Plastik pada awalnya merupakan suatu solusi dari penggunaan limbah kertas. Kertas sendiri menggunakan bahan dasar kayu sehingga produksinya mengkhawatirkan karena menghabiskan banyak pohon di hutan. Kemudian muncullah plastik sebagai solusinya. Penggunaan plastik yang mudah dan tidak memberatkan membuat banyak orang beralih menggunakan plastik. Semakin hari penggunaan plastik semakin tidak terkendali sehingga banyak mencemari lingkungan. Sampah plastik sendiri merupakan limbah terbanyak kedua setelah limbah organik.
Produk-produk dari luar Indonesia juga bebas bersaing dengan produk lokal Indonesia. Salah satu produk yang layak diperjuangkan adalah casing handphone dengan bahan dasar limbah plastik. Inovasi ini dilatar belakangi karena handphone sudah menjadi kebutuhan setiap orang. Hampir bisa dipastikan setidaknya setiap satu rumah pasti memiliki handphone.
Berdasarkan data yang dimuat menyebutkan bahwa Nurlita, pebisnis casing handphone dapat meraih keuntungan berkisar 50 sampai 100 juta setiap bulannya dengan produksi 30 sampai 50 casing handphone setiap harinya (Detik-finance, 2016). Ini membuktikan bahwa penggunaan casing handphone di Indonesia telah menjadi sebuah tren tersendiri.
Dengan memanfaatkan limbah plastik untuk dijadikan casing handphone maka selain keuntungan ekonomi yang di dapat juga turut serta mengurangi limbah plastik di Indonesia. Selain memanfaatkan limbah plastik, agar casing handphone terlihat lebih elegan bisa dibuat inovasi dengan penambahan ukiran timbul karakter terkenal atau yang lainnya. casing yang ditambahkan dengan ukiran, apalagi ukiran budaya lokal maka casing akan memiliki ciri khas sehingga bisa bersaing di tingkat global.Â
Ada hal yang menarik lagi dari Limbah Pabrik yang dapat diolah menjadi paving block. Inovasi ini dilakukan oleh 3 pemuda asal Indonesia yaitu Angga Nurdiansah, Daman Sutiawan, dan Aziz Pusakantara. Ketiga pemuda tersebut memilih limbah kantong plastik sebagai material karena mereka melihat keberadaannya yang dianggap tidak memiliki nilai. Lalu mereka menamai produk tersebut dengan sebutan Eco Pavings.
Langkah awal yang dilakukan dalam membuat paving block tersebut dengan pencacahan plastik terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan peleburan sampai menjadi seperti bubur. Dalam hal ini proses peleburan dilakukan dengan mencampurkan bahan material lain. Kekuatan dari Eco Pavings telah sukses melewati 3 tahap yaitu tahan air, kekuatan tekan, dan abrasi. Dengan kekuatan tekanan minimal 35 Mpa hingga 80 Mpa, selain itu abrasi plastik dapat bertahan sampai puluhan tahun lamanya.
Selain limbah plastik bisa menjadi casing handpone dan paving block, Nike juga memproduksi jersey dan sepatu olahraga dari limbah plastik. Nike melihat keberadaan limbah plastik merupakan sesuatu yang dapat diolah menjadi inovasi yang baru sehingga menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
Jersey adalah salah satu produk yang dihadirkan Nike dari pemanfaatan limbah plastik dan jersey tersebut digunakan oleh tim hebat asal Inggris yaitu Liverpool. Setiap jersey yang digunakan oleh pemain dan yang dijual secara resmi oleh Nike berasal dari hasil daur ulang 18 botol plastik bekas pakai. Hal ini dimulai sejak awal tahun 2010.
Selain jersey, sepatu yang di produksi oleh Nike yang bahannya berasal dari limbah plastik adalah sepatu tipe Air VaporMax Flyknit. Sepatu tersebut diklaim sebagai sepatu paling ramah lingkungan. Jesi Small sebagai pimpinan desain produk Nike mengatakan bahwa bahan yang gunakan bukan sepenuhnya dari limbah plastik tapi ada juga dari limbah produksi lainnya dan sekitar lebih dari 50 persen berat sepatu tersebut berasal dari bahan daur ulang plastik.