Mohon tunggu...
Miyuki Sambobanga
Miyuki Sambobanga Mohon Tunggu... Perawat - mahasiswa stikes mitra keluarga keperawatan

menyukai badminton dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Program Keluarga Berencana Dalam Mewujudkan Kesehatan Masyarakat Dan Kualitas Keluarga

11 Juni 2024   00:47 Diperbarui: 11 Juni 2024   01:01 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Kesehatan reproduksi terpadu merupakan pelayanan integratif sebagai upaya pemenuhan hak-hak reproduksi melalui pendekatan siklus hidup yang dimulai sejak masa pra hamil hingga masa lansia yang telah tersedia di tingkat pelayanan dasar; bertujuan memberikan pelayanan kesehatan reproduksi kepada setiap individu dan pasangannya secara komprehensif khususnya kepada remaja agar mampu menjalani proses reproduksinya secara sehat dan bertanggungjawab, serta terbebas dari perlakuan diskriminasi dan kekerasan (Yuliani dan Maesaroh, 2021) Karena luasnya ruang lingkup kesehatan reproduksi, maka dalam penangannya dibutuhkan kerja sama antara lintas program dan lintas sektoral dengan keterlibatan organisasi dan masyarakat. Kesehatan reproduksi adalah kondisi kesehatan yang mencakup seluruh aspek dari sistem reproduksi pada pria dan wanita. Hal ini mencakup fungsi organ reproduksi, keseimbangan hormon, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh anak secara sehat. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial. Bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya.

         Pada umumnya setiap manusia memiliki keinginan untuk hidup berdampingan dengan pasangan dan merencanakan masa depan untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik. Kehidupan berkeluarga tentunya menjadi perhatian penting untuk dibahas. Salah satunya yaitu bagaimana keluarga bisa merencanakan dan membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Pembatasan kelahiran ini merupakan salah satu program pemerintah yang biasa di sebut keluarga berencana (KB). Menurut UU No 10 Tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Konsep keluarga berencana (KB) tentunya menjadi regulasi untuk mengatur jumlah penduduk khususnya di Indonesia. Ada pepatah yang mengatakan bahwa banyak anak banyak rejeki. Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian untuk meluruskan persepsi masyarakat tentang pengaturan jumlah kelahiran. Program KB ini merupakan alternatif dan bukan menjadi kewajiban bagi masyarakat.

         Keluarga berencana (KB) (Keluarga et al., 2017) adalah upaya yang dilakukan oleh pasangan suami istri untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran yang diinginkan. Program ini bukan hanya mengenai pengendalian kelahiran, tetapi juga tentang perencanaan dan pengelolaan keluarga agar mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Dalam konteks Indonesia, program KB menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan nasional. Tujuan dan Manfaat Keluarga Berencana Program KB bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya perencanaan keluarga yang baik. Beberapa manfaat utama dari keluarga berencana adalah:

  • Kesehatan Ibu dan Anak:  Dengan mengatur jarak kelahiran, kesehatan ibu dan anak dapat lebih terjaga. Ibu yang terlalu sering melahirkan dalam jarak waktu yang dekat berisiko mengalami kelelahan fisik dan komplikasi kesehatan. Begitu pula dengan anak-anak, mereka memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan perhatian dan perawatan yang memadai dari orang tua.
  • Kualitas Hidup: Keluarga dengan jumlah anak yang sesuai dengan kemampuan ekonomi cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Mereka dapat menyediakan kebutuhan dasar seperti pendidikan, makanan, dan perumahan dengan lebih baik.
  • Pengendalian Pertumbuhan Penduduk: Dengan pengendalian kelahiran, pertumbuhan penduduk dapat ditekan sehingga masalah-masalah seperti kemiskinan, pengangguran, dan kekurangan sumber daya dapat diminimalkan.
  • Peningkatan Pembangunan Ekonomi: Ketika keluarga memiliki jumlah anak yang sesuai dengan kemampuan mereka, beban ekonomi dapat lebih terkontrol

. Hal ini berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan Strategi Pelaksanaan Keluarga Berencana Untuk mencapai tujuan program KB, pemerintah dan berbagai lembaga terkait melaksanakan berbagai strategi, di antaranya:

  • Penyuluhan dan Edukasi: Memberikan informasi yang tepat mengenai metode kontrasepsi, manfaat KB, dan kesehatan reproduksi. Penyuluhan ini dilakukan melalui berbagai media seperti seminar, buku, pamflet, dan media sosial.
  • Pelayanan Kesehatan: Penyediaan fasilitas kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat, seperti puskesmas, klinik, dan rumah sakit, yang menyediakan layanan kontrasepsi dan konsultasi kesehatan reproduksi.
  • Pelibatan Masyarakat: Mengajak tokoh masyarakat, pemimpin agama, dan organisasi masyarakat untuk turut serta dalam kampanye dan program KB. Hal ini penting untuk meningkatkan penerimaan dan partisipasi masyarakat.
  • Program Insentif: Memberikan insentif bagi keluarga yang berpartisipasi dalam program KB, seperti bantuan pendidikan dan kesehatan.

        Tantangan dalam Implementasi Keluarga Berencana Meskipun program KB memiliki banyak manfaat, pelaksanaannya di lapangan tidak selalu berjalan mulus. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:

1. Kurangnya Edukasi dan Informasi: Masih banyak masyarakat yang kurang mendapat informasi mengenai manfaat dan metode KB yang tepat, sehingga mereka enggan untuk berpartisipasi.

2. Kendala Budaya dan Agama: Di beberapa daerah, program KB masih dianggap tabu atau bertentangan dengan kepercayaan budaya dan agama setempat. Ini menjadi hambatan dalam penerimaan program KB oleh masyarakat.

3. Aksesibilitas Layanan: Tidak semua daerah memiliki akses yang mudah ke fasilitas kesehatan dan layanan kontrasepsi, terutama di daerah terpencil.

4. Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia dalam melaksanakan program KB juga menjadi tantangan tersendiri.

          Keluarga berencana merupakan langkah strategis dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera dan berkontribusi terhadap pembangunan nasional. Dengan berbagai upaya dan strategi yang dilakukan, diharapkan program ini dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat dan dukungan penuh dari pemerintah sangat diperlukan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu menciptakan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun