Mohon tunggu...
miyaa dewayani
miyaa dewayani Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang penulis amatiran yang memiliki hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Thariq [Ta'aruf 4]

13 November 2013   20:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:12 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Baiklah. Assalamu'alaikum."


"Wa'alaikumsalam warohmatulahi wabarakatuh."


Aku berdiri di teras hawalii milik Babajee, menatap mobil jeep Thariq yang keluar dari pekarangan lalu berjalan menjauh. Ini tidak seperti biasanya, dan aku juga tidak mengerti, kenapa aku merasa ada yang hilang saat melihat Thariq dan jeepnya pergi. Aku memiliki firasat kalau kami tidak akan pernah bertemu lagi. Dan ... Ah, mudah-mudahan perasaan ini hanya sebuah syndrom cemas pra nikah. Thariq kan cuma pergi ke kota untuk mengambil cincin. Dia akan kembali lagi.

###


Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Aku tidak bisa tidur. Aku khawatir pada Thariq, sampai sekarang dia belum menelpon. Oke, aku akui, aku memang terlalu paranoid. Tapi perasaanku benar-benar tidak enak.


Apakah aku sedang terkena syndrom rasa cemas pra nikah? Well, ini mengerikan.


Aku melirik ke arah ponsel yang kusimpan di atas meja kecil, di samping tempat tidurku. Haruskah aku menelpon Thariq shahab lebih dulu untuk menanyakan apa dia baik-baik saja?

Ah. TIDAK! Aku ini perempuan. Dan tidak baik seorang perempuan menghubungi laki-laki lebih dulu.

Tapi ... Aku benar-benar cemas sampai tidak bisa tidur!


"Argh!" Aku menggerutu kesal sambil bangun dari posisi berbaringku. Dan dengan cemberut, aku turun dari tempat tidur, lalu keluar dari kamar. Aku hanya memakai pijama pulkadot-ku dan tidak memakai hijab.


Aku ingin keluar menonton televisi untuk mengusir rasa cemasku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun