Tambora di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada April 1815 silam telah menyisakan kaldera berdiameter lebih dari 7 kilometer dengan kedalaman sekitar 1,4 kilometer.
Bencana yang menewaskan ribuan jiwa tersebut juga memicu terjadinya perubahan iklim seperti munculnya fenomena tahun tanpa musim panas di Benua Eropa dan Amerika.
Bahkan material vulkanik yang dimuntahkan, disebut menjadi cikal bakal terbentuknya air terjun di kaki Gunung Tambora.
Salah satunya Oi Marai, satu dari sekian air terjun yang banyak dikunjungi wisatawan selama beberapa tahun terakhir ini.
Hanya saja, saat tiba di lokasi suasana area tersebut lengang, pintu masuknya juga tampak digembok menggunakan rantai.
Meski tak bisa masuk menyusuri beberapa susunan air terjun di jalur pendakian Kawinda Toi, namun tak jauh dari pintu rimba tersebut masih dapat dijumpai air terjun Oi Marai.
Air terjun Oi Marai tingkat pertama ini berada disisi tebing dan hanya memiliki ketinggian sekitar 10 meter. Pepohonan besar yang mengelilingi membuat tempat ini terasa sangat sejuk.
"Ini air terjun tingkat pertama. Masih ada beberapa tingkat lagi diatas, cuma sedang ditutup jadi tidak bisa masuk," kata Haerullah, salah seorang pengunjung di air terjun Oi Marai.
Menurutnya, beberapa susunan air terjun itu tak kalah menarik dan eksotis dari air terjun di tingkat pertama ini.
Hanya saja, pengunjung harus berjalan kaki menyusuri lembah selama 20 menit untuk bisa mencapai tingkat yang lain.
Air terjun tersebut berada di sepanjang jalur pendakian Kawinda Toi, Desa Kawinda Toi, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima.
Menapaki jalan yang masih berupa pengerasan dari gerbang utama perlu kehati-hatian, sebab tebing tinggi yang berada disisi kiri jalan ini nampak keropos dan berisiko longsor.
Lebih kurang 10 menit berkendara dari gerbang utama, perjalanan tiba di pintu rimba. Pintu ini merupakan titik awal bagi pendaki menuju puncak Gunung Tambora, termasuk untuk menyusuri beberapa susunan air terjun Oi Marai.
tampak seorang wisatawan mancanegara bersama beberapa warga lokal Areal wisata tirta ini tampak sudah dilengkapi fasilitas penunjang bagi wisatawan, seperti gajebo, selfy point, intalasi air dan beberapa bangunan untuk lapak pedagang.
Penanggung Jawab Sekretariat Geopark Tambora Kabupaten Dompu, Hudan Ramadani mengungkapkan, Oi Marai yang memiliki empat tingkatan dengan ketinggian total sekitar 44 meter itu erat kaitannya dengan letusan Tambora, 1815.
Menurutnya, letusan hebat gunung api tersebut telah mengeluarkan material vulkanik yang membentuk endapan berlapis dengan topografi curam pada bagian ujungnya.
"Saat dialiri sungai akan membentuk terjunan," Proses pengikisan yang berlangsung terus menerus pasca letusan itu terjadi membentuk rongga pada bagian bawah endapan, sehingga batuan atas menggantung sampai akhirnya runtuh.
Tinggi terjunan yang dihasilkan, lanjut dia, sangat tergantung pada derasnya aliran sungai yang mengalir di lereng Tambora.
"Akibat proses erosi dan runtuhan yang terus menerus itu akhirnya terbentuk tebing curam yang sekarang disebut air terjun Walet Putih, Oi Panihi dan Oi Marai,"Â
Sementara itu, Kepala Balai Taman Nasional Tambora (BTNT) Deny Rahadi mengungkapkan, Oi Marai tidak saja menyuguhkan beberapa susunan air terjun yang menarik untuk dikunjungi.
Bagi wisatawan minat khusus, terutama untuk pengamatan satwa tempat ini bisa menjadi pilihan, sebab pada sisi kiri dan kanan jalur pendakian akan dijumpai satwa endemik Tambora.
"Tapi niat utama orang ke sana sebagian besar untuk mandi. Air terjun yang terkelola baik di Kabupaten Bima ini saya yakini Oi Marai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H