Saya masih ingat ketika jam setengah tiga pagi buta membonceng istri ketika masa kehamilan sudah menunjukkan tanda-tanda akan kelahiran jabang bayi, melihat perjuangan istri yang terus menahan sakit hampir 9 jam membuat saya mengerti mengapa Ibu kita mendapat urutan 1, 2 dan 3 yang harus kita hormati sepanjang masa.
Begitupun dengan kelahiran kedua saya diberikan kesempatan menyaksikan kembali kelahiran anak kedua, walau tidak selama pada kelahiran pertama tapi tetap saya merasakan rasa sakit yang diderita oleh seorang istri.
Dalam masa itu mungkin kita bisa bercermin dalam kehidupan kita sekarang, disaat orang yang melahirkan kita kini sudah lanjut usia dan mengalami sakit-sakitan, jika kita melihat cerminan istri yang berjibaku dengan kematian sudah sepantasnya kita bisa menyayangi orang tua kita sekarang.
Tapi inilah hidup, hidup yang penuh dengan permasalahan terutama yang muncul setelah kita menikah. Terkadang kita lebih terpaku dan fokus dalam kehidupan sendiri (mengerjar harta, anak dan mengejar karier) tanpa pernah mengingat bahkan melupakan kita masih mempunyai orang tua yang masih membutuhkan kita.
Tidak pernah satupun saya menemukan sebuah kalimat jika seorang anak akan putus kewajiban kepada orang tuanya setelah dia menikah, tapi kenyataan sekarang banyak diantara kita yang malah berani untuk mengatakan…
...Maaf saya tidak sanggup merawat orang tua…..
Saya sempat menerawang ….. jika kelak saya berusia lanjut dan sakit-sakitan, seandainya 2 bidadari yang saya cintai mengatakan itu…..mungkin saya akan merasakan sedih dan pedih yang amat sangat.
Hidup memang hanya ada dua pilihan dan kita sering memilih pilihan yang memberikan rasa nyaman tanpa perlu susah untuk melakukan hal-hal yang mungkin nantinya memakan waktu kita bersama istri dan anak atau keuangan rumah tangga.
Dalam perjalanan hidup kali ini saya seperti menemukan sebuah pandangan, mencintai Tuhan itu lebih sulit daripada mencintai hidup yang kita jalani karena mencintai Tuhan akan banyak jalan (rintangan) yang harus dilewati (persyaratan) dan itupun ditambah dengan menjaga kesabaran.
Dan dalam perjalanan itu pula saya selalu berusaha melapalkan sebuah doa...
Ya Allah jangan pernah menjadikan semua ini menjadi ladang api neraka kelak di akhirat tapi jadikan sebagai ladang amal untuk memenuhi salah satu persyaratan-Mu…..diakhirat kelak.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!