Mohon tunggu...
Pramitha Wahyuninggalih Soeharto
Pramitha Wahyuninggalih Soeharto Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang pengangguran yg suka corat-coret

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Edelwais Bukti Cintaku

25 Februari 2012   03:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:53 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hingga kedatangan Kiki sore ini menjawab kekhawatiran mereka dan sekaligus membuka masalah baru yang membuat Ibunya Gege histeris lalu pingsan. Terbesit pikiran-pikiran buruk tentang keadaan Gege. Keluarga Gege segera memberi tahu Gendis tentang  kabar tersebut dan menghubungi Tim SAR serta kepolisian setempat untuk melakukan pencarian Gege di Gunung Merbabu malam itu juga.

Pencarian telah dilakukan sejak empat hari yang lalu namun belum ada hasil yang menunjukan tanda-tanda ditemukannya Gege. Beberapa pihak yang melakukan pencarian itu menyatakan beberapa kemungkinan, diantaranya mungkin Gege telah meninggal dan tubuhnya dimakan binatang buas yang ada di Gunung tersebut, atau mungkin Gege jatuh ke dalam jurang. Keluarga Gege dan Gendis sangat terpukul mendengar kabar tersebut.

Entah karena hasutan dari siapa, perlahan rasa benci tumbuh di hati keluarga Gege, mereka menganggap Gendis lah penyebab dari kecelakaan Gege. Tanpa belas kasihan mereka teriak-teriak memarahi dan memaki Gendis, sepertinya mereka lupa kalau Gendis adalah calon istri Gege yang sudah pasti merasakan sedih dan terpukul juga atas musibah ini. Tangis Gendis membuncah ketika dia sudah tak kuat lagi menahan sakit di dadanya. Apalagi tuduhan keluarga Gege yang menyebut Gendis sebagai 'Malaikat kematian' yang dengan sangat kejam merampas nyawa kekasihnya sendiri. Bahkan sekarang Gendis mengutuki dirinya sendiri, dia membenci impiannya, dia membenci ketidak berdayaannya. Setelah kejadian itu Gendis nyaris tak pernah keluar dari kamarnya. tak pernah terdengar ocehan manja, gurih tawanya dan tak pernah terlihat lagi senyum manis dibibirnya, hanya tangis yang setia menemaninya di pojok kamar.

Ribuan cara Yoga dan keluarganya lakukan untuk menghibur Gendis, mereka merindukan keceriaan Gendis dulu yang kini lenyap bersamaan hilangnya Gege.

Suatu malam Gendis terkulai diatas tempat tidurnya. Angin berhembus lewat jendela yang masih terbuka, malam ini suasana begitu tenang, Bulan purnama memantulkan cahaya yang sangat indah bersanding dengan taburan seribu bintang diatas permadani hitam yang sangat menawan. Semuanya seakan menawarkan gadis-gadis kecil untuk bermimpi indah, terbang dan menari seperti peri-peri bersayap. Gendis merasakan jemari lembut membelai pipinya, menghapus butir-butir air mata yang mulai mengering, Gendis tersenyum ketika mengetahui Gege pemilik jemari lembut itu. Dengan cepat Gendis membenamkan wajahnya di dada Gege, dia nikmati hangat pelukan kekasih hatinya. Dia hirup aroma tubuh Gege yang sangat dirindukannya. Gege mengerti Gendis tak akan rela melepaskan pelukannya, dia pun mengerti betapa Gendis membutuhkan dirinya.

"Tak usah bersedih, aku tak ingin melihatmu menangis. Cepat hapus air matamu!" Bisik Gege lembut ditelinga Gendis.

"Aku sangat merindukanmu sayang" Gendis tak dapat menahan perasaannya.

"Aku juga merindukanmu, rindu senyum dan renyah tawamu. Berhentilah menangis keluargamu merindukan Gendis yang ceria seperti dulu" Rayu Gege pada kekasihnya.

"Kenapa kau meninggalkan ku? Aku tak sanggup hidup tanpamu, Ge!"

"Jemput aku di padang Edelweis di Puncak Merbabu, ikuti arah bunga Dandelion yang tertiup angin, ikuti jalan setapak itu, temukan sebongkah batu besar. Di situ aku menunggumu. Hati-hati sayang! Love you" Ucap Gege sambil mencium kening Gendis.

"Lov. . . . . ." Belum selesai ucapan Gendis, tiba-tiba cahaya putih sangat terang melenyapkan Gege.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun