibatkan kerusakan pada 232 desa dari 352 desa di Aceh Tengah terkena langsung dampak gempa. Di daerah tersebut, empat orang masih dinyatakan hilang. Mereka yang di rawat di rumah sakit karena luka berat mencapai 40 orang. Pengungsi sebanyak 19.870 orang tersebar di 70 titik.
Bantuan SIGAP Mizan Amanah
Dengan kondisi dan jumlah korban yang cukup besar, Tim SIGAP Mizan Amanah pun bergerak menuju Aceh. SIGAP (Siaga Tanggap Bencana) adalah program bantuan bencana Mizan Amanah yang lebih fokus menangani kebutuhan anak-anak yatim dan dhuafa, baik pada saat terjadi bencana maupun pasca-bencana. Saat bergerak ke Aceh, tim dipimpin oleh Sabar Priyono. Menurut Sabar, tim SIGAP Mizan Amanah bergerak ke Aceh pada tanggal 9 Juli 2013. Tim terdiri atas 4 orang termasuk Sabar. Sebelum sampai di Aceh, tim transit di Medan dan selanjutnya bergerak ke Aceh melalui jalur darat pada tanggal 10 Juli 2013. Ikut dalam rombongan tim, dua mahasiswa relawan dari Medan, juga dua dari tim pencinta alam. Perjalanan memakan waktu tempuh sekitar sepuluh jam. Pada tanggal 11 Juli 2013, tim sudah berada di Aceh dan bergerak menuju Desa Dalin, Kecamatan Bebesan, Takengon, Aceh Tengah. Tim melakukan aktivitas dimulai dari survey, wawancara, penyerahan bantuan awal berupa sembako dan alat tulis sekolah untuk anak-anak yang dilanjutkan dengan buka puasa bersama warga. "Tim tiba di lokasi pada pukul 15.00 WIB, kita berupaya menghibur anak-anak korban gempa yang berakhir dengan penyerahan bantuan dan buka puasa bersama dengan melibatkan sedikitnya 428 warga dan sekitar 22 orang relawan. Jadi total 450 orang," terang Sabar. Menurut Sabar, kedatangan tim SIGAP Mizan Amanah disambut antusias warga. Tokoh masyarakat setempat, Abdul Majid menyatakan apresiasi yang tinggi kepada tim SIGAP Mizan Amanah. Menurutnya sebelum terjadi gempa, desa ini memang kurang mendapat perhatian. Saat dan pasca-gempa, walaupun bukan desa terparah, sudah ada bantuan, Namun tidak dalam bentuk alat tulis sekolah. Umumnya seperti mie instan, beras dan baju bekas. Artinya, tim SIGAP Mizan Amanah termasuk yang pertama kali memberikan bantuan dalam bentuk alat tulis sekolah. Di Desa Dalin, tim menyerahkan bantuan 100 paket alat tulis sekolah. Setelah Desa Dalin, keesokan harinya tepatnya pada tanggal 12 Juli 2013, tim SIGAP Mizan Amanah bergerak Desa Rapak Moge, Kecamatan Kute Panang, Kabupaten Aceh Tengah. Di Desa Rapak Moge, tim mengunjungi dua dusun. Dusun pertama pada tanggal 12 dan dusun kedua pada tanggal 13 Juli 2013. Di kedua dusun tersebut, tim SIGAP Mizan Amanah menyerahkan bantuan berupa sembako (beras 18 karung dan lauk pauk-sarden 3 dus), serta alat tulis sekolah sebanyak 200 paket.
Tim SIGAP Mendekati Lokasi Terparah
Selanjutnya tanpa kenal lelah, dengan waktu istirahat ala kadarnya, tim kembali menyusuri lokasi-lokasi bencana mendekati lokasi terparah, yakni di wilayah yang berada di Kecamatan Cetol. Perjalanan ini dilakukan pada tanggal 14 Juli 2013. Saat bergerak ke Kecamatan Cetol, tim SIGAP sempat berhenti sebentar di sebuah pondok pesantren yang juga terkena imbas gempa yang mana banyak bagian bangunan yang rusak. Pondok Pesantren tersebut bernama Darul Mujahannah. Di pondok ini, tim menyerahkan bantuan berupa uang tunai untuk perbaikan MCK yang roboh dihantam gempa. Usai memberikan bantuan kepada pimpinan pondok, tim pun melanjutkan perjalanan kembali. Tiba di lokasi, tampak sekali efek gempa yang luar biasa. warga korban gempa tinggal di area terbuka dan mendirikan tenda. Kondisi ini membuat tim SIGAP harus mendatangi tenda per tenda. Hal ini dimaksudkan agar bantuan tepat sasaran dan pas pula dari sisi kebutuhan korban gempa yang mendesak. Terkait itu, tim SIGAP pun menyerahkan bantuan berupa uang tunai ke setiap tenda yang di kunjungi. Dengan memakan waktu beberapa jam, tim SIGAP berkeliling dari tenda ke tenda. Dan setelah dianggap cukup, tim pun bersiap meninggalkan lokasi untuk kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H